Saturday, 7 November 2015

MERENUNGKAN BAPA KAMI (Katekese Okt.)



MERENUNGKAN
DOA BAPA KAMI

Salah satu doa yang sangat berharga dan yang diwariskan Yesus kepada kita adalah doa Bapa Kami. Dulu doa ini diajarkan Yesus kepada para muridNya, sesaat setelah mereka melihat Yesus berdoa. Salah satu dari para murid itu meminta Yasus katanya “Tuhan ajarlah, kami berdoa” (Luk. 11:1) 


Doa Bapa Kami juga disebut Doa Tuhan “Oratio Dominicadan menjadi doa Gereja yang utama.  Sejak abad pertama doa ini diucapkan untuk menandai kelahiran baru anak-anak Allah melalui sakramen baptis. Mereka  yang telah menerima sakramen baptis diperbolehkan berdoa Bapa Kami. Tapi bagi mereka yang belum menerima sakramen baptis tidak diizikan mengucapkan doa ini.  Maka doa Bapa Kami disebut “ doa kaum beriman” Tapi sekaramg tidak demikian. Doa Bapa Kami justru menjadi doa harian yang wajib dihafal oleh setiap orang katolik, termasuk katekumen dan diucapkan di berbagai pertemuan doa, peribadatan terlebih dalam perayaan ekaristi, sebagai ungkapan permohonan yang penuh makna dari misteri penyelamatan yang sudah dilaksanakan dan doa ini akan terdengar secara penuh pada saat kedatangan Tuhan. (KGK 578,580,581)

Doa Bapa Kami juga dianggap sebagai “ringkasan” atau inti dari seluruh pewartaan injil dalam bentuk doa, sebab disamping di dalam doa itu sendiri tersirat ciri pokok pewartaan Yesus yaitu tentang Kerajaan Allah, juga penempatannya pun berada di  tengah-tengah Kotbah di Bukit yaitu di antara Bab 5 dan bab 7 dalam Injil Matius.

Doa Bapa Kami yang sampai sekarang ini kita kenal/ucapkan diambil dari terjemahan bahasa Latin “Pater noster qui in caelis” berdasarkan Injil Matius 6:9-13 dari Kitab Suci Vulgata. Kitab Suci Vulgata adalah Kitab Suci berbahasa Latin  karya St. Hironimus (tahun 340-420) yang kemudian dinyatakan sebagai terjemahaan otentik oleh Konsili Trente pada tahun 1546.

Memahami Doa Bapa Kami

Doa Bapa Kami diawali dengan sebutan Bapa di Surga. Artinya doa itu ditujukan kepada Allah di Surga yang telah menjadikan kita anak-anakNya dengan menerima sakramen permandian berkat Putera Allah yang telah menjelma menjadi manusia dan bersama dengan RohNya.  Allah yang tidak kita kenal, kini kita kenal karena Kristus PuteraNya yang mengajari kita menyebut Allah  “Abba” “Bapa” (lih. Mk 14:36, Rom.8:15; Gal 4:6). Karena itu hanya orang yang percaya kepada Kristus yang bisa menyebut Allah sebagai Bapanya.

            Setelah menyebut Allah sebagai Bapa, doa Bapa Kami dilanjutkan dengan 7  permohonan yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu tiga pertama adalah permohonan untuk kemuliaan Allah dan empat terakhir untuk keperluan kita. Doa permohonan semacam ini disebut impetrarium yaitu doa untuk keperluan kita sendiri dan orang lain, dalam hal ini adalah Allah. (Lih. Kej.18:22-33 Mat. 6: 9-13; 7:7-11, Luk. 11:1-13)

Untuk tiga permohonan pertama adalah permohonan agar Allah dimuliakan, agar kerajaanNya datang dan agar kehendakNya terjadi di dunia seperti di Surga. Sedang untuk empat yang terakhir adalah permohonan untuk keperluan kita yaitu berilah rejeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami (kedua permohonan ini disebut doa mohon kesehatan jiwa dan tubuh); janganlah masukkan ke dalam pencobaa dan bebaskan kami dari yang jahat (kedua permohonan ini  disebut doa mohon penguatan iman). Permohonan bebaskan kami dari yang jahat sekaligus menjadi penutup dari doa. Pada akhir doa kita berseru “Amin”: artinya menurut St. Cyrillus dari Yerusalem ‘semoga demikian’,  dengan ini kita mengesahkan apa yang tertera atau katakan dalam doa sesuai dengan apa yang diajarkan Allah” (Santo Cyrillus dari Yerusalem) Atau kita setuju.

Merenungkan Doa Bapa Kami

Dalam doa Bapa Kami kita mengawalinya dengan menyebut Bapa di Surga. Sebutan ini menunjukkan kepada kita bahwa Allah itu dekat pada kita. Layaknya hubungan antara anak dan bapaknya. Bahkan begitu dekatnya sampai St. Teresa dari Avila mengatakan kepada kita bahwa Allah itu ada di dalam batin kita. “Arahkanlah matamu ke dalam batin dan lihatlah di dalam dirimu…. Engkau akan menemukan Tuhanmu.” “Bapa Engkau ada dalam hati kami. Arahkan hati dan pikiran kami kepadaMu”

“Dimuliakan namaMu,” Memuliakan Allah berarti  berharap agar makin banyak orang mengenal Allah, mengenal Kristus dan kita siap menjadi alatNya. Kita siap menjadi utusanNya untuk menyatakaan kemuliaan Allah baik di dalam hidup orang, maupun di dalam hidup kita sendiri. “Ya Tuhan dimuliakan namaMu di tengah keluargaku, di dalam pekerjanku, di dalam pergaulanku, di tengah komunitasku, di dalam perkataan dan perbuatanku”.

 “Datanglah kerajaanMu”. Mengharapkan kerajaan Allah datang merupakan harapan atau kerinduan kita agar Allahlah yang  meraja di dalam hidup kita. Setiap keputusan apa pun yang kita buat, Allahlah yang menjadi nomor satu, Allah yang harus dimuliakan. Dengan demikian apa yang kita kejar di dunia ini hanya untuk kemuliaan Allah, bukan untuk kemuliaan diri sendiri. Sebab semua yang kita miliki adalah milik Allah dan harus dipergunakan untuk kemuliaan Allah. “ Ya Tuhan, jadilah Engkau Raja di rumahku, jadilah Engkau raja di dalam pekerjaanku, di dalam pikiranku, perkataanku, di dalam perbuatanku”

“Jadilah kehendakMu diatas bumi seperti di dalam Surga” Kerendahan hati dan penyerahan diri menjadi syarat utama untuk menyatakan apa yang menjadi kehedak Allah. Setiap kali kita memanjatkan permohonan, kita lupa bahwa kehendak Allahlah yang harus terlaksana, bukan kehendak kita. Kita bisa mencontoh bagaimana Yesus berdoa doa di Taman Getsemani “. Tetapi bukanlah kehendakKu melainkan kehendakMulah yang terjadi “(Lk. 22:42). “Tuhan biarkanlah kehendakMulah yang terjadi dalam setiap apa yang kami lakukan”

“Berilah kami rejeki pada hari ini”. Doa permohonan ini mengingatkan kita bahwa rejeki adalah berkat dari Tuhan, bukan semata-mata dari hasil kerja  sendiri. Tuhan Yesus mengingatkan kita seberapa besar rejeki yang kita terima dari Allah, hendaklah kita beryukur kepadaNya. Rasa syukur ini harus kita nyatakan kepada sesama terutama kepada mereka yang berkekurangan. “Ya Tuhan kami bersyukur atas rejeki yang kami terima hari ini. Ingatkan kami akan saudara-saudara kami yang berkekurangan, karena rejeki bukan milik kami, melainkan milikMu. Biarkanlah kami boleh membagikan berkatMu kepada sesama dengan suka-cita Ingatkan kami juga akan rejeki rohani, roti kehidupan kami yaitu tubuh dan darahMu sendiri. Sebab ini rejeki teragung dan terbesar bagi kami. Berilah rahmatMu agar kami senantiasa menyambutNya setiap kali dalam perayaan ekaristi.

“Dan ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami” Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa hanya karena kita telah mengampuni sesama yang bersalah kepada kita, maka kita memperoleh pengampunan dari Allah. Jadi pengampunan dari Allah hanya  kita terima kalau kita SUDAH terlebih dahulu mengampuni kesalahan orang lain. Tak pernah pengampun kita terima, kalau kita hanya AKAN mengampuni kesalahan orang  lain. “ Ya Tuhan berilah rahmat kekuatanMu agar kami bisa mengampuni kesalahan orang lain terutama mereka yang menyakiti hati kami”

“Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat” Doa yang diajarkan Yesus ini mengingatkan kita bahwa sampai saat ini kita belum benar-benar terbebas dari segala macam godaan dan ancaman. Kita tahu bahwa ada begitu banyak godaan dan pencobaan di dunia ini. Godaan untuk menjadi sombong karena kelebihan-kelebihan yang kita miliki. Pencobaan karena kecemasan akan masa depan, kesehatan, masalah-msalah keluarga, masalah pekerjaan dls. Oleh karena itu kita mohon kekuatan iman untuk menghadapi semuanya itu. Akhirnya doa Bapa kami ditutup dengan seruan “AMIN” 

Penutup

Seorang Uskup bersama Kosternya pergi ke Gua Maria untuk berdoa. Sesampainya di tempat. Bapa Uskup duduk bersanding dengan kosternya. Mereka mengeluarkan rosario dan mulai berdoa dalam hati masing-masing.

Sesudah sekian lama mereka berdoa Rosario, Bapa Uskup belum juga kunjung selesai. Sementara sang koster sudah dua kali doa Rosario. Sang Koster tampak tidak sabar karena Bapa Uskup terlalu lama berdoa. Maka ia memberanikan diri bertanya secara bisik-bisik :”Bapa Uskup saya sudah dua kali mengulang doa rosario, mengapa Bapa Uskup belum juga selesai” Jawab Bapa Uskup “ Saya baru sampai pada kata “Bapa Kami”  

Doa yang sungguh mendalam membutuhkan perenungan.

0 comments:

Post a Comment