Saturday, 7 November 2015

UNGKAPAN DOA (Katekese Okt.)

UNGKAPAN DOA


Dalam Gereja Katolik, kita mendengar dan mengenal ada begitu banyak doa. Doa yang akrab ditelinga kita antara lain: doa Rosario, doa Novena, doa Bapa Kami, doa Salam Maria, doa Kemuliaan, doa Angelus, doa Litani Santa Maria dst. Berkaitan dengan perayaan ekaristi: doa Aku Percaya, doa Tobat, doa Pujian/Kemuliaan, doa Bapa Kami, doa Syukur Agung, doa Berkat, doa permohonan dst. Berkaitan doa wajib dihafal (dulu / sekarang) misalnya: doa Iman (Bangun Pengandel). doa Cinta ( Bangun Katresnan), doa Tobat ( Bangun Kedhuwung) doa 10 Perintah  Allah ( 10 Angger-anggering Allah), doa 5 Perintah Gereja (5 Angger-anggering Pasamuan Suci) doa Pengharapan dst. Berkaitan dengan doa-doa dalam hidup membiara: doa-doa dalam ibadat harian seperti Laudes, Vespearae, Hora Media, completorium, officium lectionis di dalam ibadat itu ada doa Mazmur, doa Kidung Zakaria, doa Kidung Maria dan doa-doa lain. Tentu masih banyak jenis dan ragam doa, baik doa-doa pribadi maupun doa resmi Gereja.


Doa  Vocal

    Lalu bagaimana doa-doa itu diungkapkan atau diekspresikan ? Gereja Katolik menyadari bahwa ada begitu banyak doa sebagai ungkapan keputusan hati dalam menjawab bimbingan pada jalan dan cara yang berkenan kepadaNya.  Tetapi berdasarkan tradisi suci, Gereja  mempertahankan tiga bentuk pokok ungkapan kehidupan doa yaitu doa lisan/doa vocal, doa renung (meditasi) dan doa batin (kontemplasi) (KGK 2699, , 2721). Dari tiga bentuk doa ini umumnya doa vocal adalah doa yang paling sering kita lakukan, khususnya bagi kaum awam. Doa Rosario yang hari ini kita lakukan termasuk doa vocal tapi sekaligus doa meditasi.

Menurut ajaran Gereja Katolik, doa vocal merupakan doa penghubung antara badan dan hati. Maksudnya doa yang muncul dari hati terungkap melalui badan dengan mengambil wujud kata-kata atau suara. (KGK 2722) Tetapi yang terpenting dari doa vocal ini– demikian ditekankan oleh Gereja - adalah bahwa hati kita harus hadir di hadapanNya saat mengucapkan doa vocal atau doa lisan. Kalau  hati kita tidak hadir, maka tentu saja doa itu menjadi doa munafik sebab apa yang diucapkan tidak sama dengan apa yang ada di dalam hati, seperti doa orang Farisi yang sering menjadi sasaran kristik Yesus.

Penggunaan kata-kata dalam doa, telah lama digunakan oleh Allah. Allah berbicara kepada kita melalui sabdaNya. Dalam Kitab Suci khususnya dalam Perjanjian Lama hal ini banyak kita jumpai. Dalam Perjanjian Baru, doa vocal juga sering kita dengar misalnya ketika Yesus mengajar para muridNya bagaimana mereka harus berdoa. Yesus menggunakan kata-kata yang kita kenal sebagai Doa Bapa Kami. Tidak hanya berhenti disitu Yesus mengucapkan doa vocal bukan hanya dengan suara lantang seperti ketika mendoakan liturgis di Sinagoga, tetapi juga dalam doa-doa pribadiNya terutama ketika menjelang wafatNya di kayu salib.

Bagi kita doa vocal itu menjadi penting karena doa vocal melibatkan indera kita, perasaan kita, dan sikap tubuh kita yang mengekspresikan sikap batin dan hormat kepada Allah saat kita berdoa. Oleh karena itu sikap tubuh, ungkapan perasaan dan penggunaan indera hendaknya diatur dengan baik atau menurut istilah ajaran gereja katolik sesuai dengan persyaratan ilahi. Dalam perayaan ekaristi misalnya kita bisa melihat bagaimana imam menjaga sikap tubuh yang sesuai dengan persyaratan ilahi  Ketika ia berdoa ia membuka tangan. Ketika ia mengakui orang berdosa/doa tobat, ia menepuk dada, ketika ia memulai misa ia memberi hormat pada altar dengan berlutut atan menundukkan kepala. Ketika selesai membacakan sabda Allah (injil) ia mencium Kitab Suci sebagai tanda hormat Dalam membaca Kitab Suci pun kita mendengar dan merasa bahwa apa yang dibacakan terasa hidup. Ketika membagi komuni dan terutama ketika mengucapkan doa konsekrasi, imam memperlihatkan hormat yang luar bisa termasuk kita dengan mengatupkan tangan dengan mengangkatnya keatas dst. Dalam tata perayaan ekaristi sikap-sikap itu diatur dalam apa yang disebut rubrik (tulisan merah)

Refleksi
.
Kalau doa vocal merupakan ekspresi sikap batin kita kepada Allah dan doa ini sering kita lakukan maka bagaimana sikap tubuh kita, penggunaan indera kita, ungkapan perasaan kita selama ini? Juga apakah sungguh doa-doa vocal kita merupakan doa hati yang mencuat keluar? Bagaimana selama ini pengalaman kita berdoa vocal? Apakah ada kesulitan mengucapkan doa vocal?

0 comments:

Post a Comment