Pengantar Redaksi
Sejak tahun 2011, Keuskupan Agung Semarang (KAS) selalu menempatkan
(menetapkan) salah satu Hari Minggu dalam rentang tanggal 18-25 Januari
sebagai Hari Minggu HAK KAS. Sejak tahun 2012, Bapak Uskup Agung
Semarang, Mgr. Johannes Pujasumarta berkenan menyampaikan Surat Gembala
kepada kita.
Berikut kami tampilkan urat Gembala Hari Minggu HAK KAS 2015 yang
mesti kita bacakan/terangkan kepada umat dalam Perayaan Ekaristi Minggu
17-18 Januari 2015 sebagai Hari Minggu HAK KAS 2015. Semoga bermanfaat.
Salam n doa dan Berkah Dalem
Pastor Aloysius Budipurnomo Pr, Komisi HAK KAS
——————–
SURAT GEMBALA HARI MINGGU HAK 2015 KAS
SURAT GEMBALA HARI MINGGU HAK 2015 KAS
“Mensyukuri Kehadiran Tuhan
dalam Persaudaraan Sejati Bersumber dari Sakramen Ekaristi!”
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Tema Pekan Doa Sedunia (PDS) untuk Kesatuan Umat Kristiani, tanggal
18-25 Januari 2015 didasarkan pada Injil Yohanes 4:1-42. Tema dikutip
dari kalimat Yesus yang ditujukan kepada perempuan Samaria, “Berilah Aku
Minum!” (Yoh 4:7).
Bersama seluruh Umat Kristiani seluruh dunia, kita berdoa untuk
Kesatuan Umat Kristiani. Tema dan bahan PDS 2015 dipersiapkan oleh Kerja
sama antara Dewan Kepausan untuk Kesatuan Umat Kristiani (Gereja
Kristen Katolik Roma di Vatikan) dan Komisi Iman dan Hukum Dewan
Gereja-Gereja Sedunia (Gereja Kristen Protestan di Geneva).
“Berilah Aku minum!”
Kalimat ini disampaikan Yesus kepada perempuan Samaria yang sedang
menimba air di Sumur Yakub. Saat mengatakan kalimat itu, Yesus sedang
dalam perjalanan ke Galilea bersama para murid, lelah, haus dan berada
di tempat asing di daerah Samaria.
Kita semua tahu, orang Yahudi dan orang Samaria tidak saling bergaul.
Hubungan mereka tidak harmonis, bahkan, cenderung diwarnai oleh
kebencian dan dendam. Namun Yesus membongkar suasana kebekuan relasi
dengan memulai menyapa perempuan yang akan menimba dengan cara meminta
air untuk minum.
Logo resmi Konggres Persaudaraan Sejati Lintas Iman dan Kepercayaan di Muntilan tahun 2014 yang digagas oleh Komisi HAK Keuskupan Agung Semarang.
Pada awalnya tidak mudah, namun selanjutnya kita membaca dalam Injil
Yohanes, Yesus yang semula meminta air justru menawarkan air kehidupan
yang membuat perempuan Samaria itu diubah hidupnya. Ia bahkan menerima
Yesus dan mengimani-Nya sebagai Mesias.
Bukan hanya itu, perempuan Samaria itu mewartakan pengalaman iman
perjumpaannya dengan Yesus – Sang Mesias kepada orang-orang se kota yang
kemudian menjadi percaya kepada-Nya. Bahkan ditegaskan oleh penginjil
Yohanes bahwa “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang
kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa
Dialah benar-benar Juruselamat dunia” (Yoh. 4:42).
Terdapat pengalaman rohani yang diawali dari perjumpaan sehari-hari
dengan keperluan dasar yaitu minum. Perjumpaan Yesus Kristus dengan
perempuan Samaria itu memberi inspirasi perjumpaan budaya dan agama.
Kelompok-kelompok yang saling bertikai bisa berdamai, yang bermusuhan
berjabat tangan, yang saling curiga menjadi saling percaya.
Prasyarat untuk perubahan itu jelas.
Pertama, perjumpaan dengan Yesus Kristus. Kedua, perjumpaan itu membuat kita – laksana perempuan Samaria – meninggalkan “tempayan” masing-masing karena telah menemukan rahmat yang jauh lebih besar, yakni sosok pribadi Yesus Kristus, Sang Penebus.
Pertama, perjumpaan dengan Yesus Kristus. Kedua, perjumpaan itu membuat kita – laksana perempuan Samaria – meninggalkan “tempayan” masing-masing karena telah menemukan rahmat yang jauh lebih besar, yakni sosok pribadi Yesus Kristus, Sang Penebus.
Dalam teks Yohanes bab 4, Yesus adalah orang asing yang datang, singgah dalam perjalanan, lelah dan haus. Dia membutuhkan bantuan dan meminta air. Wanita Samaria itu ada di negerinya sendiri; memiliki ember untuk menimba air dan paham dengan situasi sekitar. Tetapi perempuan ini ternyata juga haus.
Yesus dan Perempuan Samaria bertemu dan bercakap-cakap.
Konggres Persaudaraan Sejati di Muntilan tahun 2014 atas
prakarsa Komisi HAK Keuskupan Agung Semarang. (Dok. Panitia)
Perjumpaan ini membawa nilai yang mendalam. Yesus tidak serta merta menjadi orang Samaria karena minum dari air yang diberikan oleh wanita Samaria. Orang Samaria tetaplah sebagai orang Samaria meski perjumpaannya dengan Yesus. Percakapan dan perjumpaan yang mengubah sikap hidup untuk menjadi “penyembah-penyembah benar yang menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:23).
Konggres Persaudaraan Sejati di Muntilan tahun 2014 atas
prakarsa Komisi HAK Keuskupan Agung Semarang. (Dok. Panitia)
Perjumpaan ini membawa nilai yang mendalam. Yesus tidak serta merta menjadi orang Samaria karena minum dari air yang diberikan oleh wanita Samaria. Orang Samaria tetaplah sebagai orang Samaria meski perjumpaannya dengan Yesus. Percakapan dan perjumpaan yang mengubah sikap hidup untuk menjadi “penyembah-penyembah benar yang menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:23).
Ketika kita menyadari bahwa kita memiliki kebutuhan timbal balik,
saling melengkapi dan ada keterbukaan hati, maka hidup kita diperkaya
satu sama lain. Ungkapan “Berilah Aku minum!” mengandaikan bahwa baik
Yesus dan orang Samaria meminta apa yang mereka butuhkan satu sama lain.
Ungkapan “Berilah Aku minum!” mendorong kita untuk mengakui bahwa
kita sebagai warga masyarakat, budaya, agama dan etnis saling
membutuhkan.
Peristiwa perjumpaan Yesus yang haus dengan perempuan Samaria membawa kita pada peristiwa saat Yesus disalibkan. Penginjil Yohanes menulis, pada saat tergantung di kayu salib, Yesus berkata, “Aku haus!” (Yoh. 19:28). Dan dari lambung Yesus yang telah wafat dan kemudian ditikam, mengalir darah dan air (Yoh. 19:34) yang melambangkan Sakramen-Sakramen dan menjadi sumber kehidupan bagi kita.
Bersumber dari Sakramen-Sakramen itu, terutama Sakramen Ekaristi, kita dipanggil dan diutus mewartakan Kristus di tengah kehidupan bersama yang ditandai perbedaan, keberagaman dan berbagai macam tantangan dan kesulitan.
Peristiwa perjumpaan Yesus yang haus dengan perempuan Samaria membawa kita pada peristiwa saat Yesus disalibkan. Penginjil Yohanes menulis, pada saat tergantung di kayu salib, Yesus berkata, “Aku haus!” (Yoh. 19:28). Dan dari lambung Yesus yang telah wafat dan kemudian ditikam, mengalir darah dan air (Yoh. 19:34) yang melambangkan Sakramen-Sakramen dan menjadi sumber kehidupan bagi kita.
Bersumber dari Sakramen-Sakramen itu, terutama Sakramen Ekaristi, kita dipanggil dan diutus mewartakan Kristus di tengah kehidupan bersama yang ditandai perbedaan, keberagaman dan berbagai macam tantangan dan kesulitan.
Deklarasi
Muntilan mengakhiri Konggres Persaudaraan Sejati Lintas Iman dan
Kepercayaan yang diprakarsai oleh Komisi HAK Keuskupan Agung Semarang.
(Dok. Panitia)
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Pada tahun 2015 ini, kita mensyukuri bahwa Arah Dasar KAS 2011-2015 mencapai puncaknya, dengan syukur, evaluasi dan refleksi atas kasih Tuhan yang dilimpahkan kepada kita. Kita syukuri Kongres Ekaristi Keuskupan yang pertama dan kedua di Keuskupan Agung Semarang, sebab dari sana kita diingatkan bahwa Yesus Kristus sebagai sumber berkat atas lima roti dan dua ikan, untuk selalu tinggal dalam Kristus dan berbuah. Kita syukuri pula bahwa Keuskupan Agung Semarang telah menyelenggarakan Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman yang pertama tingkat Keuskupan yang melibatkan banyak pihak dari agama-agama dan kepercayaan lain.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Pada tahun 2015 ini, kita mensyukuri bahwa Arah Dasar KAS 2011-2015 mencapai puncaknya, dengan syukur, evaluasi dan refleksi atas kasih Tuhan yang dilimpahkan kepada kita. Kita syukuri Kongres Ekaristi Keuskupan yang pertama dan kedua di Keuskupan Agung Semarang, sebab dari sana kita diingatkan bahwa Yesus Kristus sebagai sumber berkat atas lima roti dan dua ikan, untuk selalu tinggal dalam Kristus dan berbuah. Kita syukuri pula bahwa Keuskupan Agung Semarang telah menyelenggarakan Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman yang pertama tingkat Keuskupan yang melibatkan banyak pihak dari agama-agama dan kepercayaan lain.
Kita syukuri keterlibatan Kaum awam perwakilan dari paroki maupun
komunitas atau paguyuban, tidak sedikit biarawan-biarawati, pertapa, dan
anggota Institut Sekulir yang terlibat dalam Kongres Ekaristi Keuskupan
maupun Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman. Tentu, ini menjadi
bagian dari Sukacita Injil yang membuat kita beriman Cerdas, Tangguh dan
Misioner.
Kita bersama bersyukur karena boleh mengenal dan mengimani Yesus
Kristus yang menawarkan air kehidupan kepada kita, di samping bahwa
Yesus Kristus sendiri tak pernah berhenti haus untuk menyelamatkan
semakin banyak orang.
Melalui Kongres Ekaristi Keuskupan dan Kongres Persaudaraan Sejati
Lintas Iman, kita dipanggil untuk memusatkan hidup kepada Yesus Kristus
kemudian mewartakan Yesus Kristus sebagai Juruselamat bagi semua orang.
Itulah alasan kita merajut persaudaraan sejati lintas iman, baik dengan
Umat Kristen lainnya melalui gerakan dialog dan kerja sama ekumenis,
maupun dengan Umat non-Kristen, yakni penganut agama Islam, Hindu,
Budha, Konghucu serta aliran Kepercayaan yang ada di sekitar kita.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Pada tahun 2015 ini, kita mensyukuri “Indahnya mengikuti Yesus
Kristus dengan melaksanakan Ardas KAS 2011-2015 pada Tahun Hidup
Bhakti”. Bersumber dari Sakramen Ekaristi dan Adorasi Ekaristi yang
berbuah dalam terwujudnya persaudaraan sejati lintas iman; ungkapan
syukur, evaluasi dan refleksi kita tempatkan.
Konggres Persaudaraan Sejati di Muntilan tahun 2014 atas
prakarsa Komisi HAK Keuskupan Agung Semarang. (Dok. Panitia)
Kita telah dan terus mengupayakan pelbagai bentuk perwujudan
kepedulian kepada masyarakat dalam pelbagai gerakan, aneka usaha dan
cara hidup demi kelestarian keutuhan ciptaan, maupun pemberdayaan kaum
kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel serta perhatian bagi mereka
yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba.
Seperti Samuel yang dipanggil Tuhan dan bersedia mematuhi kehendakNya
(1Sam 3:3b-10,19 bacaan I), kita pun dipanggil untuk mewartakan Kristus
di tengah keberagaman. Dengan seluruh jiwa raga kita, kita bersyukur
dan memuliakan Allah kita dengan hidup pantas (1Kor 6:13c-15a,17-20;
bacaan II).
Semoga perjumpaan kita dengan Yesus Kristus melalui Sakramen Ekaristi
membuat iman kita kian teguh kepada Yesus Sang Anak Domba Allah yang
mengajak kita -seperti murid-murid pertama- untuk selalu tinggal
bersama-sama dengan Dia (Yoh 1:35-42,).
Semarang, 25 Desember 2014,
Pada Hari Raya Natal
Salam, doa dan Berkah Dalem,
Pada Hari Raya Natal
Salam, doa dan Berkah Dalem,
+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang
Uskup Keuskupan Agung Semarang
0 comments:
Post a Comment