Saturday, 7 November 2015

APA ITU DOA (Katekese Okt.)

APA ITU DOA?


Doa adalah salah satu ungkapan iman. Ada banyak ungkapan iman selain doa, misalnya membantu orang miskin, membantu orang yang sedang berkesusahan, mengunjungi orang sakit serta mendoakannya agar cepat sembuh, menghibur dan menyemangati orang yang putua asa dan tentu saja doa-doa harian kita. Tetapi doa sebenarnya bukan melulu sebagai suatu ungkapan iman, doa juga merupakan wujud dari cara kita menghidupi iman itu sendiri. Dengan makin sering berdoa, maka iman kita akan menjadi kokoh kuat, hidup dan berkembang serta akan menghasilkan buah dalam kehidupan kita. Sebaliknya bila iman kita tak pernah dihidupi dengan  doa. maka iman kita lambat laun akan merana, layu dan akhirnya mati.  


Lalu apa artinya doa? Menurut St. Theresia Kanak-Kanak Yesus, doa adalah ayunan hati, suatu pandangan ke Surga, suatu pengangkatan hati kepada Allah untuk menyatakan kasih dan mengucap syukur  dan memohon rahmat dan pertolonganNya di tengah pencobaan dan kegembiraan. “Bagiku - kata St. Theresia - doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke Surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah pencobaan dan di tengah kegembiraan”  

Kalau kita merenungkan pengertian doa menurut St. Theresia ini, maka kita menemukan motivasi mengapa kita berdoa. Motivasi itu adalah cinta kepada Allah.  Tanpa cinta, doa kita tidak mempunyai arti. Atas dasar cinta ini lalu menurut St. Theresia kita layak dan pantas mengucap syukur atas segala kebaikanNya. Dan ketika kita menghadapi pencobaan, kita boleh memohon pertolonganNya. Jadi cinta kepada Allah menjadi motivasi utama mengapa kita berdoa. Tentu saja kita bisa merenungkan lebih lanjut bagaimana kita memupuk motivasi itu yaitu cinta kepada Allah?

Kecuali St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus, St. Yohanes dari Damaskus, juga memberikan pengertian doa kepada kita. Menurut St Yohanes dari Damaskus,  doa adalah suatu pengangkat budi  kepada Allah yang berisikan pengakuan atas kebesaran Allah dan keterbatasan kita atau suatu permohonan demi hal-hal yang baik (KGK.2559) Dalam doa ini St. Yohanes ingin mengatakan kepada kita bahwa doa sesungguhnya bukan hanya melibatkan hati, tetapi juga pikiran dan perasaan kita. Karena itu dalam berdoa kita diajak selain menyiapkan dan membuka hati, juga pikiran dan perasaan kita. Selama ini barangkali kita kurang menyiapkan hal-hal ini. Tidak jarang dalam doa, pikiran kita melayang-layang kemana-mana. Pikiran kita tidak bisa fokus. Doa-doa kita mungkin juga terasa hambar, kering, datar karena kurang mengalir dari apa yang kita rasakan  atau alami (sedih, gembira, tertekan, kecewa dsb).

Tetapi yang jauh lebih penting dari doa St. Yohanes ini adalah bahwa dalam berdoa kita harus memiliki sikap rendah hati. Sikap rendah adalah sikap  yang mengakui diri bahwa kita adalah manusia lemah, tak berdaya dan bahwa Allah adalah maha agung, maha besar dan maha kuasa. Sikap rendah hati juga adalah sikap yang mengakui bahwa apa yang baik yang ada pada kita  berasal dari Allah dan bahwa kita akan selalu membutuhkan Allah untuk dapat memperoleh kebaikan dan melakukan kebaikan, termasuk dalam berdoa. Karena itu doa memang merupakan suatu permohonan demi hal-hal yang baik, baik bagi kita sendiri maupun orang lain.

 Dalam hal berdoa St. Paulus mengingatkan kita bahwa hanya jika kita dengan rendah hati mengakui bahwa kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa (Rm 8:26), maka kita akan menerima karunia doa. Kita akan bisa berdoa dengan baik. Orang yang merasa paling tahu bagaimana harus berdoa, maka orang itu tidak memperoleh apapun di hadapan Allah. Hal ini juga ditegaskan dalam ajaran Gereja Katolik bahwa berdoa yang baik harus dimulai dari kerendahan hati, bukan dari ketinggian atau kesombongan, tetapi dari “jurang” (Mzm.130:1), dari hati yang rendah dan penuh penyesalan. (KGK 2559)

Menurut ajaran Gereja Katolik (KGK 2565 ) doa juga merupakan  bentuk perjumpaan kita dengan Allah di dalam hati. Dalam perjumpaan itu Allah bukan saja bertemu dengan kita melainkan juga mengadakan perjanjian dengan kita dan mengajak kita masuk ke dalam persekutuanNya melalui dan dalam Kristus Yesus PuteraNya seperti ketika Yesus berjumpa dengan wanita Samaria di dekat sumur (lih.Yoh. 4:1-42) Karena perjumpaan kita dengan Allah dalam Kristus Yesus, maka doa lalu menjadi hubungan kasih antara kita dengan Allah Bapa, antara kita dengan Allah Putera, antara kita dengan Allah Roh Kudus dan hubungan kasih di hadirat Allah Tritunggal maha kudus ini menjangkau seluruh Gereja sebagi TubuhNya. Inilah doa Kristiani.

Refleksi

Apa yang telah diajakan Gereja Katolik termasuk St. Theresia Kanak-Kanak Yesus dan St. Yohanes dari Damaskus, menunjukkan kepada kita bahwa doa tak pernah lepas dari kehidupan hati. Maka doa yang baik memang doa yang keluar dari hati atau dari kesungguhan jiwa seperti dikatakan oleh St. Yohanes Krisostomus “Doa kita akan didengar atau tidak, tidak tergantung dari jumlah kata-katanya, tetapi kesungguhan jiwa kita”.  Doa yang baik memang bukan dari mulut dengan kata-kata yang panjang-panjang seperti orang Farisi. Itulah sebabnya pula mengapa Yesus pernah bersabda, “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu : Tuhan, Tuhan akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga” (Mat.7:21) Doa yang mementingkan kata-kata dan tidak menyertakan hati, tidak akan pernah berkenan di hadapan Allah. Sebab melalui dan dalam hati, Allah bukan saja menyatakan kedendakNya melainkan juga mengadakan perjanjian dengan kita, perjanjian yang mengajak kita masuk ke dalam persekutuanNya menjadi anak-anakNya dalam Kristus Yesus.  

Lalu bagaimana dengan hati kita, dengan pikiran kita, dengan perasaan kita ketika kita berdoa ? Apakah hati, pikiran dan perasaan menjadi persiapan yang baik dalam kita berdoa ? Bagaimana juga dengan sikap kita? Apakah kita memiliki sikap rendah hati dan menyadari bahwa kita datang kepada Allah karena kita sungguh mencintaiNya? Kepada siapa juga doa kita panjatkan? Apakah kita menyadari bahwa doa kita adalah doa dalam Kristus Yesus, dan selalu ingat akan GerejaNya yang kudus? Terakhir apakah kita punya waktu atau menyediakan waktu khusus untuk berdoa termasuk lamanya waktu berdoa?

0 comments:

Post a Comment