Thursday, 18 December 2014

Paus Fransiskus berperan penting dalam pemulihan hubungan AS-Kuba

Paus Fransiskus berperan penting dalam pemulihan hubungan AS-Kuba

19/12/2014

Paus Fransiskus berperan penting dalam pemulihan hubungan AS-Kuba thumbnailPaus Fransiskus berperan penting dalam pemulihan hubungan AS-Kuba dan telah membuat dia  sebagai seorang yang berpengaruh di panggung global.


Ketika dunia mencerna berita-berita tentang perbaikan hubungan bersejarah kedua negara kapitalis dan komunis itu, terungkap bahwa Vatikan memiliki peranan sentral dalam menyatukan kedua negara itu yang saling permusuhan yang membawa planet ini ke jurang perang nuklir.

Keberhasilan tersebut mencerminkan bahwa, hampir 18 bulan setelah ia terpilih menjadi pemimpin  bagi 1,2 miliar umat Katolik, Paus Fransiskus telah memberikan Vatikan dengan diplomasi tingkat tinggi  sejak Paus Yohanes Paulus II dilihat sebagai pemain kunci meruntuhkan Tembok Berlin dan  komunisme di Eropa Timur.

Sambil memberikan ucapan selamat kepada Barack Obama dan  Raul Castro dari Kuba yang mengambil langkah besar menuju normalisasi hubungan, Paus Fransiskus mengungkapkan bahwa ia telah menawarkan kantornya pada Oktober untuk “memfasilitasi dialog yang konstruktif mengenai hal-hal khusus sehingga solusi yang dapat diterima kedua belah pihak.”

Menggarisbawahi sejauh mana diplomasi Vatikan telah memberikan dorongan baru di bawah Paus Fransiskus, pernyataan mengatakan Bapa Suci akan terus mendukung pembukaan babak baru dalam hubungan di antara AS-Kuba.

Sebagai orang Amerika Latin dan sebagai seorang yang vokal mengkritisi kapitalisme, Paus Fransiskus dianggap oleh Kuba sebagai orang yang mereka anggap bisa melakukan bisnis bersama.

Tapi, dia juga mendapat kredibilitas dari AS berkat keterlibatan panjang Vatikan dalam upaya untuk mempromosikan demokrasi di Kuba, sebuah pulau mayoritas Katolik meskipun dikelola oleh komunis sejak tahun 1959.

Kunjungan Paus Yohanes Paulus II tahun 1998 dan Paus Benediktus XVI tahun 2012 dipandang selain sebagai tonggak dalam pemulihan hubungan antara Vatikan dan rezim komunis itu, tetapi juga peristiwa penting dalam hal menunjukkan kepada dunia bahwa rezim Kuba terbuka terhadap perubahan.

Dengan sentuhan populer dan niat baik untuk mengambil sikap atas isu-isu seperti pembangunan, eksploitasi, imigrasi dan ketidakadilan sosial, Paus Fransiskus telah menjadi seorang yang harus didengar oleh  para pemimpin lain dunia.

Hal itu telah tercermin dari serangkaian kunjungan para kepala negara dan pemerintahan ke Vatikan dengan harapan bahwa kekuatan karisma dan inspirasi Paus Frasiskus bisa membantu mereka.

Intervensi di panggung diplomatik yang dipimpin oleh  Pietro Kardinal Parolin dari Italia, seorang diplomat veteran  Vatikan yang tahun ini dikirim ke Venezuela untuk bertindak sebagai perantara selama ketegangan antara pemerintah dan oposisi di negara Amerika Selatan itu.

Gaya Paus Fransiskus  berbeda dengan Paus Yohanes Paulus II dengan diplomasi politiknya yang lebih terang-terangan  dan menunjukkan sikap permusuhan terkait prinsip-prinsip dan praktek komunisme di tanah airnya dan Soviet.

Paus Fransiskus suka menunjukkan diri sebagai seorang imam yang rendah hati, terus-menerus menekankan alasan pastoral daripada politik.

Dia menunjukkan perannya dalam politik internasional sebagai seorang fasilitator, seseorang yang dapat mengambil sikap moral yang kuat dalam situasi tertentu, memprakarsai dialog dan kemudian menarik diri, meninggalkan pihak-pihak yang berkonflik  untuk membuat langkah yang diperlukan untuk perdamaian sendiri.

Pada Mei lalu ia membuat berita utama dengan berdoa di tembok ratapan antara Israel dan Palestina dalam apa yang dinilai sebagai sikap provokatif, namun ia bermaksud agar kedua pihak yang terlibat konflik untuk merefleksikan posisi mereka masing-masing dan melakukan dialog damai.

Dia kemudian mengundang pemimpin Israel Shimon Peres dan pemimpin Palestina Mahmud Abbas untuk doa bersama di Vatikan, sambil menekankan perundingan damai.

Didukung oleh keberhasilannya di Kuba, inisiatif berani di bidang lain sekarang mungkin menyusul.

Sumber: ucanews.com/AFP

0 comments:

Post a Comment