Sunday, 15 June 2014

Renungan Minggu Pentakosta



Minggu,08 Juni 2014
Tahun A / II            
Minggu Hari Raya Pentakosta
Yohanes 20: 19 - 23
_____________________________  


Roh Kudus
Membaharui Hidup

           Setelah Yesus disalib dan wafat, para murid-Nya merasa takut dan sedih. Takut karena mereka   diintimidasi oleh orang-orang Yahudi. Sedih karena Guru yang mereka cintai meninggalkan mereka. Ketakutan dan kesedihan ini membuat para murid hidup menutup diri dan bertindak sembunyi-sembunyi. Ketakutan dan kesedihan membuat mereka tertekan dan kehilangan keberanian. Situasi dan kondisi semacam ini bukan saja melumpuhkan semangat hidup,  tetapi juga tidak menghasilkan apa-apa bagi kehidupan. Ketakutan dan kesedihan telah merampas keindahan hidup manusia. Manusia menjadi mandul dan tidak berbuah.

         Ketika para murid berada dalam situasi ketakutan dan kesedihan, tiba-tiba Yesus menampakkan diri kepada mereka. Seketika itu juga mereka bersuka cita. Kesedihan mereka berubah menjadi luapan kegembiraan, karena Yesus yang wafat ternyata masih hidup. Perjumpaan dengan Yesus yang bangkit dan hidup kembali melenyapkan kesedihan mereka yang selama ini mereka alami. Kesedihan adalah musuh kehidupan. Kristus datang bukan untuk melestarikan kesedihan melainkan mengubahnya menjadi suka cita.

        Kendati demikian para murid masih trauma melihat kekejaman orang-orang Yahudi. Mereka masih merasa takut. Sambil memberikan tugas perutusan kepada para murid, Yesus mengembusi mereka dengan Roh-Nya dan berkata: "Terimalah Roh Kudus", maka seketika itu juga hilanglah rasa ketakutan mereka dan keberanian muncul di hati mereka. Roh Kudus telah mengubah ketakutan menjadi keberanian. Ketakutan yang melumpuhkan semangat hidup kini sirna karena kedatangan Roh Kudus dalam hati para murid. Ketakutan yang membelenggu hidup manusia, kini rantas, hancur karena daya Roh Kudus.

        Hari ini kita merayakan Hari Raya Pentakosta. Suatu perayaan yang memastikan kita bahwa Roh Kudus pasti dan benar-benar selalu menyertai kita. Ia mengubah segalanya menjadi baru. Dari ketakutan menjadi keberanian, dari kesedihan menjadi suka cita atau kegembiraan sebagaimana dialami oleh para murid-Nya. Hati yang kecut menjadi hati yang berbunga-bunga. Hati yang cuek menjadi hati yang ramah. Hati terhormat dan sombong menjadi hati yang penuh rendah hati dan pemberi pelayanan. Hati yang "grondel" menjadi hati yang terbuka. Hati yang mendiskritkan orang lain menjadi hati yang menerimanya dengan suka cita. Sok menjadi orang penting di dalam Gereja menjadi orang yang merasa diri hamba, hamba bagi sesamanya.

      Perubahan-perubahan semacam ini terus bisa terjadi dalam segala aspek kehidupan kita. Hanya saja kalau kita memiliki hati terbuka terhadap kedatangan Roh Kudus. Terbuka artinya percaya dan siap diubah. Sering kita menuntut perubahan, tetapi tak pernah siap diubah, sekalipun hatinya percaya. Hati masih terus  terikat dengan kebiasaan-kebiasaan buruk. Inilah hidup yang tidak "match", hidup yang tidak lurus, hidup yang tidak terkoneksi antara pikiran dan hati, antara iman dan hidup sehari-hari. Hidup semacam ini hanya akan melahirkan hidup mandul, hidup yang tidak berbuah. Oleh karena itu Yesus meminta kita untuk tinggal di dalam Dia, maka kita akan berbuah. " Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh.15:5)

     Pentakosta bukan hanya ritual penantian Roh Kudus, melainkan suatu penantian akan  perubahan hidup yang dijalani dengan usaha nyata, tekad dan kemauan. Kesiapan dan keberanian mengkikis habis kebiasaan-kebiasaan buruk dalam pratek dan tindakan nyata, bukan dalam omongan atau renungan. Inilah penantian Roh Kudus.



0 comments:

Post a Comment