MARI
KITA BELAJAR TENTANG LITURGI
Bulan
Mei 2014 ini disebut Bulan Liturgi Nasional. Seluruh Gereja Katolik di
Indonesia menyambutnya dengan tema-tema tersendiri. Keuskupan kita ( Keuskupan
Agung Semarang (KAS) mengambil tema FORMATIO IMAN DALAM LITURGI. Tema ini
dipilih karena selaras dengan gerak Arah Dasar KAS 2011-2015 yang mengupayakan
agar kita memiliki iman yang mendalam dan tangguh. Di tahun ini ( 2014)
difokuskan pada formatio iman yaitu pendalaman iman secara berjenjang dan
berkelanjutan. Formatio iman dalam liturgi ini ingin mengajak kita memperdalam
iman sebagaimana dirayakan dalam liturgi. Renungan bahan katekese liturgi ( BKL
) telah tersedia dalam sebuah buku kecil yang diterbitkan oleh Komisi Liturgi
KAS “ FORMATIO IMAN DALAM LITURGI
Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi
2014”. Buku berisi 31 renungan ini
diharapkan menjadi bahan renungan baik secara pribadi maupun pada doa-doa
bersama seperti dalam doa lingkungan.
Sekarang
seraya tetap merenungkan (BKL) kita, mari
pada kesempatan ini, kita bersama-sama menggali
apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan liturgi. Mudah-mudahan dengan ini kita
terbantu memiliki iman mendalam, tangguh
dan misioner.
1. Posisi Liturgi dalam Kehidupan Gereja.
Sebelum
kita menggali apa yang dimaksudkan dengan liturgi, mari kita melihat lebih dahulu di mana posisi
liturgi dalam kehidupan Gereja. Kita tahu liturgi adalah salah satu kegiatan
dari lima kegiatan Gereja yang menjangkau pelbagai segi kehidupan kita. Terhadap
masyarakat misalnya Gereja memberikan pelayanan (Diakonia). Terhadap kehidupan kita sebagai orang beriman, Gereja
membangun dan membina persekutuan (koinonia),
Gereja memperdalam iman kita dan meminta kita untuk mewartakan kaya-karya Allah
( Kerygma), Gereja mengajak kita
untuk memberikan kesaksian tentang karya penyelamatan Allah, termasuk di
dalamnya kenabian ( Martyria), Gereja
merayakan imannya akan Yesus Kristus dan inilah liturgi ( Leitourgia). Jadi liturgi memang hanyalah salah satu dari kegiatan
Gereja.
Akan
tetapi sebagaimana dikatakan oleh Konstitus Liturgi kita ( KL. 10) bahwa selain
liturgi, seluruh kegiatan Gereja (diakonia, koinonia, martyria, kerygma ) tidak
bisa dilepaskan dari liturgi, sebab semua usaha kerasulan atau semua kegiatan
Gereja hanyalah mempunyai satu tujuan yaitu agar semua orang berhimpun dalam Gereja
memuliakan Allah Bapa dan ikut serta dalam kurban Kristus serta menikmati
perjamuan kudus-Nya. Jadi liturgi menjadi arah yang dituju oleh semua kegiatan
Gereja. Karena itulah liturgi disebut puncak dari semua kegiatan hidup kaum
beriman.
Di
pihak lain, liturgi sesungguhnya juga bukan hanya puncak kegiatan Gereja,
tetapi serentak pula merupakan sumber kekuatan
dari semua kegiatan Gereja, dari semua kegiatan kaum beriman. Sebab di dalam dan melalui liturgi terutama Ekaristi
mengalirlah segala rahmat yang menjadi kekuatan Gereja untuk terus melaksanakan
tugas perutusan Kristus yaitu melaksanakan dan mewujudkan karya keselamatan Allah di
tengah masyarakat. Maka dengan demikian posisi liturgi bukan saja menjadi
puncak seluruh kegiatan Gereja , tetapi juga menjadi sumber kehidupan Gereja.(KL.
10) Begitu pentingnya liturgi, maka kita pantas bersyukur karena Gereja bulan
Mei 2014 ini menjadikan Bulan Liturgi Nasional dan kita diberi kesempatan untuk
merenungkan pentingnya liturgi itu.
Mari
kita berhenti di sini dulu untuk melihat pengalaman kita terutama ketika kita
ikut merayakan perayaan ekaristi. Apakah
pada waktu itu kita merasa perlu menghaturkan kepada Allah segala kegiatan
kita: kegiatan pelayanan, pewartaan, bina persekutuan dan kesaksian hidup kita
sebagai murid Kristus di tengah masyarakat, sehingga kita benar-benar merasakan
suka cita Injil? Kalau kita menjawab ya, maka Ekaristi sebagai puncak dan
sumber kehidupan kita bukan saja kita pahami melainkan sungguh telah kita alami
dan rasakan. ( bersambung)
0 comments:
Post a Comment