Thursday, 1 May 2014

MARI KITA BELAJAR TENTANG LITURGI ( I )


MARI KITA BELAJAR TENTANG LITURGI
 

              Bulan Mei 2014 ini disebut Bulan Liturgi Nasional. Seluruh Gereja Katolik di Indonesia menyambutnya dengan tema-tema tersendiri. Keuskupan kita ( Keuskupan Agung Semarang (KAS) mengambil tema FORMATIO IMAN DALAM LITURGI. Tema ini dipilih karena selaras dengan gerak Arah Dasar KAS 2011-2015 yang mengupayakan agar kita memiliki iman yang mendalam dan tangguh. Di tahun ini ( 2014) difokuskan pada formatio iman yaitu pendalaman iman secara berjenjang dan berkelanjutan. Formatio iman dalam liturgi ini ingin mengajak kita memperdalam iman sebagaimana dirayakan dalam liturgi. Renungan bahan katekese liturgi ( BKL ) telah tersedia dalam sebuah buku kecil yang diterbitkan oleh Komisi Liturgi KAS “ FORMATIO IMAN DALAM LITURGI Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi 2014”.  Buku berisi 31 renungan ini diharapkan menjadi bahan renungan baik secara pribadi maupun pada doa-doa bersama seperti dalam doa lingkungan.

              Sekarang seraya tetap merenungkan (BKL) kita,  mari  pada kesempatan ini, kita bersama-sama menggali apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan liturgi. Mudah-mudahan dengan ini kita terbantu memiliki iman  mendalam, tangguh dan misioner.
 1. Posisi Liturgi dalam Kehidupan Gereja.
              Sebelum kita menggali apa yang dimaksudkan dengan liturgi, mari  kita melihat lebih dahulu di mana posisi liturgi dalam kehidupan Gereja. Kita tahu liturgi adalah salah satu kegiatan dari lima kegiatan Gereja yang menjangkau pelbagai segi kehidupan kita. Terhadap masyarakat misalnya Gereja memberikan pelayanan (Diakonia). Terhadap kehidupan kita sebagai orang beriman, Gereja membangun dan membina persekutuan (koinonia), Gereja memperdalam iman kita dan meminta kita untuk mewartakan kaya-karya Allah ( Kerygma), Gereja mengajak kita untuk memberikan kesaksian tentang karya penyelamatan Allah, termasuk di dalamnya kenabian ( Martyria), Gereja merayakan imannya akan Yesus Kristus dan inilah liturgi ( Leitourgia). Jadi liturgi memang hanyalah salah satu dari kegiatan Gereja.
              Akan tetapi sebagaimana dikatakan oleh Konstitus Liturgi kita ( KL. 10) bahwa selain liturgi, seluruh kegiatan Gereja (diakonia, koinonia, martyria, kerygma ) tidak bisa dilepaskan dari liturgi, sebab semua usaha kerasulan atau semua kegiatan Gereja hanyalah mempunyai satu tujuan yaitu agar semua orang berhimpun dalam Gereja memuliakan Allah Bapa dan ikut serta dalam kurban Kristus serta menikmati perjamuan kudus-Nya. Jadi liturgi menjadi arah yang dituju oleh semua kegiatan Gereja. Karena itulah liturgi disebut puncak dari semua kegiatan hidup kaum beriman.
            Di pihak lain, liturgi sesungguhnya juga bukan hanya puncak kegiatan Gereja, tetapi serentak pula merupakan sumber kekuatan  dari semua kegiatan Gereja, dari semua kegiatan kaum beriman. Sebab  di dalam dan melalui liturgi terutama Ekaristi mengalirlah segala rahmat yang menjadi kekuatan Gereja untuk terus melaksanakan tugas perutusan Kristus yaitu melaksanakan  dan mewujudkan karya keselamatan Allah di tengah masyarakat. Maka dengan demikian posisi liturgi bukan saja menjadi puncak seluruh kegiatan Gereja , tetapi juga menjadi sumber kehidupan Gereja.(KL. 10) Begitu pentingnya liturgi, maka kita pantas bersyukur karena Gereja bulan Mei 2014 ini menjadikan Bulan Liturgi Nasional dan kita diberi kesempatan untuk merenungkan pentingnya liturgi itu.
             Mari kita berhenti di sini dulu untuk melihat pengalaman kita terutama ketika kita ikut merayakan  perayaan ekaristi. Apakah pada waktu itu kita merasa perlu menghaturkan kepada Allah segala kegiatan kita: kegiatan pelayanan, pewartaan, bina persekutuan dan kesaksian hidup kita sebagai murid Kristus di tengah masyarakat, sehingga kita benar-benar merasakan suka cita Injil? Kalau kita menjawab ya, maka Ekaristi sebagai puncak dan sumber kehidupan kita bukan saja kita pahami melainkan sungguh telah kita alami dan rasakan. ( bersambung)

0 comments:

Post a Comment