APA ITU DOA?
Doa adalah
salah satu ungkapan iman. Ada banyak ungkapan iman selain doa, misalnya
membantu orang miskin, membantu orang yang sedang berkesusahan, mengunjungi
orang sakit serta mendoakannya agar cepat
sembuh, menghibur dan menyemangati orang yang putua
asa dan tentu saja doa-doa harian kita.
Tetapi doa sebenarnya
bukan melulu sebagai suatu ungkapan iman, doa juga merupakan wujud dari cara kita menghidupi
iman itu sendiri. Dengan makin sering berdoa, maka iman kita akan menjadi kokoh
kuat, hidup dan berkembang serta akan menghasilkan buah dalam kehidupan kita.
Sebaliknya bila iman kita tak pernah dihidupi dengan doa. maka iman kita lambat laun akan merana,
layu dan akhirnya mati.
Lalu apa artinya doa?
Menurut St. Theresia Kanak-Kanak Yesus, doa adalah ayunan
hati, suatu pandangan ke Surga, suatu pengangkatan hati kepada Allah untuk
menyatakan kasih dan mengucap syukur dan
memohon rahmat dan pertolonganNya di tengah pencobaan dan kegembiraan. “Bagiku - kata St. Theresia -
doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke Surga, satu seruan syukur
dan cinta kasih di tengah pencobaan dan di tengah kegembiraan”
Kalau kita merenungkan pengertian doa menurut St. Theresia ini, maka kita menemukan
motivasi mengapa kita berdoa. Motivasi itu adalah cinta kepada Allah. Tanpa cinta, doa kita tidak mempunyai arti.
Atas dasar cinta ini lalu menurut St. Theresia kita
layak dan pantas
mengucap syukur atas segala kebaikanNya.
Dan ketika kita menghadapi pencobaan, kita boleh memohon pertolonganNya. Jadi cinta kepada Allah
menjadi motivasi utama mengapa kita berdoa. Tentu saja kita bisa merenungkan lebih
lanjut bagaimana
kita memupuk motivasi itu yaitu
cinta kepada Allah?
Kecuali St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus, St. Yohanes dari
Damaskus, juga
memberikan pengertian doa kepada kita. Menurut St Yohanes dari Damaskus, doa adalah suatu pengangkat budi kepada Allah yang berisikan pengakuan atas kebesaran
Allah dan keterbatasan kita atau suatu permohonan demi hal-hal yang baik (KGK.2559)
Dalam doa ini St. Yohanes ingin mengatakan kepada kita bahwa doa sesungguhnya
bukan hanya melibatkan hati, tetapi juga pikiran dan perasaan kita. Karena itu dalam berdoa kita diajak selain
menyiapkan dan
membuka hati, juga pikiran dan perasaan kita. Selama ini barangkali kita kurang
menyiapkan hal-hal ini. Tidak jarang dalam doa, pikiran kita melayang-layang kemana-mana. Pikiran kita
tidak bisa fokus. Doa-doa kita mungkin
juga terasa hambar, kering, datar karena kurang mengalir dari apa yang kita
rasakan atau alami (sedih, gembira, tertekan, kecewa dsb).
Tetapi yang jauh lebih penting dari doa St. Yohanes ini adalah bahwa dalam berdoa kita harus memiliki sikap rendah hati. Sikap rendah adalah sikap yang mengakui diri bahwa kita adalah manusia
lemah, tak
berdaya dan bahwa Allah adalah maha agung, maha besar dan maha kuasa. Sikap rendah hati juga adalah sikap yang mengakui bahwa apa yang baik
yang ada pada kita berasal dari Allah
dan bahwa kita akan selalu membutuhkan Allah untuk dapat memperoleh kebaikan
dan melakukan kebaikan, termasuk dalam
berdoa.
Karena itu doa memang merupakan suatu permohonan demi hal-hal yang baik, baik bagi
kita sendiri maupun orang lain.
Dalam hal berdoa St. Paulus mengingatkan kita
bahwa hanya jika kita dengan rendah hati mengakui bahwa kita tidak tahu
bagaimana sebenarnya harus berdoa (Rm 8:26), maka kita akan menerima karunia
doa. Kita akan bisa berdoa
dengan baik. Orang yang merasa paling
tahu bagaimana harus berdoa, maka orang itu tidak memperoleh apapun di hadapan
Allah. Hal ini juga ditegaskan dalam ajaran Gereja Katolik bahwa
berdoa yang baik harus dimulai dari
kerendahan hati, bukan dari ketinggian atau kesombongan, tetapi dari “jurang”
(Mzm.130:1), dari hati yang rendah dan penuh penyesalan. (KGK 2559)
Menurut ajaran Gereja Katolik
(KGK
2565 ) doa juga merupakan bentuk perjumpaan kita dengan Allah di dalam
hati. Dalam perjumpaan itu Allah bukan saja bertemu dengan kita melainkan juga mengadakan
perjanjian dengan kita dan mengajak kita masuk ke dalam persekutuanNya melalui
dan dalam Kristus Yesus PuteraNya seperti ketika Yesus berjumpa dengan wanita
Samaria di dekat sumur (lih.Yoh. 4:1-42) Karena perjumpaan kita dengan Allah
dalam Kristus Yesus, maka doa lalu menjadi hubungan kasih antara kita dengan
Allah Bapa,
antara kita dengan Allah Putera, antara kita dengan Allah Roh Kudus dan
hubungan kasih di hadirat Allah Tritunggal maha kudus ini menjangkau seluruh
Gereja sebagi TubuhNya. Inilah doa Kristiani.
Refleksi
Apa yang telah diajakan Gereja
Katolik termasuk St. Theresia Kanak-Kanak Yesus dan St. Yohanes dari Damaskus,
menunjukkan kepada kita bahwa doa tak pernah lepas dari kehidupan hati. Maka doa yang baik memang doa yang keluar dari
hati atau dari kesungguhan jiwa seperti dikatakan oleh St. Yohanes Krisostomus “Doa kita akan didengar atau tidak, tidak
tergantung dari jumlah kata-katanya, tetapi kesungguhan jiwa kita”. Doa
yang
baik memang bukan dari mulut dengan
kata-kata yang panjang-panjang seperti orang Farisi. Itulah sebabnya
pula mengapa Yesus pernah bersabda, “Bukan
setiap orang yang berseru kepadaKu : Tuhan, Tuhan akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga” (Mat.7:21)
Doa yang mementingkan kata-kata dan tidak menyertakan hati, tidak akan pernah
berkenan di hadapan Allah. Sebab melalui dan dalam hati, Allah bukan saja menyatakan
kedendakNya melainkan juga mengadakan perjanjian dengan kita, perjanjian yang mengajak
kita masuk ke dalam persekutuanNya menjadi anak-anakNya dalam Kristus Yesus.
Lalu
bagaimana dengan hati kita, dengan pikiran kita, dengan perasaan kita ketika
kita berdoa ? Apakah hati, pikiran dan perasaan
menjadi persiapan yang baik dalam kita berdoa ? Bagaimana juga dengan sikap
kita? Apakah kita memiliki sikap rendah hati dan menyadari bahwa kita datang
kepada Allah karena kita sungguh mencintaiNya? Kepada siapa juga doa kita
panjatkan? Apakah kita menyadari bahwa doa kita adalah doa dalam Kristus Yesus,
dan selalu ingat akan GerejaNya yang kudus? Terakhir apakah kita punya waktu
atau menyediakan
waktu khusus untuk berdoa termasuk lamanya
waktu berdoa?
0 comments:
Post a Comment