PERTEMUAN LINGKUNGAN
ST. MONICA
KAMIS 22 MEI 2014
_____________________________
Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan persiapan pribadi pada tema renungan
kita hari ini? Pertanyaan ini dilontarkan oleh Prodiakon Bp. Yakobus Lasiman
ketika memandu pertemuan BKL Lingkungan St. Monica yang ke-17, di rumah Bp. Ig.
Luddy Maguwo, dengan tuan Rumah Bp. Agustinus Sumaryono, Kamis tanggal 22 Mei
2014, dihadiri 18 orang. Persiapan ini
penting demikian lanjut Bp. Lasiman, karena yang hadir dalam perayaan Ekaristi
adalah Tuhan sendiri. Bukankah Tuhan sungguh hadir ketika konsekrasi berlangsung
" Ambillah dan makanlah. Inilah Tubuh-Ku
yang dikorbankan bagimu... "? Ekaristi
adalah perayaan Paskah, perayaan Kebangkitan Kristus. Buku renungan kita
memberi contoh bagaimana Pak Joyo mempersiapkan diri ketika ia mengikuti
perayaan Ekaristi. Mari kita renungkan dan sharingkan pengalaman persiapan
pribadi kita masing-masing waktu kita akan dan sedang mengikuti perayaan
Ekaristi. Dengan persiapan pribadi itu Gereja mengharapkan kita bisa terlibat
secara sadar dan aktif dalam perayaan Ekaristi dengan menghindari
tindakan-tindakan yang menggangu perayaan Ekaristi seperti main HP, ngobrol dan
lain sebagainya. Demikian ajakan Bp. Lasiman.
Beberapa sharing memang mengakui pentingnya persiapan pribadi. Di Gereja Stasi
Maguwo setiap kali perayaan Ekaristi Minggu selalu ada teks lembaran Misa. Teks
ini untuk orang-orang tertentu dipakai sebagai usaha persiapan pribadi. Karena
itu teks Misa khususnya bacaan Kitab Suci dibaca lebih dulu sebelum perayaan
Ekaristi dan direnungkan sehingga ketika tiba saatnya Kitab Suci dibacakan
orang justru tidak lagi membuka teks
melainkan mendengarkan Sabda Tuhan dengan baik. Persiapan lain seperti yang dilakukan bersama atau oleh para petugas
Gereja pun sangat dibutuhkan. Ada lagi persiapan pribadi yang berkaitan dengan
aturan menyambut komuni. Dulu kalau orang mau menyambut komuni atau mengikuti
perayaan Ekaristi, mereka tidak boleh
makan minum sejak tengah malam hingga pagi hari. Sekarang persiapan semacam itu
hanya dihitung satu jam sebelum perayaaan Ekaristi dimulai. Meskipun dulu dan
sekarang persiapan semacam itu baik, namun orang dewasa ini lebih memusatkan
persiapan pribadi yang berkaitan dengan hati. Misalnya tidak ada gunanya kalau
hati jengkel ketika mengikuti perayaan Ekaristi hanya karena terganggu oleh
kehadiran saudara kita yang terlambat. Malahan dengan jengkel, orang sebenarnya
tidak mempersiapkan diri menyambut perayaan Ekaristi. Apalagi untuk mengurangi
yang terlambat pintu Gereja ditutup. Sungguh menyedihkan. Maka yang penting bagaimana kita memiliki
sikap hati.
Persiapan pribadi yang mengerucut pada persiapan hati kiranya memang ini
yang terpenting. Persiapan-persiapan yang menyangkut aturan Gereja, seperti
tidak boleh makan/minum, tidak boleh terlambat sesudah liturgi Sabda, persiapan-persiapan yang menyangkut para
petugas, among tamu, pengatur kehadiran umat dll sesungguhnya hanyalah merupakan
persiapan untuk membantu persiapan pribadi orang agar terkondisi hatinya untuk
siap menyambut kehadiran Tuhan. Sebab
Tuhan bukan hadir dalam orang yang tidak makan/minum, melainkan hadir dalam
hati orang yang menyiapkan diri dengan baik. Maka perlu hati itu ditata, jangan
membawa hati yang kotor untuk menyambut Tuhan yang suci. Pengakuan dosa
dulu selalu menjadi tekanan penting,
meskipun sekarang ini juga. Tetapi bentuk perwujudannya tidak seperti dulu,
dimana Romo selalu menyediakan diri untuk mereka yang ingin mengaku dosa di
kamar pengakuan dosa. Sekarang hanya pada waktu-waktu tertentu menjelang hari
besar Paskah/Natal.
Timbul pertanyaan bagaimana kalau menjelang mengikuti perayaan Ekaristi,
orang marah-marah karena anak tidak cepat bangun pagi misalnya ? Apakah hati
yang dikotori dengan kemarahan ini masih
cocok untuk menyambut kehadiran Tuhan? Peraturan Gereja menetapkan untuk mereka
yang melakukan dosa besar tidak diperkenankan menyambut kehadiran Kristus dalam
rupa roti anggur. Misalnya melakukan dosa "jenes". Orang yang
melakukan dosa kecil masih diperkenankan menyambut kehadiran Tuhan dalam rupa
roti dan anggur. Lalu apa yang dimaksud dengan dosa kecil dan dosa besar itu? Inilah
persoalan. Dalam pertemuan atau sharing memang tidak diketemukan jawaban. Akan
tetapi seperti dosa "jenes" diakui bahwa itu merupakan dosa besar.
Dosa marah kepada anak karena lambat bangun pagi, apalagi tujuannya baik,
hampir diyakini sebagai bentuk dosa kecil. Karena itu masih pantaslah
menghadiri perayaan Ekaristi dan menyambut kehadiran Kristus dalam rupa roti
dan anggur.
Inilah pergumulan tentang pengalaman persiapan pribadi menyambut kehadiran
Kristus dalam perayaaan Ekaristi. Mudah-mudahan sharing ini membantu
menghidupkan persiapan pribadi kita. Demikian Bp. Lasiman mengakhiri renungan
BKL. Selanjutnya doa Rosario diserahkan kepada Ibu Yos dan lagu kepada Ibu
Luddy. Bu Yos mengharapkan agar saudara-saudara
yang ditunjuk doa umat, bersedia memanjatkan doa permohonan. Mengakhiri
pertemuan Bp. Lasiman atas nama Ketua Lingkungan mengucapkan terimakasih kepada
Bp. Luddy, demikian kepada Bp. Agustinus sebagai tuan rumah. Sebelum berpamitan
Bp. Yos menyampaikan rasa syukurnya kepada Allah, karena telah berlangsungnya
perkawinanan anaknya dengan lancar. Pada kesempatan itu beliau mengundang semua
warga lingkungan St. Monica untuk hadir di rumahnya tanggal 31 Mei 2014, hari
Sabtu jam 17.00 WIB untuk mengikuti doa / perayaan syukur. Undangan akan
disampaikan kemudian melalui SMS.
0 comments:
Post a Comment