UNGKAPAN DOA
Dalam
Gereja Katolik, kita mendengar dan mengenal ada begitu banyak doa. Doa yang akrab
ditelinga kita antara lain: doa Rosario, doa Novena, doa Bapa Kami,
doa Salam Maria, doa Kemuliaan, doa Angelus, doa Litani Santa Maria dst. Berkaitan
dengan perayaan ekaristi: doa Aku Percaya, doa Tobat, doa Pujian/Kemuliaan, doa Bapa Kami, doa
Syukur Agung, doa Berkat, doa
permohonan dst. Berkaitan doa wajib dihafal (dulu / sekarang) misalnya:
doa Iman (Bangun Pengandel). doa Cinta ( Bangun Katresnan), doa Tobat ( Bangun
Kedhuwung) doa 10 Perintah Allah ( 10
Angger-anggering Allah), doa 5 Perintah Gereja (5 Angger-anggering Pasamuan Suci) doa Pengharapan dst.
Berkaitan dengan doa-doa dalam hidup membiara: doa-doa dalam ibadat harian seperti Laudes, Vespearae,
Hora Media, completorium, officium lectionis di dalam ibadat itu ada doa Mazmur, doa Kidung Zakaria, doa
Kidung Maria dan doa-doa lain. Tentu masih banyak jenis
dan ragam doa,
baik doa-doa pribadi maupun doa resmi Gereja.
Doa Vocal
Lalu
bagaimana doa-doa itu diungkapkan atau diekspresikan ? Gereja
Katolik menyadari bahwa ada begitu banyak doa sebagai ungkapan keputusan hati
dalam menjawab bimbingan pada jalan dan cara yang berkenan kepadaNya. Tetapi berdasarkan tradisi suci,
Gereja mempertahankan tiga bentuk pokok
ungkapan kehidupan doa yaitu doa
lisan/doa vocal, doa renung (meditasi) dan doa batin (kontemplasi) (KGK
2699, , 2721). Dari tiga bentuk doa ini umumnya doa vocal adalah doa yang
paling sering kita lakukan, khususnya bagi kaum awam. Doa Rosario yang hari ini
kita lakukan termasuk doa vocal tapi sekaligus doa meditasi.
Menurut ajaran
Gereja Katolik,
doa vocal merupakan doa penghubung antara badan dan hati. Maksudnya doa yang
muncul dari hati terungkap melalui badan dengan mengambil wujud kata-kata atau
suara. (KGK 2722) Tetapi yang terpenting dari doa vocal ini– demikian
ditekankan oleh Gereja - adalah bahwa hati kita harus hadir di hadapanNya saat
mengucapkan doa vocal atau doa lisan. Kalau
hati kita tidak hadir, maka
tentu saja doa itu menjadi doa munafik sebab apa yang diucapkan tidak sama
dengan apa yang ada di dalam hati,
seperti doa orang Farisi yang sering menjadi sasaran kristik Yesus.
Penggunaan
kata-kata dalam doa,
telah lama digunakan
oleh Allah. Allah berbicara kepada kita melalui sabdaNya. Dalam Kitab Suci khususnya dalam Perjanjian Lama hal ini
banyak kita jumpai. Dalam Perjanjian Baru, doa vocal juga sering kita dengar
misalnya ketika Yesus mengajar para muridNya
bagaimana mereka harus berdoa. Yesus menggunakan kata-kata yang kita kenal
sebagai Doa Bapa Kami. Tidak hanya berhenti disitu Yesus mengucapkan doa vocal
bukan hanya dengan suara lantang seperti ketika mendoakan liturgis di Sinagoga,
tetapi juga dalam doa-doa pribadiNya terutama ketika menjelang wafatNya di kayu
salib.
Bagi
kita doa vocal itu menjadi penting karena doa vocal melibatkan indera kita,
perasaan kita, dan sikap tubuh kita yang mengekspresikan sikap batin dan hormat
kepada Allah saat kita berdoa. Oleh karena itu sikap tubuh, ungkapan perasaan
dan penggunaan indera hendaknya diatur dengan baik atau menurut istilah
ajaran gereja
katolik sesuai dengan persyaratan ilahi. Dalam perayaan ekaristi misalnya
kita bisa melihat bagaimana imam menjaga sikap tubuh yang sesuai dengan
persyaratan ilahi Ketika ia berdoa ia membuka
tangan. Ketika ia mengakui orang berdosa/doa tobat, ia menepuk dada, ketika ia memulai
misa ia memberi hormat pada altar dengan berlutut atan menundukkan kepala.
Ketika selesai membacakan sabda Allah (injil) ia mencium Kitab Suci sebagai
tanda hormat Dalam membaca Kitab Suci pun kita mendengar dan merasa bahwa apa
yang dibacakan terasa hidup. Ketika membagi komuni dan terutama ketika mengucapkan
doa konsekrasi, imam memperlihatkan hormat yang luar bisa termasuk kita dengan
mengatupkan tangan dengan mengangkatnya keatas dst. Dalam tata perayaan
ekaristi sikap-sikap itu diatur dalam apa yang disebut rubrik (tulisan merah)
Refleksi
.
Kalau doa vocal merupakan
ekspresi sikap batin kita kepada Allah dan doa ini sering kita lakukan maka
bagaimana sikap tubuh kita, penggunaan indera kita, ungkapan perasaan kita
selama ini? Juga apakah sungguh doa-doa vocal kita merupakan doa hati yang mencuat
keluar? Bagaimana selama ini pengalaman kita berdoa vocal? Apakah ada kesulitan
mengucapkan doa vocal?
0 comments:
Post a Comment