IBADAT SABDA MIDODAREN
WALFRED YOSEP RADA DAN SULISTYANINGSIH
Kamis,18 September 2014
_____________________________
Midodaren adalah
persiapan menunggu datangnya Sang Widodari, mahkluk cantik yang menggambarkan
persiapan sang mempelai laki-laki menyambut kehadiran mempelai perempuan nan cantik dalam suatu perkawinan
yang akan dilangsungkan. Inilah juga
saat menunggu datangnya Allah bukan saja dalam ibadat sabda midodaren malam ini,
tetapi juga nanti saat perkawinan berlangsung. Demikian Prodiakon Bp. Yakobus
Lasiman mengawali renungannya ketika memimpin ibadat sabda.
Dengan mengutip
sabda Tuhan bahwa apa yang telah dipersatukan oleh Allah jangan diceraikan oleh
manusia,Bp. Lasiman kemudianmengingatkan kepada kedua mempelai agar mereka saling
setia satu dengan yang lain dalam mempertahankan hidup perkawinan yang
dianugerahkan Allah kepada mereka melalui Sakramen Perkawinan. Tanpa kesetian,
persatuan dalam perkawinan tidak bisa
bertahan. Wujud dari kesetiaan itu menurut Bapak Lasiman ialah bahwa mereka harus
berani saling mengakui kekurangan dan kelebihan satu dengan yang lain.
Untuk
menggambarkan bagaimana nilai kesetiaan itu dihayati, Bp. Lasiman mencerita
sepasang suami-isteri yang diterpa gelombang kehidupan hanya karena kesalahan
pahaman, ketika sang suami memuji istrinya denganmengatakan bahwa ia
gemuk. Pujian ini tidak diterima oleh
istri malah dianggapnya sebagai bentuk penghinaan. Sejak saat itu sang istri
tidak pernah lagi mau ngomong dan melayani hidup sehari-hari sang suami.Tetapi
dengan berbagai usaha yang dilakukan suami dengan tindakan aneh dan lucu,
akhirnya sang istri menegurkarena tidak tahan melihattindakan suaminya. Teguran
inilah yang justru ditunggu dan diharapkan sang suami, karena dengan itu tanda komunikasi
telah dibuka kembali. Meskipun ceritera ini dikemas dengan lucu, tetapi makna
kesetiaan tampak dalam kehidupan keluarga itu.
Selesai ibadat
sabda, ucapan terimakasih disampaikan oleh
Bp. Michael selaku orangtua Walfred dari NTT kepada warga lingkungan
atas kebaikan dalam mendampingi anaknya. Ia sungguh terkesan atas persaudaraan
warga lingkungan St. Monica, yang baginya menjadi kenangan yang tak terlupakan
dan model yang pantas diterapkan di mana ia nanti kembali. Upacara midodareni
ditutup dengan makan bersama.
0 comments:
Post a Comment