Saturday, 11 October 2014

BKMM TANGGAL 09 dan 13 OKTOBER 2014



MENGENAL MARIA
SEBAGAI MITRA KERJA ALLAH
Kamis, 09 Oktober 2014
________________________________


Dalam bahan katekese (BKMM=Bahan Katekese Mengenal Maria beberapa hari lalu kita telah membicarakan dan merenungkan Bunda Maria sebagai Bunda Allah, Bunda yang dikandung tanpa noda dosa dan Bunda yang tetap perawan sekalipun telah melahirkan Yesus putranya.Hari ini kita ingin melihat bagaimana Maria menjalankan tugas kemitraannya dengan Allah dan buah yang diterimanya sesudah menyelesaikan tugas kemitraan.

Mitra Kerja Allah

Meskipun singkat Kitab Suci (Injil) mencatat  bahwa peran Bunda Maria sebagai mitra kerja Allah dimulai ketika ia mendengar kabar Malaikat;” Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” (Lk. 1 : 31) Sekalipun Bunda Maria sulit menerima kabar itu - karena Maria belum bersuami -, namun ia tidak menolaknya dan dengan rendah hati justru berkata “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; Jadilah padaku menurut perkataanmu itu”.(Lk.1:36) Inilah kesediaan Bunda Maria untuk terlibat dalam rencana Allah, siap bekerjasama dengan Allah menjadi Bunda-Nya.

Kerjasama Bunda Maria dengan Allah itu kemudian dilanjutkan dengan keterlibatannya melahirkan Yesus (Luk. 2: 18-25), mengasuh dan membesarkan-Nya. (Luk. 2 :51) Bahkan keterlibatan itu juga ditunjukkan oleh Bunda Maria dengan memberikan perhatian kepada mereka yang berada dalam kesulitan.(Yoh.2:3,5) Keterlibatan Maria terus berlanjut hingga akhirnya  sampai di kaki salib Putra-Nya. Inilah suatu kesetiaan Bunda Maria dalam menyertai Putranya. (Yoh.19:25) Maka Yesus memuji Bunda Maria sebagai orang yang melakukan kehendak Allah dan dipilih Allah menjadi ibu penyelamat. (Mrk.3: 33 - 35; Mat.12:46-50;Luk.8:19-21).

Atas keterlibatan Bunda Maria sebagai mitra kerja Allah, Konsili Vatikan II mengajarkan kepada kita bahwa “ Berdasarkan rencana penyelenggaran ilahi ia (Maria) di dunia ini menjadi Bunda Penebus ilahi yang mulia secara istimewa mendampingi-Nya dengan murah hati dan menjadi hamba Tuhan yang rendah hati. Dengan mengandung Kristus, melahirkan-Nya, membesarkan-Nya, menghadapkan-Nya kepada Bapa di kenisah, serta dengan ikut menderita dengan Putranya yang wafat di kayu salib, ia secara sungguh istimewa bekerjasama dengan karya Juru Selamat, dengan ketaatannya, iman, pengharapan serta cinta kasihnya yang berkobar, untuk membaharui hidup adikodrati jiwa-jiwa.Oleh karena itu dalam tata rahmat ia (Maria) menjadi Bunda kita” (Lumen Gentium 61)

Gelar Kehormatan
               
                Keterlibatan Bunda Maria dalam karya penebusan membawa serta gelar kehormatan yang diterimanya. Para Bapa Gereja menyebut Maria sebagai Hawa Baru yang membawa kehidupan. Dalam tradisi suci gelar kehormatan itu dinyatakan oleh St. Yustinus Martir (155) dengan membandingkan Hawa yang jatuh dosa karena percaya kepada perkataan ular sehingga membawa dosa dan maut, dengan Perawan Maria membawa kehidupan dan suka cita karena percaya kepada perkataan Malaekat Gabriel. Demikian juga St. Irenacus (180): “ Ikatan ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria. Apa yang terikat oleh ketidakpercayaan Hawa dilepaskan oleh iman Maria. St. Ambrosius (397): “ Kejahatan didatangkan oleh perempuan (Hawa), maka kebaikan juga harus didatangkan oleh Perempuan (Maria), sebab oleh karena Hawa kita jatuh, namun karena Maria kita berdiri, karena Hawa kita menjadi budak dosa, namun oleh Maria kita dibebaskan. Hawa menyebabkan kita dihukum oleh buah pohon (pohon pengetahuan) sedangkan Maria membawa kepada kita pengampunan dengan rahmat Pohon yang lain (yaitu Salib Yesus), sebab Kristus tergantung di Pohon itu seperti buahnya..” “Mari mempercayakan diri kita dengan segala kasih jiwa kita kepada perantaraan Bunda Maria: mari kita, dengan seluruh kekuatan kita memohon perlindungannya… (St.Amrose Autpert (778)

                Terhadap ajaran para Bapa Gereja bahwa Maria adalah Hawa baru, Konsili Vatikan II menyatakan “ Dengan sepenuh hati yang tak terhambat oleh dosa mana pun ia (Maria) memeluk kehendak Allah yang menyelamatkan, dan membaktikan diri seutuhnya sebagai hamba Tuhan kepada pribadi serta karya Putera-Nya untuk di bawah Dia dan beserta Dia, berkat rahmat Allah yang mahakuasa mengabdikan diri kepada misteri penebusan. Maka memang tepatlah pandangan para Bapa Suci bahwa Maria tidak secara pasif belaka digunakan Allah, melainkan bekerjasama dengan penyelamatan umat manusia dengan iman serta kepatuhannya yang bebas. Sebab seperti dikatakan oleh S. Ireneus :”Ikatan yang disebabkan oleh ketidaktaatan Hawa telah diurai karena ketaatan Maria: apa yang diikat oleh Perawan Hawa karena tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya (Lumen Gentius 56)

Disamping para Bapa Gereja mengajarkan kepada kita bahwa Maria adalah Hawa Baru mereka juga mengajarkan bahwa Maria adalah pengantara segala rahmat. “Kristus adalah Sang Sumber… Namun demikian seperti diajarkan oleh St. Bernardus, Maria adalah salurannya, atau ia adalah leher yang menghubungkan Tubuh dengan Kepalanya dan yang menyalurkan kuasa dan kekuatan dari  Kepala kepada Tubuh. Sebab Maria adalah leher dari Kepala kita, yang melaluinya semua karunia-karunia rohani diteruskan dari KepalaNya”(dikutip dari St. Bernardus oleh St. Pius X -1903-1914). Ajaran ini sekalipun belum dirumuskan secara iman (de fide) namun sudah banyak  juga diajarkan oleh para Bapa Paus seperti misalnya Paus Leo XIII (1891) yang mengatakan “Dari semua harta rahmat yang telah diberikan Allah, tak ada yang menurut kehendak Tuhan, datang kepada kita kecuali melalui Maria” “Maria adalah “pembagi” (dispenser) semua rahmat yang telah diperoleh dari Kristus bagi kita oleh kematian dan darah-Nya” (Paus Pius X - 1903) “Semua karunia… diberikan melalui tangan Bunda Maria. Maria adalah “mediatrix semua rahmat” ( Paus Benedict XV ( 1919).

Berkaitan dengan tradisi suci yang menyebut Maria sebagai Pengantara segala rahmat, Konsili Vatikan II mengatakan “ Keibuan Maria dalam tatanan rahmat ini dengan persetujuannya yang ia berikan di dalam iman pada saat menerima kabar gembira dari malaekat dan yang dipertahankan tanpa goyah di kaki salib-Nya, dan berakhir sampai penggenapan kekal dari semua orang terpilih. Setelah diangkat ke surga, ia tidak mengesampingkan tugas penyelamatan, tetapi dengan doa safaatnya yang tak terputuskan terus menerus membawa bagi kita karunia-karunia keselamatan kekal. Dengan cinta kasih keibuannya ia memperhatikan saudara-saudara Putranya, yang masih dalam peziarahan dan menghadapi bahaya-bahaya serta kesukaran-kesukaran, sampai mereka mencapai tanah air surgawi yang penuh kebahagiaan. Oleh karena itu dalam Gereja Santa Perawan Maria disapa dengan gelar Pembela, Pembantu, Penolong, Perantara”. (Lumen Gentius 62)

Buah Kerjasama Bunda Maria

                Sesungguhnya keterlibatan Maria sebagai mitra kerjasama Allah dengan  perannya sebagai Bunda Allah, tidak hanya menorehkan gelar kehormatan, sebagai Hawa Baru dan sebagai Pengantara segala rahmat, pun pula sebagai Perawan yang dikandung tanpa noda dosa melainkan juga menghasilkan buah-buah yang membawa kebahagiaan bagi Maria setelah ia menyelesaikan tugasnya. Kitab Suci mencatat:“Sesungguhnya mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus” (Lk. 1:48-49) Sekalipun kebahagiaan itu diperoleh Maria namun kebahagiaan itu tak lepas dari penderitaan yang ia alami demikesatuannya dengan Kristus Putranya. Persatuan  inilah yang membuatnya Maria menjadi kudus dan bahagia diantara segala ciptaan. Paus Yohanes Paulus II mengajarkan kepada kita bahwa Maria telah menjaga kesatuannya dengan Putranya sampai di  kayu salib-Nya dengan iman yang sama saat ia menerima kabar gembira dari malaekat. Maka dengan iman ini Maria bersatu secara sempurna dengan Kristus. Persatuan Bunda Maria dengan Kristus ini tidak hanya terjadi pada saat mereka hidup, namun juga dalam kematiannya dan seterusnya dalam kehidupan kekal.


Berkat kekudusan atau persatuannya dengan Kristus itu Bunda Maria kemudian diangkat ke surga oleh Kristus pada akhir hidupnya. Para Bapa Gereja mengamini dan mengimani itu “ Adalah layak.. bahwa tubuh Bunda Maria yang tersuci, tubuh yang melahirkan Tuhan, yang menerima Tuhan, menjadi ilahi, tidak rusak, diterangi rahmat ilahi dan kemuliaan yang penuh.. agar hidup di dunia untuk sementara dan diangkat ke surga dengan kemuliaan, dengan jiwanya yang menyenangkan. ( Theoteknos dari Livias – 600) Paus Pius XII dalam Konstitusi Apostoliknya yaitu Munifi-centissimus Deusyang diumumkan 1 Nopember 1950 mengajarkan bahwa Maria Bunda yang tak bernoda dan tetap Perawan Bunda Allah, setelah selesai hidupnya di dunia diangkat tubuh dan jiwanya tanpa mengalami kematian. Dalam liturgi suci keyakinan itu dilestarikan sebagai Hari Raya Maria Diangkat ke Surga.

Semua buah-buah itu terjadi karena rahmat kasih karunia Tuhan yang merupakan penggenapan janji Allah yang sesugguhnya bukan hanya diperuntukkan bagi Bunda Maria sendiri, tetapi bagi kita semua anggota Gereja-Nya pada waktu yang ditentukan Allah. Oleh karena itu Bunda Maria diangkat menjadi Bunda Gereja, Bunda kita semua seperti dikatakan  St. Agustinus :“Maria adalah sungguh ibu dari anggota-anggota Kristus yaitu kita semua. Sebab oleh karya kasihnya umat manusia telah dilahirkan di Gereja yaitu umat beriman yang adalah tubuh dari Sang Kepala, yang telah dilahirkan ketika Ia menjelma menjadi manusia”. Konsili Vatikan II mengajarkan “ Berkat rahmat Allah Maria diangkat di bawah Puteranya, di atas semua malaekat dan manusia, sebagai Bunda Allah yang tersuci yang hadir pada misteri-misteri Kristus; dan tepatlah bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan penghormatan istimewa (Lumen Gentius 66)

Akhirnya buah kemitraan Maria dengan Allah dalam karya keselamatan, Maria ditinggikan oleh Tuhan mejadi Ratu alam semesta, sebagaimana diajarkan oleh Konsili Vatikan II “ Akhirnya Perawan tak bernoda yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat melalui kemuliaan di sorga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan (Why.19:16) yang telah mengalahkan dosa dan maut.(Lumen Gentium 59).

Refleksi

Keterlibatan Bunda Maria dalam karya keselamatan sebagai Bunda Allah dan mitra kerjasama memperlihatkan kepada kita kesetiaan Maria yang luar biasa. Imannya yang sejak ia berkata “ Jadilah padaku menurut perkataanmu”, tidak surut oleh waktu dan penderitaan hingga akhirnya ia duduk di kaki salib Putranya. Inilah suatu model penghayatan iman yang sempurna; suatu teladan bagi kita. Sejak kita beriman akan Kristus, sejak itu pula kita sesungguhnya diajak untuk menghayatinya hingga sampai pada akhir hidup kita, tanpa lengkang oleh waktu dan penderitaan yang kita alami. Dalam bahasa gaul barangkali kita berkata “sekali katolik tetap katolik”.

Keterlibatan Bunda Maria dalam karya keselamatan sebagai mitra kerja Allah dan buah-buah yang diterima sebagai pribadi yang menghayati persatuan dengan Kristus, sehingga ia dimuliakan oleh Kristus, diangkat ke surga dan menjadi Ratu sorga serta menjadi Bunda Gereja, ibu bagi kaum beriman, harus menjadi kekokohan kita memberi penghormatan kepadanya. Akan tetapi apakah penghormatan kita semacam ini juga nampak dalam perayaan liturgis yang dengannya Bunda Maria dirayakan? Bisa jadi perayaan-perayaan itu mungkin kurang mendapat perhatian secukupnya oleh kita. Mari BKMM kita khususnya hari ini kita jadikan kesempatan memompa penghormatan kita kepada Bunda Maria, utamanya kalau semangat kita gembos.



***********




O, Maria Bunda Allah, dengan rendah hati dan penuh iman engkau menjalani tugas bersama Putramu untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa.
Kini Allah menganugerahi engkau
sebagai Hawa Baru yang membawa kehidupan dan menjadi pengantara segala rahmat.
Atas jasa pengorbanmu, Allah memuliakan engkau dengan mengangkat jiwa dan ragamu ke sorga, menjadi Ratu sorga dan Bunda kaum beriman,Bunda Gereja yang kudus.
Terpujilah engkau Maria Bunda kami semua.
Amin.




 
MENGENAL KEINDAHAN HATI
 BUNDA MARIA
Senin, 13 Oktober 2014
___________________________________________


           
Mungkin tidak satu pun di antara kita yang tidak tertarik kepada keindahan, terlebih keindahan hati. Meskipun tidak kasat mata, keindahan hati bisa dialami dan dirasakan. Orang yang memiliki keindahan hati, ia memancarkan daya pesona baik dalam perkataan, perbuatan bahkan tatapan mata, meskipun barangkali tidak memiliki keindahan fisik. Orang merasa tertarik berbicara dengannya. Perkataannya selalu memberikan kekuatan, semangat, penghiburan, peneguhan bahkan sekalipun bersifat kritik, perkataannya tidak menyakitkan malahan terasa mendorong orang bangkit dari kesalahan, kekurangan dan keterperosokan. Keindahan hati semacam ini hanya bermuara agar segalanya menjadi baik, berkenan kepada Allah.

Hati Bunda Maria

                Bunda Maria memiliki hati yang luar biasa. Sejak ia menerima kabar suka cita dari malaekat Gabriel, keindahan hatinya mula terpancar dari perkataannya; ““Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; Jadilah padaku menurut perkataanmu itu”.(Lk.1:36) Inilah keindahan hati yang terpancar dalam perilaku sikap rendah hati, dalam penyerahan diri, siap menjadi Bunda Yesus, sekalipun ia tidak mengerti bagaimana semuanya akan terjadi. Inilah iman yang bergantung pada Allah yang tidak menuntut apapun, selalu “jadilah padaku menurut perkataanmu”, bukan jadilah padaku menurut perkataku.

Keindahan Bunda Maria juga terpancar dalam kunjungan kepada Elisabeth saudaranya yang sedang mengandung bulannya yang keenam. Bagi Bunda Maria kunjungan merupakan panggilan jiwa, panggilan kasih, panggilan persaudaraan. Keindahan Bunda Maria juga terlihat pada kesiapannya mengandung, melahirkan Yesus putranya, mengungsikan dari bahaya yang mengancam-Nya, mengasuh, membesarkan, dan mengajak menghadap Bapa-Nya dalam Bait Allah serta setia menyertai Putranya di jalan penderitaan hingga sampai di kaki salib-Nya. Keindahan Bunda Maria terpancar pada rasa belaskasih kepada orang yang berada dalam kesulitan, dan membawanya kesulitan itu kepada Putranya Yesus, agar Yesus ikut mengatasinya. Keindahan Bunda Maria tidak bisa kita ragukan lagi. Ia memilikinya.

                Gereja mengakui dan mengimani, Bunda Maria memiliki keindahan hati yang luar biasa, karena berasal dari keterlibatannya terhadap rencana keselamatan Allah. Oleh karena itu Gereja dengan rendah hati dan penuh kegembiraan menghormatinya sebagai Bunda Allah, Bunda Perawan yang dikandung tanpa noda dosa asal, Bunda yang setia melakukan tugasnya, Bunda yang memiliki persatuan dengan Kristus secara sempurna, kesempurnaan yang mirip dengan Kristus sendiri. Ia memperoleh kemuliaan Allah, diangkat ke sorga jiwa dan raganya, dan menjadi Ratu sorga, Ratu semesta alam. Akhirnya Bunda Maria dianugerahi gelar kehormatan sebagai Bunda umat beriman, Bunda Gereja yang kudus, Bunda kita semua. Semua gelar kehormatan ini berasal dari keindahan hati Maria yang terpancar pada saat menjalanan tugasnya sebagai Bunda Yesus, Bunda Penebus kita.

Refleksi

Kita memang bukan Bunda Maria. Tetapi keindahan hati Maria bisa menjadi keindahan hati kita. Keindahan hati Maria adalah keindahan hati yang lahir dan dihidupi oleh sabda Tuhan, oleh iman akan Allah dan kesetiaan yang tak pernah surut sejak dalam mengikuti penderitaan Putranya.  Oleh karena itu kita bertanya : apakah kita juga merasa memiliki keindahan keindahan hati seperti Maria? Apa yang bisa kita teladani dari Bunda Maria agar hati kita memiliki keindahan  yang bisa memancar kepada banyak orang? Atau sebaliknya kita sama sekali tidak memiliki keindahan, pun pula hati? 






************




O, Bunda Maria, ratu yang mulia,
Betapa luhur dan indah hatimu
Dengan penuh kasih engkau memangku Putramu dan dengan penuh kasih juga engkau menyertai hidup-Nya sampai di Kalvari.
Bunda Maria berilah keindahan hatimu kepada kami
Agar kami juga bisa memangku Tuhan Yesus dalam hidup kami, sampai ajal kami menjemputnya.

2 comments:

  1. Mengapa kalian begitu memuja dan menyembah Maria? Mereka hanya manusia dan bukan Nabi, bukankah itu menjadi tindakan melanggar 10 perintah Allah? menduakan Allah? bahkan kalian menyembah patung-patung?

    ReplyDelete
  2. @bodreks santo : Terimakasih atas pertanyaannya. Ada perbedaan antara menghormati dan menyembah. Menghormati tidak berarti menyembah sebagaimana itu kita lakukan kepada orangtua kita. Perintah 10 Allah juga menempatkan penghormatan kepada orangtua sebagai suatu keharusan. Tetapi menyembah hanya diberikan kepada Allah. Coba baca 10 perintah Allah dalam Kitab Keluaran 20: 1 -17 atau dalam Kitab Ulangan 5: 1 – 21. Akan tetapi perlu dicatat bahwa menyembah kepada Allah berarti juga menghormati.
    Maka tak pernah dibenarkan menggunakan kata menyembahkan dimaksudkan untuk manusia. Hanya kepada Allah menyembah dan menghormati itu berlaku. Kepada manusia hanya berlaku menghormati.

    Bagaimana dengan Maria. Orang katolik tak pernah menyembah Maria, hanya kepada Tri Tunggal Maha Kudus, orang katolik menyembah. Kepada Maria berlaku menghomarti, disamping Maria adalah ciptaan Allah (manusia), juga karena perannya sebagai Bunda Allah dalam sejarah keselamatan Allah. Hal ini pernah diajarkan oleh St. Cyril dari Aleksandria pada Konsili Efesus (431) Sebelumnya St. Epiphanus (403) juga telah menyinggung perbedaan antara penghormatan dan penyembahan. Ia mengajarkan “ Maria harus dihormati, tetapi Allah Bapa Putra dan Roh Kudus harus disembah. Jadi jelas bahwa orang katolik tidak menyembah Maria. Orang katolik hanya menghormati Maria. Menyambung soal nabi, tak pernah dibenarkan orang katolik menyembah nabi, karena ia adalah manusia. Maka kalau statement anda bahwa nabi disembah, anda keliru. Demikian jawaban kami.

    ReplyDelete