Pesan Natal bersama KWI – PGI Tahun 2014: Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga
“Mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu” (Luk 2:16)
Dalam perayaan Natal tahun ini, kami mengajak seluruh umat Kristiani 
untuk menyadari kehadiran Allah di dalam keluarga dan bagaimana keluarga
 berperan penting dalam sejarah keselamatan. Putera Allah menjadi 
manusia. Dialah Sang Imanuel; Tuhan menyertai kita. Ia hadir di dunia 
dan terlahir sebagai Yesus dalam keluarga yang dibangun oleh pasangan 
saleh Maria dan Yusuf.
Melalui keluarga kudus tersebut, Allah mengutus Putera Tunggal-Nya ke
 dalam dunia yang begitu dikasihiNya. Ia datang semata-mata untuk 
menyelamatkan manusia dari kekuasaan dosa. Setiap orang yang percaya 
kepadaNya tidak akan binasa, tetapi akan memperoleh hidup yang kekal 
(Yoh. 3:16-17).
Natal: Kelahiran Putera Allah dalam Keluarga
Kelahiran Yesus menguduskan keluarga Maria dan Yusuf dan 
menjadikannya sumber sukacita yang mengantar orang berjumpa dengan 
Allah. Gembala datang bergegas menjumpai keluarga Maria, Yusuf, dan 
Yesus yang terbaring dalam palungan. Perjumpaan itu menyebabkan mereka 
pulang sebagai kawanan yang memuliakan Allah (Luk 2: 20). Orang-orang 
Majus dari Timur sampai pada Yesus dengan bimbingan bintang, tetapi 
pulang dengan jalan yang ditunjukkan Allah dalam mimpi (Mat 2: 12). 
Perjumpaan dengan Yesus menyebabkan orientasi hidup para gembala dan 
Majus berubah. Mereka kini memuji Allah dan mengikuti jalan-Nya.
Natal merupakan sukacita bagi keluarga karena Sumber Sukacita memilih
 hadir di dunia melalui keluarga. Sang Putera Allah menerima dan 
menjalani kehidupan seorang manusia dalam suatu keluarga. Melalui 
keluarga itu pula, Ia tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang taat 
pada Allah sampai mati di kayu salib. Di situlah Allah yang selalu 
beserta kita turut merasakan kelemahan-kelemahan kita dan kepahitan 
akibat dosa walaupun ia tidak berdosa (bdk. Ibr. 4:15).
Keluarga sebagai Tanda Kehadiran Allah
Allah telah mempersatukan suami-istri dalam ikatan perkawinan untuk 
membangun keluarga kudus. Mereka dipanggil untuk menjadi tanda kehadiran
 Allah bagi satu sama lain dalam ikatan setia dan bagi anak-anaknya 
dalam hubungan kasih. Keluarga mereka pun menjadi tanda kehadiran Allah 
bagi sesama. Berkat perkawinan Kristen, Yesus, yang dahulu hadir dalam 
keluarga Maria dan Yusuf, kini hadir juga dalam keluarga kita 
masing-masing. Allah yang bertahta di surga tetap hadir dalam keluarga 
dan menyertai para orangtua dan anak-anak sepanjang hidup.
Dalam keluarga, sebaiknya Firman Tuhan dibacakan dan doa diajarkan. 
Sebagai tanggapan atas Firman-Nya, seluruh anggota keluarga bersama-sama
 menyampaikan doa kepada Allah, baik yang berupa pujian, ucapan syukur, 
tobat, maupun permohonan. Dengan demikian, keluarga bukan hanya menjadi 
rumah pendidikan, tetapi juga sekolah doa dan iman bagi anak-anak.
Dalam Perjanjian Lama kita melihat bagaimana Allah yang tinggal di 
surga hadir dalam dunia manusia. Kita juga mengetahui bahwa lokasi yang 
dipergunakan untuk beribadah disebut tempat kudus karena Allah pernah 
hadir dan menyatakan diri di tempat itu untuk menjumpai manusia. Karena 
Sang Imanuel lahir dalam suatu keluarga, keluarga pun menjadi tempat 
suci. Di situlah Allah hadir. Keluarga menjadi ”bait suci”, yaitu tempat
 pertemuan manusia dengan Allah.
Tantangan Keluarga Masa Kini
Perubahan cepat dan perkembangan dahsyat dalam berbagai bidang bukan 
hanya memberi manfaat, tetapi juga membawa akibat buruk pada kehidupan 
keluarga. Kita jumpai banyak masalah keluarga yang masih perlu 
diselesaikan, seperti kemiskinan, pendidikan anak, kesehatan, rumah yang
 layak, kekerasan dalam rumah tangga, ketagihan pada minuman dan 
obat-obatan terlarang, serta penggunaan alat komunikasi yang tidak 
bijaksana. Apalagi ada produk hukum dan praktek bisnis yang tidak 
mendukung kehidupan seperti pengguguran, pelacuran, dan perdagangan 
manusia. Permasalahan-permasalahan tersebut mudah menyebabkan konflik 
dalam keluarga. Sementara itu, banyak orang cenderung mencari selamat 
sendiri; makin mudah menjadi egois dan individualis.
Dalam keadaan tersebut, keluhuran dan kekudusan keluarga mendapat 
tantangan serius. Nilai-nilai luhur yang mengekspresikan hubungan cinta 
kasih, kesetiaan, dan tanggung jawab bisa luntur. Saat-saat kudus untuk 
beribadat dan merenungkan Sabda Allah mungkin pudar. Kehadiran Allah 
bisa jadi sulit dirasakan. Waktu-waktu bersama untuk makan, berbicara, 
dan berekreasipun menjadi langka. Pada saat itu, sukacita keluarga yang 
menjadi dasar bagi perkembangan pribadi, kehidupan menggereja, dan 
bermasyarakat tak mudah dialami lagi.
Natal: Undangan Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga
Natal adalah saat yang mengingatkan kita akan kehadiran Allah melalui
 Yesus dalam keluarga. Natal adalah kesempatan untuk memahami betapa 
luhurnya keluarga dan bernilai- nya hidup sebagai keluarga karena di 
situlah Tuhan yang dicari dan dipuji hadir. Keluarga sepatutnya menjadi 
bait suci di mana kesalahan diampuni dan luka-luka disembuhkan.
Natal menyadarkan kita akan kekudusan keluarga. Keluarga sepantasnya 
menjadi tempat di mana orang saling menguduskan dengan cara mendekatkan 
diri pada Tuhan dan saling mengasihi dengan cara peduli satu sama lain. 
Para anggotanya hendaknya saling mengajar dengan cara berbagi 
pengetahuan dan pengalaman yang menyelamatkan. Mereka sepatutnya saling 
menggembalakan dengan memberi teladan yang baik, benar, dan santun.
Natal mendorong kita untuk meneruskan sukacita keluarga sebagai rumah
 bagi setiap orang yang sehati-sejiwa berjalan menuju Allah, saling 
berbagi satu sama lain hingga mereka pun mengalami kesejahteraan lahir 
dan batin. Natal mengundang keluarga kita untuk menjadi oase yang 
menyejukkan, di mana Sang Juru Selamat lahir. Di situlah sepantasnya 
para anggota keluarga bertemu dengan Tuhan yang bersabda: ”Datanglah 
kepadaKu, kamu yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi 
kelegaan kepadamu.” (Mat 11: 29) Dalam keluarga di mana Yesus hadir, 
yang letih disegarkan, yang lemah dikuatkan, yang sedih mendapat 
penghiburan, dan yang putus asa diberi harapan.
Kami bersyukur atas perjuangan banyak orang untuk membangun keluarga 
Kristiani sejati, di mana Allah dijumpai. Kami berdoa bagi keluarga yang
 mengalami kesulitan supaya diberi kekuatan untuk membuka diri agar 
Yesus pun lahir dan hadir dalam keluarga mereka.
Marilah kita menghadirkan Allah dan menjadikan keluarga kita sebagai 
tempat layak untuk kelahiran Sang Juru Selamat. Di situlah keluarga kita
 menjadi rahmat dan berkat bagi setiap orang; kabar sukacita bagi dunia.
SELAMAT NATAL 2014 DAN TAHUN BARU 2015
Jakarta, November 2014
Atas nama Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia :
Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe
Ketua Umum
Ketua Umum
Pdt. Gomar Gultom
Sekretaris Umum Konferensi Waligereja Indonesia
Sekretaris Umum Konferensi Waligereja Indonesia
Mgr. Ignatius Suharyo
Ketua
Ketua
Mgr. Johannes Pujasumarta
Sekretaris Jenderal
Sekretaris Jenderal






0 comments:
Post a Comment