MERENUNGKAN SUKA CITA INJIL
Renungan BKL Hari Pertama
Bahan katekese liturgi
kita hari ini mengajak kita untuk merenungkan suka cita injil (Evangelii Gaudium). Dalam buku kecil ( Formatio Iman dalam Liturgi), dipaparkan contoh
bagaimana orang mengalami suka cita Injil. Sepasang suami istri tua, keluar
dari gedung gereja seusai mengikuti perayaan Ekaristi. Wajahnya tampak
memancarkan ketulusan, keramahan dan kegembiraan dari dalam batinya. Orang-orang
yang berjumpa dengan mereka atau yang dijumpai mereka merasa ada rasa damai dan
suka cita seperti mereka alami. Inilah sepasang suami isteri yang mengalami
suka cita Injil.
Contoh ini mau
menunjukkan kepada kita bahwa orang yang sungguh berjumpa dengan Allah terutama
dalam perayaan Ekaristi akan mengalami suka cita sejati yaitu suka cita yang
berasal dari Allah, suka cita Injil. Tentu bukan suka cita yang berasal
kekayaan, pangkat, jabatan, status, gengsi, popularitas, kedudukan di Gereja
atau di masyarakat. Menurut Bapa Suci Fransiskus, suka cita Injil semacam ini
akan memenuhi dan menghidupi orang yang berjumpa dengan Yesus. Orang-orang yang
menerima tawaran keselamatan-Nya, orang-orang yang merasa dibebaskan dari dosa,
kekosongan batin dan kesepian.
Apa yang dikatakan Bapa
Paus ini kiranya mau menegaskan kepada kita sekali lagi bahwa perjumpaan dengan Allah sungguh akan membawa kita
pada suka cita Injil. Suka cita semacam ini
sangat diharapkan agar dialami oleh semua orang beriman dari segala usia
sebagaimana diamanatkan Ardas kita 2011-2015. Oleh karena itu formatio iman
atau pendalaman iman secara berjenjang dan berkelanjutan akan terus diupayakan
oleh Gereja kita Keuskupan Agung Semarang. Dengan demikian kesaksian suka cita Injil
dapat diwartakan dan dipancarkan termasuk segala usaha mempupuk semangat umat kristen
di seluruh dunia.
Bila kita merenungkan
lebih lanjut bahwa suka cita Injil berasal dari perjumpaan kita dengan Allah,
maka apa yang seharusnya kita lakukan agar perjumpaan itu sungguh kita alami? Cukupkah
kita merenungkan atau membaca buku renungan Formatio iman dalam liturgi atau
mendiskusikannya? Tentu saja tidak ! Barangkali harus ada yang kita lakukan
selain itu, terutama secara pribadi. Sebab perjumpaan Allah dengan kita tak
pernah merupakan perjumpaan yang bersifat umum, melain perjumpaan yang bersifat
pribadi. Ia hadir dalam hati kita secara pribadi. Itulah sebabnya religiusitas
seseorang pertama-tama tidak tumbuh
dalam hidup bersama melainkan dalam
hidup pribadi, dalam hidup masing-masing setiap pribadi. Oleh karena itu
kondisi hidup pribadi harus kita siapkan agar Allah berkenan hadir dalam hidup
kita.
Lalu kondisi pribadi apa yang harus kita persiapkan ? Pertama-tama
adalah sikap rendah hati. Tidak pernah Tuhan hadir dalam hati kita, tanpa kita
bersikap rendah hati. Tuhan tidak akan pernah hadir dalam hati orang yang
sombong, congkah, angkuh, merasa paling benar, tidak pernah mengaku salah
meskipun salah, tidak pernah merasa berdosa meskipun berdosa. Hanya hati yang
bertobat, mengakui kesalahan dan dosa, Tuhan hadir. Pernyataan tobat dalam
perayaan Ekaristi, bukanlah pelengkap melainkan hakiki bagi persiapan hadirNya
Tuhan dalam hati umatNya yang merayakan Ekaristi.
Kedua, hati yang
terbuka. Tidaklah cukup dengan rendah hati kita mengharapkan kehadiran Tuhan,
tanpa tak pernah hati kita terbuka, terbuka terhadap sabdaNya. Hati terbuka
adalah hati yang siap mendengarkan sabda Tuhan dan merenungkannya dalam hati.
Maka mendengarkan sabda Tuhan seperti dalam perayaan Ekaristi menjadi bagian
penting dalam persiapan pribadi sebelum kita menerima sakramen maha kudus
(komuni). Seringkali tanpa sadar kita justru menutup hati kita dengan
mengabaikan atau kurang mendengarkan sabda Tuhan apalagi merenungkan sekalipun
Romo memberikan homili sebagai penjelasan atau renungan dari apa yang kita
dengar dari pembacaan Kitab Suci. Bahkan ketika homili itu disampaikan, kita
kurang serius mendengarkan. Hati terbuka menjadi kondisi yang harus kita
miliki, sebab sabda Tuhan sendiri sesungguhnya adalah tanda kehadiran Allah.
Ketiga, iman yang mantap. Tuhan tak akan pernah hadir pada orang yang tidak percaya atau
ragu-ragu. Hanya pada iman yang mantap dan mendalam, Tuhan hadir. Iman yang
mantap adalah iman yang mengungkap penyerahan diri tanpa embel-embel, tanpa
syarat apapun, total kepada Tuhan. Tidak ada ada tempat bergantung, selain
kepada Dia yang telah menyerahkan nyawaNya untuk kita yang pada hari ketiga
bangkit dari mati serta naik ke surga dengan mulia, mengutus Roh Kudus untuk
menyertai kita, hingga Ia datang kembali dalam kemuliannya sebagai Raja Alam semesta.
Iman yang mantap akan Kristus ini harus menjadi kondisi hidup pribadi kita
miliki yang paling hakiki. Maka dalam perayaan Ekaristi pengakuan iman yang
kita ucapkan sesudah homili menjadi sangat penting bagi kita. Disana melalui
dan dalam pengakuan iman, kita siap menyabut kehadiran Tuhan secara nyata dalam
rupa roti anggur. Inilah iman, iman yang harus ada dalam hidup pribadi kita,
kalau kita ingin agar Tuhan hadir dalam hati kita.
Perjumpaan dengan Allah
membutuhkan kondisi pribadi, kondisi yang harus ada dalam hidup kita yaitu,
iman, sikap rendah hati dan hati terbuka. Melalui kondisi ini kita percaya
Allah akan hadir dalam hati kita. Kehadiran-Nya akan membawa suka cita, suka
sejati yaitu suka cita Injil yang kita harapkan. Sudahkah kita siap?
terima kasih atas pencerahannya pak. GBU
ReplyDeletekalo hati sedang galau, apakah Tuhan Yesus berkenan hadir?
ReplyDelete@ bodreks santo : Terimakasih kepada Bodrex santo atas pertanyaannya.
ReplyDeleteApakah Tuhan hadir pada hati orang yang sedang galau? Tentu saja Tuhan hadir kalau galau itu adalah keadaan jiwa yang tertekan karena merasa cemas, gelisah namun masih tetap mempertahankan kehendak Allah dalam hidupnya (Luk. 22: 44) Kegalauan semacam ini meskipun intesitas besar hal itu tidak akan membawa orang tenggelam dalam keputusasaan, tidak akan merasa terjepit, tidak akan merasa terkungkung, atau penuh kekuwatiran sebagaimana dialami St. Paulus (2Kor. 4:8; Flp. 1: 23 bdk. Juga dengan kegalauan Yesus Lk. 22:44))
Tetapi sebaliknya galau karena merasa cemas, gelisah mempertahankan kehendak setan, seperti benci karena sakit hati terhadap orang lain, bepikir jahat bagaimana menghabisi orang lain karena jengkel ditagih utang terus menerus, menyimpan dendam karena dilukai hatinya oleh orang lain, galau karena tidak percaya kepada Tuhan bahwa Tuhan bisa membantu bisnisnya yang sedang bangkrut, galau karena pacar diambil orang lalu berniat penyingkirkan atau melukai pesaingan atau mantan pacarnya dan tentu saja masih banyak contoh, maka Tuhan tidak akan hadir. Bukankah Tuhan tidak pernah akan hadir dalam hati orang yang menolakNya? Demikian jawaban kami. Mudah-mudah membantu anda bila anda menghadapi kegagalauan karena situasi hidup. Syaratnya jangan pernah meninggal Alllah dengan perbuatan yang bertentangan denganNya. Tuhan memberkati anda ( Linkungan St. Monica)