MERENUNGKAN
DOA ROSARIO
Salah satu doa kepada Bunda Maria yang
saat ini sangat populer di kalangan kita umat katolik adalah doa Rosario yaitu
doa kepada Bunda Maria dengan dibantu rangkaian manik-manik. Rangkaian
manik-manik yang tersusun indah seperti sekarang ini disebut rosario yang
sesungguhnya adalah alat bantu untuk berdoa kepada
Bunda Maria. Sebagai alat yang dipergunakan untuk berdoa, maka rosario menjadi sarana
penting dalam kehidupan kita. Tidak jarang lalu kita minta rosario itu diberkati Romo bukan agar rosario
menjadi sakral, melainkan agar rosario itu bisa sungguh membantu kita lebih
matap dan lebih sering berdoa kepada Bunda Maria.
Nama dan Asal
Usul Doa Rosario
Nama rosario atau rosarium berasal dari abad ke-13 yang artinya tanaman
mawar (rose). Tanaman ini selain mempunyai keindahan pada bunganya (bunga
mawar) juga memiliki kasiat untuk menyembuhkan penyakit. Bunga yang indah dan kasiat
ini lalu menjadi simbol Bunda Maria yaitu Bunda yang memancarkan kecantikan dan memberi
kesembuhan batin. Itulah arti dari sebuah nama rosario, meskipun nama ini tidak
persis sama artinya dengan nama rosario dalam doa rosario, sebab nama rosario
sesungguh baru dikenal artinya pada abad 15.
Adapun asal-usul doa Rosario tidak dapat ditentukan secara jelas. Pada masa awal
Gereja, penggunaan “buti-butir” atau “manik-manik” dan pendarasan doa berulang-ulang
seperti dalam doa Rosario sekarang ini, sudah lazim dilakukan oleh para rahib ketika
mereka berdoa harian dengan mendaraskan mazmur yang jumlahnya 150, sesuai
dengan jumlah mazmur yang ada dalam Kitab Suci. Tapi tidak berarti bahwa doa Rosario
sudah mulai sejak awal Gereja.
Setelah berkahirnya zaman penganiayaan terutama pada abad 11, banyak kaum awam yang ingin berpartisipasi dalam liturgi/biara, namun mereka mengalami kesulitan membaca mazmur karena tidak semua mereka terpelajar. Maka sebagai gantinya mereka mendaraskan 150 kali doa Bapa Kami
yang sudah dihafal, dan sebagai alat bantu perhitungan, mereka menggunakan 150 biji-bijian
atau membuat simpul-simpul kecil dari tali.
Seiring dengan perkembangan devosi Maria, maka sejak abad 12 sampai abad
15. susunan dan rumusan doa Rosario mulai nampak perlahan-lahan dengan
digantinya pendarasan doa Bapa Kami yang jumlahnya 150 mulai menjadi doa Salam
Maria. Ke-150 doa Salam Maria lalu dikenal sebagai “Mazmur Santa Perawan Maria”
atau “Mary’s Psalter” yang dibagi dalam 3 bagian masing-masing berisi 50 doa
Salam Maria yang disebut na tri coicat atau 3 limapuluhan. Pembagian
semacam ini sebetulnya sudah dimulai
sekitar tahun 800-an oleh para rahib dari Irlandia.
Pada
abad 14 atau awal abad 15, seorang biarawan Carthusian, Dominikus dari Prussia
mulai mengkaitkan ayat-ayat mengenai hidup Yesus dan Maria dengan 50
Salam Maria. Jumlah Salam Maria tergantung berapa jumlah kaitan ayat hidup
Yesus dan Maria. Misalnya 7 Salam Maria untuk mengenang tujuh kedukaan Maria,
15 Salam Maria untuk mengenal 15 kegembiraan Maria. Seorang rahib Chartusian
yang lain, Henrikus Kalkar dari Rhineland membagi 150 Salam Maria ke dalam
kelompok-kelompok lebih kecil; satu kelompok berisi 10 Salam Maria yang
dipisahkan dengan satu Doa Bapa Kami. Doa dari berbagai bahan (doa-doa, ayat) ini kemudian disebut “rosarium” (kebun Mawar)
atau semacam bunga rampai. Inilah arti nama rosario dalam doa rosario. Para Biarawan
Chartusian menyebarkan praktek doa ini ke Inggris dan ke berbagai negara.
Pada abad 16 doa rosario
mulai mendapat tambahan dari rangkaian peristiwa hidup Yesus dan Maria dalam
bentuk peristiwa Yesus Kristus seperti peristiwa GEMBIRA, SEDIH, MULIA.
Peristiwa TERANG atau CAHAYA yang sekarag
ini ada baru ditambahkan oleh Bapa Paus Yohanes Paulus II tanggal 16 Oktober
2002 melalui surat Apostulik “Rosarium Virginis Mariae”. Rumusan seruan
Kemuliaaan atau doksologi (penghormatan kepada Trinitas) sudah ada sejak abad
ke-3 untuk mengakhiri doa Mazmur namun baru menjadi bagian dari doa rosario
pada abad 16. Sedang doa “Ya Yesus Yang baik… yang ditambahkan pada akhir
setiap misteri berasal dari refleksi pesan Bunda Maria pada penampakannya di
Fatima pada tahun 1917. Sedang Syahadat Para Rasul yang sering disebut sebagai
pengikat mawar-mawar indah (devosi Maria) telah dirangkaikan jauh sebelumnya
yaitu pada abad ke-15. Dengan demikian doa rosario pada abad 16 sudah mendapat
susunan dan rumusan doa seperti sekarang ini sebelum mendapat beberapa tambahan
dari Bapa Paus Yohanes Paulus II dan peristiwa penampakan Bunda Maria di
Fatima.
Bulan Mei dan
Oktober
Bulan Mei dan Oktober adalah
bulan Maria, bulan yang didedikasikan Gereja untuk menghormati Bunda Maria. Menurut
tradisi, penghormatan ini sudah berlangsung berabad-abad. Pada abad ke-13 sudah
ada penghormatan kepada Bunda Maria secara khusus di bulan Mei. Tetapi penghormatan
itu belum populer di kalangan umat kristiani pada waktu itu. Baru di tahun
1700-an sampai 1800-an penghormatan Maria
di bulan Mei menjadi populer berkat praktek doa rosario yang dilakukan oleh
para Romo Jesuit di Roma dan berkat
pertolongan Bunda Maria kepada Paus Pius ke VII yaitu dibebaskannya beliau dari
penjara sebagai tawanan perang serdadu Napoleon pada tanggal 24 Mei 1814. Maka
sekarang ini Gereja menetapkan setiap tanggal 24 Mei menjadi perayaan wajib
Bunda Maria Penolong Umat Kristen.
Latar
belakang perayaan ini kemudian menjadikan devosi Maria di
bulan Mei makin dikenal oleh Gereja Universal. Akhirnya melalui Ensiklik the Month of Mary, Bapa
Paus VII menetapkan
Bulan Mei adalah bulan dimana devosi umat beriman didedikasikan kepada Bunda
Maria.
Sedangkan
bulan Oktober menjadi bulan devosi Maria berkaitan dengan kemenangan
pertempuran di Lepanto tahun 1571. di
mana
waktu itu negara- negara /negara Kristen di Eropa diserang oleh kerajaan
Ottoman. Jumlah pasukan armada
yang tidak seimbang memungkinkan Eropa dengan mudah dapat dikuasai oleh pasukan armada Turki
(Islam). Bapa Paus Pius V bersama umat berdoa Rosario di Basilika Santa Maria
Maggiore memohon pertolongan Bunda Maria agar pasukan Katolik pimpinan Don Yuan bisa memenangi pertempuran. Pada hari Minggu, tanggal 7 Oktober 1571
armada pasukan katolik mengalahkan armada pasukan Islam hanya dalam tempo 5 jam.
Atas kemenangan yang luar biasa ini Bapa Paus Pius V dalam misa di Vatikan
menetapkan perayaan Rosario Suci tanggal 07 Oktober dan kemudian penerusnya, Bapa Paus Gregorius XIII,
menetapkan tanggal 7 Oktober itu sebagai Hari Raya Rosario Suci.
Dalam amanat
Angelus bulan Oktober 1983, Bapa Suci Yohanes Paulus II memberi prespektf baru
terhadap penetapan Bunda Maria sebagai Ratu Rosario Suci, bukan hanya karena kemenangan di Lepanto,
melainkan kemenangan terhadap roh kejahatan dan kesesatan. Karena itu intensi
baru terhadap penghormatan Bunda Maria adalah mohon agar Bunda Maria
menyediakan bagi kita pejuang-pejuang yang gagah berani dalam melawan roh
kejahatan dan kesesatan dengan senjata injil yaitu salib dan sabda Allah. Kita
dipanggil untuk menjadi pejuang-pejuang itu.
Memahami
dan Merenungkan Doa Rosario
Doa rosario
selalu kita buka dengan mengucapkan iman kepercayaan kita yaitu Syahadat Para
Rasul. Inilah iman kita yang mendasari hidup doa mengapa kita berdoa rosario.
Tanpa iman, sia-sialah doa kita. Kalau St. Yakobus bilang tanpa perbuatan, iman
adalah mati, maka sebaliknya kita bisa berkata tanpa iman perbuatan kita adalah
mati, sia-sialah perbuatan kita. Maka iman bukan saja menjadi landasan berdoa,
tetapi juga menjadi landasan hidup kita. Perbuatan itu menurut St. Paulus
adalah kasih. Tanpa kasih iman adalah mati.
Kemudian doa
rosario dilanjutkan dengan doa Bapa Kami. Inilah doa yang diajarkan Kristus
sendiri kepada kita, doa yang diajarkan karena kita memintanya, karena kita tidak tahu bagaimana harus berdoa. Maka kerendahan hati menjadi syarat
utama dalam kita berdoa, termasuk berdoa rosario. Bunda Maria sendiri juga
memberi contoh kepada kita Aku ini hamba Tuhan jadilah padaku menurut
perkataanmu.
Selanjutnya
rangkai tiga Salam Maria dalam doa Rosario, mengingatkan kita bahwa doa itu
bukan saja untuk menghormati hubungan Bunda Maria dengan Tri Tunggal, tetapi
juga menegaskan kepada kita bahwa doa kita adalah doa yang ditujukan kepada Tri
Tunggal melalui Bunda Maria, atau dengan kata lain melalui Maria kita sampai
kepada Puteranya, Bagian pertama dari
doa Rosari0 lalu ditutup dengan doa kemulian kepada Tri Tunggal Maha Kudus (Doksologi),
dan doa ini akan terus menandai setiap akhir dari setiap 10 Salam Maria.
Bagian kedua
dari doa Rosario ialah bersama Bunda Maria kita menatap wajah Kristus. Bagian
ini mengajak kita memasuki dunia kontemplatif, menyelami misteri Yesus Kristus melalui
peristiwa-peristiwa Gembira, Terang, Sedih dan Mulia. Inilah kedalaman doa
Rosario. Inilah yang disebut jiwa dari doa Rosario. Maka ketika kita berdoa rosario dan kita tidak
sampai pada permenungan tentang peristiwa-peritiwa itu dengan sungguh-sungguh,
maka kita belum sepenuhnya berdoa Rosario. Bapa Paus Paulus VI mengatakan:
Tanpa permenungan tentang Yesus Kristus atau tanpa dimensi kontemplatif, doa
rosario akan kehilangan maknanya seperti tubuh kehilangan jiwanya. Tubuh
rosario adalah doa-doa yang kita ucapan secara lisan ( Salam Maria, Bapa kami,
Kemuliaan… dst), jiwa rosario adalah permenungan kita tentang Yesus Kristus. Karena itu penting
bahwa di setiap
peristiwa kita hening sejenak merenungkannnya, agar doa rosario kita memiliki
“jiwa”. Jangan sampai hanya mimiliki tubuh saja yaitu kita jatuh pada mekanisme
pengulangan kata. Karena itu Bapa Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa Rosario
adalah benar-benar doa yang berpusat pada Kristus dan merupakan “ringkasan”
seluruh Injil. Pengulangan Salam Maria 10 dimaksudkan untuk memenuhi tujuan
itu. Bagaimana doa rosario kita selama ini ?
0 comments:
Post a Comment