Saturday, 24 May 2014

Pertemuan Lingkungan Ke 17



PERTEMUAN LINGKUNGAN
ST. MONICA
KAMIS 22  MEI 2014
_____________________________

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan persiapan pribadi pada tema renungan kita hari ini? Pertanyaan ini dilontarkan oleh Prodiakon Bp. Yakobus Lasiman ketika memandu pertemuan BKL Lingkungan St. Monica yang ke-17, di rumah Bp. Ig. Luddy Maguwo, dengan tuan Rumah Bp. Agustinus Sumaryono, Kamis tanggal 22 Mei 2014,  dihadiri 18 orang. Persiapan ini penting demikian lanjut Bp. Lasiman, karena yang hadir dalam perayaan Ekaristi adalah Tuhan sendiri. Bukankah Tuhan sungguh hadir ketika konsekrasi berlangsung " Ambillah dan makanlah. Inilah  Tubuh-Ku yang dikorbankan bagimu... "?  Ekaristi adalah perayaan Paskah, perayaan Kebangkitan Kristus. Buku renungan kita memberi contoh bagaimana Pak Joyo mempersiapkan diri ketika ia mengikuti perayaan Ekaristi. Mari kita renungkan dan sharingkan pengalaman persiapan pribadi kita masing-masing waktu kita akan dan sedang mengikuti perayaan Ekaristi. Dengan persiapan pribadi itu Gereja mengharapkan kita bisa terlibat secara sadar dan aktif dalam perayaan Ekaristi dengan menghindari tindakan-tindakan yang menggangu perayaan Ekaristi seperti main HP, ngobrol dan lain sebagainya. Demikian ajakan Bp. Lasiman.


Beberapa sharing memang mengakui pentingnya persiapan pribadi. Di Gereja Stasi Maguwo setiap kali perayaan Ekaristi Minggu selalu ada teks lembaran Misa. Teks ini untuk orang-orang tertentu dipakai sebagai usaha persiapan pribadi. Karena itu teks Misa khususnya bacaan Kitab Suci dibaca lebih dulu sebelum perayaan Ekaristi dan direnungkan sehingga ketika tiba saatnya Kitab Suci dibacakan orang  justru tidak lagi membuka teks melainkan mendengarkan Sabda Tuhan dengan baik. Persiapan lain seperti  yang dilakukan bersama atau oleh para petugas Gereja pun sangat dibutuhkan. Ada lagi persiapan pribadi yang berkaitan dengan aturan menyambut komuni. Dulu kalau orang mau menyambut komuni atau mengikuti perayaan Ekaristi, mereka  tidak boleh makan minum sejak tengah malam hingga pagi hari. Sekarang persiapan semacam itu hanya dihitung satu jam sebelum perayaaan Ekaristi dimulai. Meskipun dulu dan sekarang persiapan semacam itu baik, namun orang dewasa ini lebih memusatkan persiapan pribadi yang berkaitan dengan hati. Misalnya tidak ada gunanya kalau hati jengkel ketika mengikuti perayaan Ekaristi hanya karena terganggu oleh kehadiran saudara kita yang terlambat. Malahan dengan jengkel, orang sebenarnya tidak mempersiapkan diri menyambut perayaan Ekaristi. Apalagi untuk mengurangi yang terlambat pintu Gereja ditutup. Sungguh menyedihkan.  Maka yang penting bagaimana kita memiliki sikap hati.
                                                                             
Persiapan pribadi yang mengerucut pada persiapan hati kiranya memang ini yang terpenting. Persiapan-persiapan yang menyangkut aturan Gereja, seperti tidak boleh makan/minum, tidak boleh terlambat sesudah liturgi Sabda,  persiapan-persiapan yang menyangkut para petugas, among tamu, pengatur kehadiran umat dll sesungguhnya hanyalah merupakan persiapan untuk membantu persiapan pribadi orang agar terkondisi hatinya untuk siap menyambut kehadiran Tuhan.  Sebab Tuhan bukan hadir dalam orang yang tidak makan/minum, melainkan hadir dalam hati orang yang menyiapkan diri dengan baik. Maka perlu hati itu ditata, jangan membawa hati yang kotor untuk menyambut Tuhan yang suci. Pengakuan dosa dulu  selalu menjadi tekanan penting, meskipun sekarang ini juga. Tetapi bentuk perwujudannya tidak seperti dulu, dimana Romo selalu menyediakan diri untuk mereka yang ingin mengaku dosa di kamar pengakuan dosa. Sekarang hanya pada waktu-waktu tertentu menjelang hari besar Paskah/Natal.

Timbul pertanyaan bagaimana kalau menjelang mengikuti perayaan Ekaristi, orang marah-marah karena anak tidak cepat bangun pagi misalnya ? Apakah hati yang dikotori dengan kemarahan  ini masih cocok untuk menyambut kehadiran Tuhan? Peraturan Gereja menetapkan untuk mereka yang melakukan dosa besar tidak diperkenankan menyambut kehadiran Kristus dalam rupa roti anggur. Misalnya melakukan dosa "jenes". Orang yang melakukan dosa kecil masih diperkenankan menyambut kehadiran Tuhan dalam rupa roti dan anggur. Lalu apa yang dimaksud dengan dosa kecil dan dosa besar itu? Inilah persoalan. Dalam pertemuan atau sharing memang tidak diketemukan jawaban. Akan tetapi seperti dosa "jenes" diakui bahwa itu merupakan dosa besar. Dosa marah kepada anak karena lambat bangun pagi, apalagi tujuannya baik, hampir diyakini sebagai bentuk dosa kecil. Karena itu masih pantaslah menghadiri perayaan Ekaristi dan menyambut kehadiran Kristus dalam rupa roti dan anggur.

Inilah pergumulan tentang pengalaman persiapan pribadi menyambut kehadiran Kristus dalam perayaaan Ekaristi. Mudah-mudahan sharing ini membantu menghidupkan persiapan pribadi kita. Demikian Bp. Lasiman mengakhiri renungan BKL. Selanjutnya doa Rosario diserahkan kepada Ibu Yos dan lagu kepada Ibu Luddy. Bu Yos mengharapkan agar saudara-saudara  yang ditunjuk doa umat, bersedia memanjatkan doa permohonan. Mengakhiri pertemuan Bp. Lasiman atas nama Ketua Lingkungan mengucapkan terimakasih kepada Bp. Luddy, demikian kepada Bp. Agustinus sebagai tuan rumah. Sebelum berpamitan Bp. Yos menyampaikan rasa syukurnya kepada Allah, karena telah berlangsungnya perkawinanan anaknya dengan lancar. Pada kesempatan itu beliau mengundang semua warga lingkungan St. Monica untuk hadir di rumahnya tanggal 31 Mei 2014, hari Sabtu jam 17.00 WIB untuk mengikuti doa / perayaan syukur. Undangan akan disampaikan kemudian melalui SMS.

0 comments:

Post a Comment