Saturday, 7 November 2015

DOA MEDITASI (Katekese Okt.)

DOA MEDITASI


(Doa Renung)


Hari ke-2 kita telah mencoba memahami apa itu doa vocal beserta ekspresinya dalam sikap tubuh serta mengajak kita untuk melihat bagaimana doa itu kita lakukan dalam keseharian. Doa vocal hanyalah salah satu bentuk dari  tiga bentuk doa yang diakui Gereja. Dua bentuk yang lain adalah doa renung (meditasi) dan doa batin ( kontemplasi).


Apa itu Doa Meditasi ?

 Menurut ajaran Gereja Katolik, doa meditasi atau doa renung pada dasarnya merupakan doa pencarian. Dalam doa itu kita mencari sesuatu. Apa yang kita cari adalah kehendak Tuhan. Untuk mencari kehendak Tuhan  diperlukan bantuan seperti Kitab Suci (Injil), teks-teks liturgis, tulisan-tulisan bapa-bapa rohani dlsb. Dari bahan-bahan yang dipilih itu kemudian direnungkan, dicari pesannya dan pesan itu kemudian dijadikan milik kita. Pencarian pesan itu dilakukan dengan menggunakan daya pikir, daya khayal (pembayangan) dan gerak rasa untuk menemukan kehendak Tuhan - tentu dalam bimbingan Roh Kudus - serta menghubungkannya dengan apa yang menjadi kerinduan dan harapan kita. “Tuhan apakah yang Kau kehendaki bagiku?( KGK 2705, 2723, 2708)

Doa renung sesungguhnya pernah kita lakukan ketika kita melaksanakan BKSN tahun 2014. Pada waktu itu kita diajak mendalami Sabda Allah melalui lectio divina (bacaan ilahi) yaitu  pembacaan Kitab Suci yang direnungkan dengan tujuan berdoa dari Kitab Suci dan hidup dari Sabda Allah. Meditasi menjadi bagian dari langkah kedua setelah langkah pertama yaitu membaca Kitab Suci. Dalam meditasi itu kita diajak membayangkan peristiwa yang diceriterakan dalam Kitab Suci atau dalam perikopa tertentu misalnya Yohanes 4: 19-26 tentang Yesus berbicara dengan Wanita Samaria. Kita diajak mencari pesan apa yang bisa kita dapat dari peristiwa Sabda  itu. Lalu pesan itu kita hubungan dengan hidup kita. Diharapkan kita bisa menyadari bahwa pesan itu misalnya menegur hidup kita yang tak pernah berdoa, atau menguatkan hidup kita, atau juga menghibur kita yang saat ini sedang mengalami kesedihan, atau selama ini kita banyak menyakiti hati orang, atau sering membicara keburukan orang atau memburukan orang lain, atau arah panggilan hidup kita.

Dalam lectio divina doa meditasi sebenarnya harus dilanjutkan ke dalam doa kontemplasi, doa yang diakui Gereja sebagai bentuk doa yang ketiga, doa yang mengajak kita hadir di hadirat dan memandangNya dengan ketenangan hati. Tapi doa kontemplasi ini akan kita fahami lebih lanjut dalam suatu pertemuan nanti atau berikutnya.

Dalam doa meditasi ada banyak ragam metode atau cara yang digunakan. Tetapi apapun ragam metode dan cara yang digunakan, hanyalah semata-mata untuk menuntun orang menemukan kehendak Tuhan, untuk maju bersama Roh Kudus hingga sampai  kepada Tuhan kita Yesus Kristus (KGK 2707) Selama meditasi berlangsung seringkali doa itu diiringi dengan musik instrument halus nan lembut untuk membangkitkan perasaan dan gerakan hati. Ada juga yang menggunakan tempat alami, agar suasana keheningan tercipta, pikiran terfokus seperti dalam meditasi-meditasi pribadi. Tetapi lepas semuanya itu hendaklah diingat bila kita telah memulai melakukan doa meditasi janganlah pernah berhenti,  sebab bila tidak kita akan menyerupai jalan atau tanah yang berbatu-batu atau yang penuh dengan duri-duri, sebagaimana dikatakan dalam perumpamaan penabur.

Refleksi

Meskipun kita jarang melakukan doa meditasi terlebih meditasi secara pribadi kecuali para biarawan-biarawati, namun merenungkan Sabda Tuhan sering kita lakukan bersamaan dengan ibadat Sabda. Tentu hal ini baik, hanya sayangnya bisa terjadi kita tidak benar-benar merenung melainkan “ngalamun”. Atau pikiran kita asyik bermain sendiri, apalagi perasaan kita sama sekali tidak bermain, sehingga komponen meditasi seperti, hati, perasaan, pikiran tidak juga optimal. Bagaimana apakah kita ingin mencoba doa meditasi dengan baik dan benar?

0 comments:

Post a Comment