BERDOA BAIK DAN BENAR
Telah kita sadari
bersama bahwa doa tidak bisa kita pisahkan dari hidup kita sebagai orang
beriman katolik. Sebab doa adalah nafas hidup iman, seperti sering kita
nyanyikan dari buku Madah Bakti No. 308. Bila nafas berhenti maka hidup juga
berhenti. Demikian juga bila nafas iman berhenti, maka hidup beriman kita juga
berhenti. Karena itu doa penting.
Sering terjadi bahwa
kita mengakui doa itu penting tapi tidak semua diantara kita bisa berdoa dengan
baik dan benar secara katolik. Bahkan ada yang sama sekali tidak bisa berdoa,
kalau diminta misalnya memimpin doa. Sebaliknya ada yang bisa berdoa, namun
cara berdoa mirip dengan doa saudara-saudara kita Protestan. Tentu saja kita
tidak ingin memperbadingkan doa kita
dengan doa mereka mana yang lebih baik. Itu
tidak penting. Tapi bahwa kita mempunyai cara berdoa yang berbeda, itu
penting.
Oleh karena itu
dalam katekese ini kita ingin belajar bagaimana berdoa yang baik dan benar
secara katolik. Tapi perlu diingat, bahwa semua ini tidak berarti orang yang
berdoa dengan cara yang baik dan benar secara katolik pasti didengar atau
dikabulkan oleh Allah. Keberhasilan berdoa (artinya Allah berkenan
mendengarkan) sangat tergantung dari kesungguhan jiwa kita, bukan dari caranya.
Oleh sebab itu kita harus berdoa dengan kesungguhan jiwa dan dengan cara yang baik dan benar.
Struktur,
isi dan bentuk doa
Dalam Katekese hari ke-5 kita bersama telah merenungkan
Doa Bapa Kami. Dari perenungan itu kita mengenal bahwa doa Bapa Kami merupakan
doa yang memiliki struktur, isi dan bentuk yang hingga kini terus dipertahankan
oleh Gereja dan
diteruskan dari generasi satu ke generasi lain, sebagai doa yang benar dan
baik. St. Thomas Aqunias menyebutnya doa yang sungguh sempurna. Maka
mengikuti pola doa Bapa Kami, kita bisa mengenal bahwa doa yang baik dan benar secara katolik itu mempunyai
beberapa ciri pokok
1.
Menyebut Allah
(Anaklesis).
Setiap doa yang baik
dan benar selalu dimulai dengan menyebut Allah. Dalam doa Bapa Kami kita
menyebut Allah itu Bapa. Sebutan Allah atau Bapa ini menunjukkan suatu
kedekatan relasi antara Allah dan manusia antara kita dan Allah karena berkat
Allah yang telah kita terima. Berkat inilah yang menjadi dasar komunikasi
antara kita dengan Allah.
Penyapaan Allah
tidak hanya mengandung arti berkat, tetapi juga penyembahan. Penyembahan ini
terjadi karena kita mengakui bahwa berkat adalah anugerah dari Allah. Ucapan syukur atas berkat ini ditunjukkan melalui
penyembahan. Maka dalam menyebut Allah atau Bapa dalam pembukaan doa harus
dilakukan dalam berkat dan penyembahan. Secara sederhana doa harus dimulai dengan menyebut Allah
beserta segala atribut kemahakuasaanNya sebagai ungkapan syukur dan penyembahan
kita.
2.
Mengenang Karya
Allah. (anamnesis)
Menyebut Allah atau
Bapa tidaklah cukup, sekalipun lahir dari dalam berkat dan ucapan syukur. Doa
yang baik dan benar harus juga mengalir dari kenangan atau ingatan akan karya
Allah yaitu tindakan Allah yang menyelamatkan kita. Dalam perayaan ekaristi
kita kenal dengan anamnese, yaitu
kenangan akan karya Penebusan Kristus. Kita diajak mengenang, wafat,
kebangkitan serta kedatangan Kristus kembali seperti telah dijanjikan.
Kenangan akan karya
Allah dalam hidup kita mungkin bermacam-macam, tergantung apa yang pernah kita
alami. Sebagai bagian dari doa yang baik dan benar kenangan akan karya Allah
ini harus kita ekspresikan dalam doa melalui pujian. Dalam doa Bapa Kami pujian ini terungkap dalam
seruan “dimuliakan namaMu, datanglah
kerajaanMu, jadilah kehendakMu
diatas bumi seperti di dalam surga.”
3.
Memohon kepada Allah
(Epiklise)
Setelah menyebut
Allah dengan segala atribut kemahakuasaanNya dan disertai dengan pujian kepada Allah atas kebaikanNya, maka kita kemudian menyampaikan permohonan kepada Allah untuk kebutuhan
kita dan kebutuhan orang lain.
Dalam doa Bapa kami kebutuhan itu adalah rejeki hari ini, pengampunan atas dosa
kita, perlindungan dari pencobaan dan pembebasan dari yang jahat. Permohonan
ini disebut intensi doa.
Doa epiklise dalam perayaan ekaristi adalah doa untuk memohon Roh
Kudus turun atas persembahan agar
persembahan itu diubah menjadi tubuh dan darah Kristus demi keselamatan
orang yang menyambutnya.
4. Penutup ( Doksologi)
Setiap doa katolik yang baik
dan benar selalu diakhiri dengan seruan kepada Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus
(doksologi), di dalam dan bersama Trinitas ini kita sampaikan doa kita. Atau
juga bisa diakhiri atau ditutup dengan seruan Kristologis yaitu dengan
perantaraan Kristus.
Doa katolik yang baik dan benar harus
memenuhi 4 unsur itu. Di bawah ini sebuah contoh sederhana untuk doa pribadi:
Allah Bapa kami
yang mahabaik, kami bersyukur untuk hari baru ini yang telah Kau anugerahkan
bagi kami. Engkau telah melindungi kami selama semalam yang telah berlalu dan
memberikan begitu banyak rezeki hingga saat ini. Kami mohon berikanlah kami
hati yang sanggup bersyukur dan hati yang selalu memberi kepada orang lain dari
anugerah yang telah kami terima daripada-Mu. Semoga kami sanggup melakukan itu
dengan menolong sesama yang berkekurangan. Doa ini kami sampaikan kepadamu
dengan pengantaraan Yesus Kristus Tuhan dan pengantara kami yang hidup bersama
Dikau dalam persatuan dengan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin.
(Penutup doa bersifat trinitaris: Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus)
Contoh doa ini menunjukkan kepada kita
susunan, isi dan bentuk yang jelas. :
- Menyebut Allah dan atributnya
- Pujian dalam bentuk syukur
- Permohonan untuk diri dan orang lain
- Pentup doa secara doksologis atau Kristologis
0 comments:
Post a Comment