PERTEMUAN LINGKUNGAN
ST. MONICA
SENIN 12 MEI 2014
__________________________________
" BAHASA LITURGI" inilah tema renungan BKL kita pada pertemuan
lingkungan ke- 14, Senin tanggal 12 Mei 2014, di rumah Kel. Yoh. Hari Wahyudi
Sanggrahan. Dalam pertemuan ini Bp. Agustinus Sumaryono mengingatkan kembali apa yang menjadi keprihatinan Keuskupan kita bahwa
penggunaan bahasa Jawa dalam perayaan Ekaristi sudah semakin menurun di beberapa
wilayah dibanding dengan bahasa Indonesia. Pada hal penggunaan bahasa Jawa diharapkan
agar umat khususnya orang Jawa bisa lebih menghayati perayaan Ekaristi.
Bukankah bahasa Jawa merupakan bagian dari kebudayaan Jawa. Lalu apa sebabnya
kok mulai jarang digunakan?
Dalam sharing atau diskusi, umat lingkungan St. Monica memang
lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dari pada bahasa Jawa, meskipun
tidak berarti bahasa Jawa harus disingkirkan dari penggunaannya di dalam perayaan
Ekaristi. Bahasa Indonesia menurut mereka lebih mudah dimengerti dan dipahami.
Simple tidak banyak kata-kata yang sulit dimengerti, seperti misalnya pada kata
Jawa "mliding" yang pengertiannya adalah suatu ala berpakaian orang
Jawa yang sangat necis karena mau bertemu kekasihnya. Pengalaman yang sama juga
dialami saudara kita dari luar Jawa. Bahasa Indonesia lebih sering digunakan
dari pada bahasa lokal, bahkan ada paroki yang tidak lagi menggunakan bahasa
lokal sebagaimana dialami saudara kita dari NTT. Beberapa diantara kita memang
lebih setuju kalau menggunakan bahasa Indonesia dalam perayaan Ekaristi. Hanya
saja dalam hat-hal tertentu, misalnya kotbah, diharapkan bahasa-bahasa lokal
disisipkan agar budaya lokal terasa tidak diabaikan. Demikian ini bukan hanya
dalam perayaan Ekaristi. (Sumatera Utara).
Pada akhir diskusi atau sharing pemandu menyimpulkan bahwa penggunaan
bahasa dalam perayaan Ekaristi memang harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti, dan dengan demikian juga mudah diterima. Sulit untuk mencapai
rasa bahwa bahasa itu dapat menyentuh
hati, tanpa bahasa itu di mengerti dan diterima dengan baik. Apalagi zaman
sekarang kehadiran umat meskipun di tanah Jawa, tidak semuanya berasal dari
Jawa khususnya di kota-kota. Maka kombinasi bahasa lokal dan bahasa Indonesia dalam
hal-hal tertentu rasanya baik dilakukan. Sebab apa yang mau dicapai dalam
penggunaan bahasa apapun itu bahasanya umat bisa mengerti, memahami, menerima
dan demikian membuka peluang penghayatan
iman semakin mendalam. Bukankah sentuhan hati mulai dari bahasa yang dipahami,
dimengerti dan diterima?
Selesai merenungkan BKL, pertemuan
dilanjutkan dengan doa Rosario yang dipimpin oleh Prodiakon Bp. Yakobus Lasiman
dan lagu oleh Br. Anton. Hadir dalam pertemuan itu 20 orang. Di akhir pertemuan
Wakil Ketua Lingkungan Bp. Ludy Indra Pornomo menyampaikan informasi bahwa Bp. Ketua
Lingkungan hari ini tidak bisa hadir
karena ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan. Mengenai pertemuan yang
akan datang belum bisa ditentukan tempatnya. Kepastian tempat nanti akan
disampaikan kemudian melalui SMS demikian Bp. Ludy. Dengan mengucapkan
terimakasih kepada tuan Rumah Kel. Yoh. Hari Wahyudi, selanjutnya Bp. Ludy
mewakili umat mohon pamit kepada tuan rumah. Renungan Bahasa Liturgi
0 comments:
Post a Comment