Minggu,08 Juni 2014
Tahun A / II
Minggu Hari Raya
Pentakosta
Yohanes
20: 19 - 23
_____________________________
Roh Kudus
Membaharui Hidup
Setelah Yesus
disalib dan wafat, para murid-Nya merasa takut dan sedih. Takut karena
mereka diintimidasi oleh orang-orang
Yahudi. Sedih karena Guru yang mereka cintai meninggalkan mereka. Ketakutan dan
kesedihan ini membuat para murid hidup menutup diri dan bertindak
sembunyi-sembunyi. Ketakutan dan kesedihan membuat mereka tertekan dan
kehilangan keberanian. Situasi dan kondisi semacam ini bukan saja melumpuhkan
semangat hidup, tetapi juga tidak
menghasilkan apa-apa bagi kehidupan. Ketakutan dan kesedihan telah merampas
keindahan hidup manusia. Manusia menjadi mandul dan tidak berbuah.
Ketika para
murid berada dalam situasi ketakutan dan kesedihan, tiba-tiba Yesus menampakkan
diri kepada mereka. Seketika itu juga mereka bersuka cita. Kesedihan mereka berubah
menjadi luapan kegembiraan, karena Yesus yang wafat ternyata masih hidup.
Perjumpaan dengan Yesus yang bangkit dan hidup kembali melenyapkan kesedihan
mereka yang selama ini mereka alami. Kesedihan adalah musuh kehidupan. Kristus
datang bukan untuk melestarikan kesedihan melainkan mengubahnya menjadi suka
cita.
Kendati
demikian para murid masih trauma melihat kekejaman orang-orang Yahudi. Mereka
masih merasa takut. Sambil memberikan tugas perutusan kepada para murid, Yesus
mengembusi mereka dengan Roh-Nya dan berkata: "Terimalah Roh Kudus",
maka seketika itu juga hilanglah rasa ketakutan mereka dan keberanian muncul di
hati mereka. Roh Kudus telah mengubah ketakutan menjadi keberanian. Ketakutan
yang melumpuhkan semangat hidup kini sirna karena kedatangan Roh Kudus dalam
hati para murid. Ketakutan yang membelenggu hidup manusia, kini rantas, hancur
karena daya Roh Kudus.
Hari ini kita
merayakan Hari Raya Pentakosta. Suatu perayaan yang memastikan kita bahwa Roh
Kudus pasti dan benar-benar selalu menyertai kita. Ia mengubah segalanya
menjadi baru. Dari ketakutan menjadi keberanian, dari kesedihan menjadi suka
cita atau kegembiraan sebagaimana dialami oleh para murid-Nya. Hati yang kecut
menjadi hati yang berbunga-bunga. Hati yang cuek menjadi hati yang ramah. Hati
terhormat dan sombong menjadi hati yang penuh rendah hati dan pemberi pelayanan.
Hati yang "grondel" menjadi hati yang terbuka. Hati yang
mendiskritkan orang lain menjadi hati yang menerimanya dengan suka cita. Sok
menjadi orang penting di dalam Gereja menjadi orang yang merasa diri hamba,
hamba bagi sesamanya.
Perubahan-perubahan
semacam ini terus bisa terjadi dalam segala aspek kehidupan kita. Hanya saja
kalau kita memiliki hati terbuka terhadap kedatangan Roh Kudus. Terbuka artinya
percaya dan siap diubah. Sering kita menuntut perubahan, tetapi tak pernah siap
diubah, sekalipun hatinya percaya. Hati masih terus terikat dengan kebiasaan-kebiasaan buruk.
Inilah hidup yang tidak "match", hidup yang tidak lurus, hidup yang
tidak terkoneksi antara pikiran dan hati, antara iman dan hidup sehari-hari.
Hidup semacam ini hanya akan melahirkan hidup mandul, hidup yang tidak berbuah.
Oleh karena itu Yesus meminta kita untuk tinggal di dalam Dia, maka kita akan
berbuah. " Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia
berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh.15:5)
Pentakosta bukan
hanya ritual penantian Roh Kudus, melainkan suatu penantian akan perubahan hidup yang dijalani dengan usaha
nyata, tekad dan kemauan. Kesiapan dan keberanian mengkikis habis
kebiasaan-kebiasaan buruk dalam pratek dan tindakan nyata, bukan dalam omongan
atau renungan. Inilah penantian Roh Kudus.
0 comments:
Post a Comment