Saturday, 7 November 2015

BERDOA BAIK DAN BENAR (Katekese Okt.)



BERDOA BAIK DAN BENAR

Telah kita sadari bersama bahwa doa tidak bisa kita pisahkan dari hidup kita sebagai orang beriman katolik. Sebab doa adalah nafas hidup iman, seperti sering kita nyanyikan dari buku Madah Bakti No. 308. Bila nafas berhenti maka hidup juga berhenti. Demikian juga bila nafas iman berhenti, maka hidup beriman kita juga berhenti. Karena itu doa penting.


Sering terjadi bahwa kita mengakui doa itu penting tapi tidak semua diantara kita bisa berdoa dengan baik dan benar secara katolik. Bahkan ada yang sama sekali tidak bisa berdoa, kalau diminta misalnya memimpin doa. Sebaliknya ada yang bisa berdoa, namun cara berdoa mirip dengan doa saudara-saudara kita Protestan. Tentu saja kita tidak ingin   memperbadingkan doa kita dengan doa mereka mana yang lebih baik. Itu  tidak penting. Tapi bahwa kita mempunyai cara berdoa yang berbeda, itu penting.

Oleh karena itu dalam katekese ini kita ingin belajar bagaimana berdoa yang baik dan benar secara katolik. Tapi perlu diingat, bahwa semua ini tidak berarti orang yang berdoa dengan cara yang baik dan benar secara katolik pasti didengar atau dikabulkan oleh Allah. Keberhasilan berdoa (artinya Allah berkenan mendengarkan) sangat tergantung dari kesungguhan jiwa kita, bukan dari caranya. Oleh sebab itu kita harus berdoa dengan kesungguhan jiwa  dan dengan cara yang baik dan benar.


Struktur, isi dan bentuk doa

Dalam Katekese hari ke-5 kita bersama telah merenungkan Doa Bapa Kami. Dari perenungan itu kita mengenal bahwa doa Bapa Kami merupakan doa yang memiliki struktur, isi dan bentuk yang hingga kini terus dipertahankan oleh Gereja dan diteruskan dari generasi satu ke generasi lain, sebagai doa yang benar dan baik. St. Thomas Aqunias menyebutnya doa yang sungguh sempurna. Maka mengikuti pola doa Bapa Kami, kita bisa mengenal bahwa doa yang baik dan benar secara katolik itu mempunyai beberapa ciri pokok

1.       Menyebut Allah (Anaklesis).

Setiap doa yang baik dan benar selalu dimulai dengan menyebut Allah. Dalam doa Bapa Kami kita menyebut Allah itu Bapa. Sebutan Allah atau Bapa ini menunjukkan suatu kedekatan relasi antara Allah dan manusia antara kita dan Allah karena berkat Allah yang telah kita terima. Berkat inilah yang menjadi dasar komunikasi antara kita dengan Allah.

Penyapaan Allah tidak hanya mengandung arti berkat, tetapi juga penyembahan. Penyembahan ini terjadi karena kita mengakui bahwa berkat adalah anugerah dari Allah. Ucapan syukur atas berkat ini ditunjukkan melalui penyembahan. Maka dalam menyebut Allah atau Bapa dalam pembukaan doa harus dilakukan dalam berkat dan penyembahan. Secara sederhana doa harus dimulai dengan menyebut Allah beserta segala atribut kemahakuasaanNya sebagai ungkapan syukur dan penyembahan kita.

2.     Mengenang Karya Allah. (anamnesis)

Menyebut Allah atau Bapa tidaklah cukup, sekalipun lahir dari dalam berkat dan ucapan syukur. Doa yang baik dan benar harus juga mengalir dari kenangan atau ingatan akan karya Allah yaitu tindakan Allah yang menyelamatkan kita. Dalam perayaan ekaristi kita kenal dengan anamnese, yaitu kenangan akan karya Penebusan Kristus. Kita diajak mengenang, wafat, kebangkitan serta kedatangan Kristus kembali seperti telah dijanjikan.

Kenangan akan karya Allah dalam hidup kita mungkin bermacam-macam, tergantung apa yang pernah kita alami. Sebagai bagian dari doa yang baik dan benar kenangan akan karya Allah ini harus kita ekspresikan dalam doa melalui pujian. Dalam doa Bapa Kami pujian ini terungkap dalam seruan  “dimuliakan namaMu, datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu diatas bumi seperti di dalam surga.”

3.      Memohon kepada Allah (Epiklise)

Setelah menyebut Allah dengan segala atribut kemahakuasaanNya dan disertai dengan pujian kepada Allah atas kebaikanNya, maka kita kemudian  menyampaikan permohonan kepada Allah untuk kebutuhan kita dan kebutuhan orang lain. Dalam doa Bapa kami kebutuhan itu adalah rejeki hari ini, pengampunan atas dosa kita, perlindungan dari pencobaan dan pembebasan dari yang jahat. Permohonan ini disebut intensi doa.

 Doa epiklise dalam perayaan ekaristi adalah doa  untuk memohon Roh Kudus turun atas persembahan agar  persembahan itu diubah menjadi tubuh dan darah Kristus demi keselamatan orang yang menyambutnya.

4.      Penutup ( Doksologi)

Setiap doa katolik yang baik dan benar selalu diakhiri dengan seruan kepada Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus (doksologi), di dalam dan bersama Trinitas ini kita sampaikan doa kita. Atau juga bisa diakhiri atau ditutup dengan seruan Kristologis yaitu dengan perantaraan Kristus.

Doa katolik yang baik dan benar harus memenuhi 4 unsur itu. Di bawah ini sebuah contoh sederhana untuk doa pribadi:

Allah Bapa kami yang mahabaik, kami bersyukur untuk hari baru ini yang telah Kau anugerahkan bagi kami. Engkau telah melindungi kami selama semalam yang telah berlalu dan memberikan begitu banyak rezeki hingga saat ini. Kami mohon berikanlah kami hati yang sanggup bersyukur dan hati yang selalu memberi kepada orang lain dari anugerah yang telah kami terima daripada-Mu. Semoga kami sanggup melakukan itu dengan menolong sesama yang berkekurangan. Doa ini kami sampaikan kepadamu dengan pengantaraan Yesus Kristus Tuhan dan pengantara kami yang hidup bersama Dikau dalam persatuan dengan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin. (Penutup doa bersifat trinitaris: Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus)

Contoh doa ini menunjukkan kepada kita susunan, isi dan bentuk yang jelas. :


  •    Menyebut Allah dan atributnya
  •    Pujian dalam bentuk syukur
  •    Permohonan untuk diri dan orang lain
  •    Pentup doa secara doksologis atau Kristologis

0 comments:

Post a Comment