MERENUNGKAN
DOA BAPA KAMI
Salah
satu doa yang sangat berharga dan yang diwariskan Yesus kepada kita adalah doa
Bapa Kami. Dulu doa ini diajarkan Yesus kepada para muridNya, sesaat setelah
mereka melihat Yesus berdoa. Salah satu dari para murid itu meminta Yasus katanya
“Tuhan ajarlah, kami berdoa” (Luk. 11:1)
Doa Bapa Kami juga
disebut Doa Tuhan “Oratio Dominica” dan menjadi doa Gereja yang utama. Sejak abad pertama doa ini
diucapkan untuk menandai kelahiran baru anak-anak Allah melalui sakramen baptis.
Mereka yang telah menerima sakramen
baptis diperbolehkan berdoa Bapa Kami. Tapi bagi mereka yang belum menerima
sakramen baptis tidak diizikan mengucapkan doa ini. Maka doa Bapa Kami disebut “ doa kaum
beriman” Tapi sekaramg tidak demikian. Doa Bapa Kami justru menjadi doa harian
yang wajib dihafal oleh setiap orang katolik, termasuk katekumen dan diucapkan
di berbagai pertemuan doa, peribadatan terlebih dalam perayaan ekaristi, sebagai
ungkapan permohonan yang penuh makna dari misteri penyelamatan yang sudah
dilaksanakan dan doa ini akan terdengar secara penuh pada saat kedatangan
Tuhan. (KGK 578,580,581)
Doa
Bapa Kami juga dianggap sebagai “ringkasan” atau inti dari seluruh pewartaan
injil dalam bentuk doa, sebab disamping di dalam doa itu sendiri tersirat ciri
pokok pewartaan Yesus yaitu tentang Kerajaan Allah, juga penempatannya pun
berada di tengah-tengah Kotbah di Bukit
yaitu di antara Bab 5 dan bab 7 dalam Injil Matius.
Doa
Bapa Kami yang sampai sekarang ini kita kenal/ucapkan diambil dari terjemahan
bahasa Latin “Pater noster qui in caelis”
berdasarkan Injil Matius 6:9-13 dari Kitab Suci Vulgata. Kitab Suci Vulgata
adalah Kitab Suci berbahasa Latin karya
St. Hironimus (tahun 340-420) yang kemudian dinyatakan sebagai terjemahaan
otentik oleh Konsili Trente pada tahun 1546.
Memahami
Doa Bapa Kami
Doa Bapa Kami diawali
dengan sebutan Bapa di Surga. Artinya doa itu ditujukan kepada Allah di Surga
yang telah menjadikan kita anak-anakNya dengan menerima sakramen permandian berkat Putera Allah
yang telah menjelma menjadi manusia dan bersama dengan RohNya.
Allah yang tidak kita kenal, kini kita kenal karena Kristus PuteraNya
yang mengajari kita menyebut Allah “Abba” “Bapa” (lih. Mk 14:36, Rom.8:15; Gal 4:6). Karena itu hanya
orang yang percaya kepada Kristus yang bisa menyebut Allah sebagai Bapanya.
Setelah
menyebut Allah sebagai Bapa, doa Bapa Kami dilanjutkan dengan 7 permohonan yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu
tiga pertama adalah permohonan untuk kemuliaan Allah dan empat terakhir untuk
keperluan kita. Doa permohonan semacam ini disebut impetrarium yaitu doa untuk keperluan kita sendiri dan orang lain,
dalam hal ini adalah Allah. (Lih. Kej.18:22-33 Mat. 6: 9-13; 7:7-11, Luk.
11:1-13)
Untuk
tiga permohonan pertama adalah permohonan agar Allah dimuliakan, agar
kerajaanNya datang dan agar kehendakNya terjadi di dunia seperti di Surga. Sedang untuk empat yang
terakhir adalah permohonan untuk keperluan kita yaitu berilah rejeki pada hari
ini dan ampunilah kesalahan kami (kedua permohonan ini disebut doa mohon
kesehatan jiwa dan tubuh); janganlah masukkan ke dalam pencobaa dan bebaskan kami dari yang jahat
(kedua permohonan ini disebut doa mohon penguatan
iman). Permohonan
bebaskan kami dari yang jahat sekaligus menjadi penutup dari doa. Pada akhir
doa kita berseru “Amin”: artinya menurut St. Cyrillus dari
Yerusalem ‘semoga demikian’, dengan ini kita mengesahkan apa yang tertera
atau katakan dalam doa sesuai dengan apa yang diajarkan Allah” (Santo Cyrillus dari
Yerusalem) Atau kita setuju.
Merenungkan Doa Bapa Kami
Dalam doa Bapa Kami kita mengawalinya dengan menyebut Bapa
di Surga. Sebutan ini menunjukkan kepada kita bahwa Allah itu dekat pada kita.
Layaknya hubungan antara anak dan bapaknya. Bahkan begitu dekatnya sampai St.
Teresa dari Avila mengatakan kepada kita bahwa Allah itu ada di dalam batin
kita. “Arahkanlah matamu ke dalam batin dan lihatlah di dalam dirimu…. Engkau
akan menemukan Tuhanmu.” “Bapa Engkau ada dalam hati kami. Arahkan hati dan
pikiran kami kepadaMu”
“Dimuliakan namaMu,” Memuliakan Allah
berarti berharap agar makin banyak orang
mengenal Allah, mengenal Kristus dan kita siap menjadi alatNya. Kita siap menjadi utusanNya
untuk menyatakaan kemuliaan Allah baik di dalam hidup orang, maupun di dalam
hidup kita sendiri. “Ya Tuhan dimuliakan namaMu di tengah keluargaku, di dalam pekerjanku, di dalam pergaulanku, di tengah komunitasku, di dalam perkataan dan
perbuatanku”.
“Datanglah kerajaanMu”. Mengharapkan
kerajaan Allah datang merupakan harapan atau kerinduan kita agar Allahlah yang meraja di dalam hidup kita. Setiap keputusan apa
pun yang kita buat, Allahlah yang menjadi nomor satu, Allah yang harus
dimuliakan. Dengan demikian apa yang kita kejar di dunia ini hanya untuk
kemuliaan Allah, bukan untuk kemuliaan diri sendiri. Sebab semua yang kita
miliki adalah milik Allah dan harus dipergunakan untuk kemuliaan Allah. “ Ya
Tuhan, jadilah Engkau Raja di rumahku, jadilah Engkau raja di dalam
pekerjaanku, di dalam pikiranku, perkataanku, di dalam perbuatanku”
“Jadilah kehendakMu diatas
bumi seperti di dalam Surga” Kerendahan hati dan penyerahan diri menjadi syarat
utama untuk menyatakan apa yang menjadi kehedak Allah. Setiap kali kita
memanjatkan permohonan, kita lupa bahwa kehendak Allahlah yang harus
terlaksana, bukan kehendak kita. Kita bisa mencontoh bagaimana Yesus berdoa doa
di Taman Getsemani “. Tetapi bukanlah kehendakKu melainkan kehendakMulah yang
terjadi “(Lk. 22:42). “Tuhan biarkanlah kehendakMulah yang terjadi dalam setiap apa
yang kami lakukan”
“Berilah kami rejeki pada hari ini”. Doa permohonan ini
mengingatkan kita bahwa rejeki adalah berkat dari Tuhan, bukan semata-mata dari
hasil kerja sendiri. Tuhan Yesus
mengingatkan kita seberapa besar rejeki yang kita terima dari Allah, hendaklah
kita beryukur kepadaNya. Rasa syukur ini harus kita nyatakan kepada sesama
terutama kepada mereka yang berkekurangan. “Ya Tuhan kami bersyukur atas rejeki
yang kami terima hari ini. Ingatkan kami akan saudara-saudara kami yang
berkekurangan, karena rejeki bukan milik kami, melainkan milikMu. Biarkanlah
kami boleh membagikan berkatMu kepada sesama dengan suka-cita Ingatkan kami
juga akan rejeki rohani, roti kehidupan kami yaitu tubuh dan darahMu sendiri. Sebab ini rejeki
teragung dan terbesar bagi
kami. Berilah rahmatMu
agar kami senantiasa menyambutNya setiap kali dalam perayaan ekaristi.
“Dan ampunilah kesalahan kami seperti kamipun
mengampuni yang bersalah kepada kami” Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa hanya
karena kita telah mengampuni sesama yang bersalah kepada kita, maka kita memperoleh
pengampunan dari Allah. Jadi pengampunan dari Allah hanya kita terima kalau kita SUDAH terlebih dahulu
mengampuni kesalahan orang lain. Tak pernah pengampun kita terima, kalau kita hanya AKAN mengampuni kesalahan
orang lain. “ Ya Tuhan berilah rahmat
kekuatanMu agar kami bisa mengampuni kesalahan orang lain terutama mereka yang
menyakiti hati kami”
“Dan
janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan tetapi
bebaskanlah kami dari yang jahat” Doa yang diajarkan Yesus ini mengingatkan kita bahwa
sampai saat ini kita belum benar-benar terbebas dari segala macam godaan dan
ancaman. Kita tahu bahwa ada begitu banyak godaan dan pencobaan di dunia ini.
Godaan untuk menjadi sombong karena kelebihan-kelebihan yang kita miliki.
Pencobaan karena kecemasan akan masa depan, kesehatan, masalah-msalah keluarga,
masalah pekerjaan dls. Oleh karena itu kita mohon kekuatan iman untuk
menghadapi semuanya itu. Akhirnya doa Bapa kami ditutup dengan seruan “AMIN”
Penutup
Seorang Uskup
bersama Kosternya pergi ke Gua Maria untuk berdoa. Sesampainya di tempat. Bapa
Uskup duduk bersanding dengan kosternya. Mereka mengeluarkan rosario dan mulai
berdoa dalam hati masing-masing.
Sesudah sekian lama
mereka berdoa Rosario, Bapa Uskup belum juga kunjung selesai. Sementara sang
koster sudah dua kali doa Rosario. Sang Koster tampak tidak sabar karena Bapa
Uskup terlalu lama berdoa. Maka ia memberanikan diri bertanya secara
bisik-bisik :”Bapa Uskup saya sudah dua kali mengulang doa rosario, mengapa
Bapa Uskup belum juga selesai” Jawab Bapa Uskup “ Saya baru sampai pada kata
“Bapa Kami”
Doa yang sungguh
mendalam membutuhkan perenungan.
0 comments:
Post a Comment