Tuesday, 13 May 2014

Pertemuan Lingkungan ke-14


PERTEMUAN LINGKUNGAN
ST. MONICA
SENIN 12 MEI 2014
__________________________________  


" BAHASA LITURGI" inilah tema renungan BKL kita pada pertemuan lingkungan ke- 14, Senin tanggal 12 Mei 2014, di rumah Kel. Yoh. Hari Wahyudi Sanggrahan. Dalam pertemuan ini Bp. Agustinus Sumaryono mengingatkan  kembali apa yang  menjadi keprihatinan Keuskupan kita bahwa penggunaan bahasa Jawa dalam perayaan Ekaristi sudah semakin menurun di beberapa wilayah dibanding dengan bahasa Indonesia. Pada hal penggunaan bahasa Jawa diharapkan agar umat khususnya orang Jawa bisa lebih menghayati perayaan Ekaristi. Bukankah bahasa Jawa merupakan bagian dari kebudayaan Jawa. Lalu apa sebabnya kok mulai jarang digunakan?

Dalam sharing atau diskusi, umat lingkungan St. Monica  memang  lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dari pada bahasa Jawa, meskipun tidak berarti bahasa Jawa harus disingkirkan dari penggunaannya di dalam perayaan Ekaristi. Bahasa Indonesia menurut mereka lebih mudah dimengerti dan dipahami. Simple tidak banyak kata-kata yang sulit dimengerti, seperti misalnya pada kata Jawa "mliding" yang pengertiannya adalah suatu ala berpakaian orang Jawa yang sangat necis karena mau bertemu kekasihnya. Pengalaman yang sama juga dialami saudara kita dari luar Jawa. Bahasa Indonesia lebih sering digunakan dari pada bahasa lokal, bahkan ada paroki yang tidak lagi menggunakan bahasa lokal sebagaimana dialami saudara kita dari NTT. Beberapa diantara kita memang lebih setuju kalau menggunakan bahasa Indonesia dalam perayaan Ekaristi. Hanya saja dalam hat-hal tertentu, misalnya kotbah, diharapkan bahasa-bahasa lokal disisipkan agar budaya lokal terasa tidak diabaikan. Demikian ini bukan hanya dalam perayaan Ekaristi. (Sumatera Utara).

Pada akhir diskusi atau sharing pemandu menyimpulkan bahwa penggunaan bahasa dalam perayaan Ekaristi memang harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan dengan demikian juga mudah diterima. Sulit untuk mencapai rasa  bahwa bahasa itu dapat menyentuh hati, tanpa bahasa itu di mengerti dan diterima dengan baik. Apalagi zaman sekarang kehadiran umat meskipun di tanah Jawa, tidak semuanya berasal dari Jawa khususnya di kota-kota. Maka kombinasi bahasa lokal dan bahasa Indonesia dalam hal-hal tertentu rasanya baik dilakukan. Sebab apa yang mau dicapai dalam penggunaan bahasa apapun itu bahasanya umat bisa mengerti, memahami, menerima dan demikian membuka peluang  penghayatan iman semakin mendalam. Bukankah sentuhan hati mulai dari bahasa yang dipahami, dimengerti dan diterima?

Selesai merenungkan BKL,  pertemuan dilanjutkan dengan doa Rosario yang dipimpin oleh Prodiakon Bp. Yakobus Lasiman dan lagu oleh Br. Anton. Hadir dalam pertemuan itu 20 orang. Di akhir pertemuan Wakil Ketua Lingkungan Bp. Ludy Indra Pornomo menyampaikan informasi bahwa Bp. Ketua Lingkungan  hari ini tidak bisa hadir karena ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan. Mengenai pertemuan yang akan datang belum bisa ditentukan tempatnya. Kepastian tempat nanti akan disampaikan kemudian melalui SMS demikian Bp. Ludy. Dengan mengucapkan terimakasih kepada tuan Rumah Kel. Yoh. Hari Wahyudi, selanjutnya Bp. Ludy mewakili umat mohon pamit kepada tuan rumah. Renungan Bahasa Liturgi

0 comments:

Post a Comment