Saturday, 7 November 2015

PERGUMULAN DOA (Katekese Okt.)

PERGUMULAN DOA

Dalam katekese-katekese sebelumnya kita bersama telah mendalami tentang apa itu doa dan bagaimana doa itu dipraktekkan secara baik dan benar menurut ajaran dan tradisi katolik. Tetapi hendaklah kita ingat bahwa tidak dengan sendirinya orang yang memiliki pengetahuan tentang doa bisa berdoa lebih baik dari pada mereka yang tidak memiliki. Sebab doa membutuhkan kesungguhan jiwa. Tanpa kesungguhan jiwa doa tidak banyak guna. Apalagi doa sendiri adalah karunia Tuhan. Hanya kalau Tuhan mengaruniakan rahmatNya, kita  sesungguh baru bisa berdoa.


            Dalam katekse hari ini (katekese terakhir) kita hendak melihat godaan dan hambatan yang bisa terjadi dalam kehidupan doa kita.

Godaan dan Hambatan

Dalam berdoa, tidak jarang kita mengalami hambatan ketika kita akan melaksanakan doa itu.  Hambatan itu bisa muncul dari pandangan-pandangan yang berasal dari luar diri kita. Misalnya pandangan yang mengatakan bahwa doa hanyalah kegiatan yang bersifat spikologis; bahwa doa hanyalah merupakan suatu jalan keluar ketika tidak ada solusi yang lain dalam menghadapi kesulitan; doa juga dipandang sebagai suatu kegiatan yang memerlukan waktu khusus,  sehingga kita cenderung berkata “ tidak ada waktu untuk berdoa” ; doa juga tidak banyak membawa keuntungan dibanding dengan kegiatan lain seperti bekerja. Pandangan atau godaan semacam ini bisa mempengaruhi hidup kita, sehingga kita kurang tertarik untuk berdoa. Pernahkah hal-hal semacam ini merasuki hidup kita?

Sebaliknya, banyak diantara kita yang menyadari bahwa doa sungguh-sungguh penting dalam hidup kita, namun dalam praktek tidak jarang kita menjumpai godaan. Godaan itu bisa menimbulkan  dalam diri kita keraguan terhadap efektivitas doa. Dalam doa misalnya, pikiran kita kerap kali melantur kemana-mana, sehingga kita lupa bahwa saat ini kita sedang berdialog dengan Tuhan. Untuk mengatasi pelanturan pikiran itu, maka kita diharapkan berani menepisnya atau mengendalikannya. Namun hal ini tidak dengan mudah berhasil. Maka untuk mengatasi hal ini, sebaiknya kita menggunakan sarana-sarana seperti gambar-gambar suci, salib, patung Bunda Maria, musik dlsb untuk membantu pikiran kita agar bisa fokus dalam hal-hal rohani. Sangat dianjurkan membaca Kitab Suci. Sebab dengan cara ini kita bukan hanya bisa  fokus, tetapi juga kita bisa mendengar apa yang disabdakan Tuhan dan menanggapinya. Seperti lectio divina  adalah cara yang baik untuk berdoa.  

Hambatan lain dalam doa juga datang dari perasaan kekeringan. Sudah berkali-kali kita mencoba berdoa, tetapi  hati dan pikiran ini tetap terasa kering, gersang, sulit berdoa. Kita  seperti terpisah dari Allah. Hal semacan ini  pernah dialami Yesus ketika Ia berdoa di Taman Getsemani. Perasaan kering karena Allah seperti tidak di pihakNya. Ketakutan dan kecemasan dibiarkannya menggelayut di hatiNya. Namun Yesus tetap terus berdoa hingga akhirnya Ia mampu menyerahkan diri kepada Bapa dan berkata “Bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”

Perasaan kering juga bisa datang karena lemahnya iman atau kurangnya iman. Rasa skeptis sering menghantui ketika kita berdoa. Ada banyak perasaan, pikiran berkecamuk di dalam batin/hati kita: apakah masih ada gunanya saya berdoa. Apakah doa ini akan membantu saya? Apakah Tuhan pasti mengabulkan permohonan saya? Rasa skeptis ini muncul karena kita kurang percaya atas penyelenggaraan Allah. Kekurangan iman seperti biji yang jatuh di batu. Tumbuh lalu mati karena kekurangan akar. Pertobatan menjadi sarana efektif untuk menanggulangi kekeringan hati.

Godaan lain adalah kemalasan. Kemalasan merupakan salah satu godaan yang umum menghinggapi banyak orang beriman. Orang beriman sering terlalu percaya bahwa Tuhan pasti memahami apa yang perlu atau kita butuhkan. Karena itu tidak perlu berdoa. Kalau kita bekerja keras untuk keluarga, itulah doa. St. Paulus mengingatkan kita “Roh itu penurut namun daging itu lemah’ (Mat 26:41). Kemalasan muncul karena kita mengikuti kemauan daging. Karena itu perlu latihan matiraga, pengendalian diri agar hidup kita tidak dimanjakan oleh keinginan daging, tidak dininabobokkan oleh kemalasan.

Penutup

Sekalipun hambatan dan godaan ini bisa mengganggu kehidupan doa kita, namun jangan pernah hal itu menjadikan kita berhenti berdoa. Sebab doa adalah panggilan hidup kita. Kita harus tetap melakukan dengan tekun, sebab Allah akan membenarkan kita orang-orang pilihanNya yang siang malam berseri kepadaNya (LK. 18: 1- 7) seperti para murid yang tekun dan sehati dalam doa ( Kis. 1:14). St. Paulus juga meminta kita agar kita tetap berdoa, mengucap syukur dalam segala sesuatu dalam nama Tuhan  Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah Bapa (1Tes. 5:17; Ef. 5: 20)

0 comments:

Post a Comment