PERGUMULAN DOA
Dalam
katekese-katekese sebelumnya kita bersama telah mendalami tentang apa itu doa
dan bagaimana doa itu dipraktekkan secara baik dan benar menurut ajaran dan
tradisi katolik. Tetapi hendaklah kita ingat bahwa tidak
dengan sendirinya orang yang memiliki pengetahuan tentang doa bisa berdoa lebih
baik dari pada mereka yang tidak memiliki. Sebab
doa membutuhkan
kesungguhan jiwa. Tanpa kesungguhan jiwa doa tidak banyak guna. Apalagi
doa sendiri adalah karunia Tuhan. Hanya kalau Tuhan mengaruniakan rahmatNya,
kita sesungguh
baru bisa berdoa.
Dalam katekse hari ini (katekese terakhir) kita hendak melihat
godaan dan hambatan yang bisa terjadi dalam kehidupan doa kita.
Godaan
dan Hambatan
Dalam
berdoa, tidak jarang kita mengalami hambatan ketika kita akan melaksanakan doa
itu. Hambatan itu bisa muncul dari pandangan-pandangan
yang berasal dari luar diri kita. Misalnya pandangan yang mengatakan bahwa doa
hanyalah kegiatan yang bersifat spikologis; bahwa doa hanyalah merupakan suatu jalan
keluar ketika tidak ada solusi yang lain dalam menghadapi kesulitan; doa juga
dipandang sebagai suatu kegiatan yang memerlukan waktu khusus, sehingga kita cenderung berkata “ tidak ada
waktu untuk berdoa” ; doa juga tidak banyak membawa keuntungan dibanding dengan
kegiatan lain seperti bekerja. Pandangan atau godaan semacam ini bisa
mempengaruhi hidup kita, sehingga kita kurang tertarik untuk berdoa. Pernahkah
hal-hal semacam ini merasuki hidup kita?
Sebaliknya,
banyak diantara kita yang menyadari bahwa doa sungguh-sungguh penting dalam
hidup kita, namun dalam praktek tidak jarang kita menjumpai godaan. Godaan itu
bisa menimbulkan dalam diri kita
keraguan terhadap efektivitas doa. Dalam doa misalnya, pikiran kita kerap kali
melantur kemana-mana, sehingga kita lupa bahwa saat ini kita sedang berdialog
dengan Tuhan. Untuk mengatasi pelanturan pikiran itu, maka kita diharapkan
berani menepisnya atau mengendalikannya. Namun hal ini tidak dengan mudah
berhasil. Maka untuk mengatasi hal ini, sebaiknya kita menggunakan sarana-sarana
seperti gambar-gambar suci, salib, patung Bunda Maria, musik dlsb untuk
membantu pikiran kita agar bisa fokus dalam hal-hal rohani. Sangat dianjurkan
membaca Kitab Suci. Sebab dengan cara ini kita bukan hanya bisa fokus, tetapi juga kita bisa mendengar apa
yang disabdakan Tuhan dan menanggapinya. Seperti lectio divina adalah cara
yang baik untuk berdoa.
Hambatan
lain dalam doa juga datang dari perasaan kekeringan. Sudah berkali-kali kita
mencoba berdoa, tetapi hati dan pikiran
ini tetap terasa kering, gersang, sulit berdoa. Kita seperti terpisah dari Allah. Hal semacan ini pernah dialami Yesus ketika Ia berdoa di Taman
Getsemani. Perasaan kering karena Allah seperti tidak di pihakNya. Ketakutan
dan kecemasan dibiarkannya menggelayut di hatiNya. Namun Yesus tetap terus
berdoa hingga akhirnya Ia mampu menyerahkan diri kepada Bapa dan berkata “Bukan
kehendakku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”
Perasaan
kering juga bisa datang karena lemahnya iman atau kurangnya iman. Rasa skeptis
sering menghantui ketika kita berdoa. Ada banyak perasaan, pikiran berkecamuk
di dalam batin/hati kita: apakah masih ada gunanya saya berdoa. Apakah doa ini
akan membantu saya? Apakah Tuhan pasti mengabulkan permohonan saya? Rasa
skeptis ini muncul karena kita kurang percaya atas penyelenggaraan Allah. Kekurangan
iman seperti biji yang jatuh di batu. Tumbuh lalu mati karena kekurangan akar.
Pertobatan menjadi sarana efektif untuk menanggulangi kekeringan hati.
Godaan
lain adalah kemalasan. Kemalasan merupakan salah satu godaan yang umum menghinggapi
banyak orang beriman. Orang beriman sering terlalu percaya bahwa Tuhan pasti
memahami apa yang perlu atau kita butuhkan. Karena itu tidak perlu berdoa. Kalau
kita bekerja keras untuk keluarga, itulah doa. St. Paulus mengingatkan kita “Roh itu
penurut namun daging itu lemah’ (Mat 26:41). Kemalasan muncul karena
kita mengikuti kemauan daging. Karena itu perlu latihan matiraga, pengendalian
diri agar hidup kita tidak dimanjakan oleh keinginan daging, tidak
dininabobokkan oleh kemalasan.
Penutup
Sekalipun hambatan dan
godaan ini bisa mengganggu kehidupan doa kita, namun jangan pernah hal itu
menjadikan kita berhenti berdoa. Sebab doa adalah panggilan hidup kita. Kita
harus tetap melakukan dengan tekun, sebab Allah akan membenarkan kita orang-orang
pilihanNya yang siang malam berseri kepadaNya (LK. 18: 1- 7) seperti para murid
yang tekun dan sehati dalam doa ( Kis. 1:14). St. Paulus juga meminta kita agar
kita tetap berdoa, mengucap syukur dalam segala sesuatu dalam nama Tuhan Tuhan kita Yesus Kristus kepada
Allah Bapa (1Tes. 5:17; Ef. 5: 20)
0 comments:
Post a Comment