Wednesday, 16 April 2014

Renungan Minggu Prapaskah V

Minggu, 06 April 2014
Tahun A / II
Hari Minggu Prapaskah V
Yohanes 11: 1 – 45

_____________________________

KEBANGKITAN DAN KEHIDUPAN

Berhenti hidup bisa menimpa siapa saja, tidak pandang bulu siapapun orangnya. Berhenti hidup atau kematian adalah tanda lahiriah bahwa manusia tidak lagi bisa bernafas, tidak lagi bisa begerak, tidak lagi memiliki daya. Ia kehilangan dinamismenya yang tak akan pernah kembali seperti semula.

Hari ini Yesus membangkitkan Lazarus dari kematianya ( Yoh.11 :1–45). Setelah berdoa, dengan suara keras Yesus berseru : “ Lazarus, marilah keluar!” Dengan kaki dan tangan yang masih terikat dengan kain Lazarus keluar dari kubur yang sudah empat hari ia disemayamkan di situ. Kini Lazarus hidup kembali seperti sediakala, bergerak dan bernafas. Ia kembali meneruskan hidup lama yang telah dijalani selama ini. Kendati Lazarus tidak mengalami hidup baru, namun peristiwa ini menunjukkan bahwa Yesus benar-benar adalah kebangkitan dan kehidupan seperti dikatakanNya kepada Marta, saudara Lazarus yang percaya atas perkataanNya.

Kebangkitan Lazarus sesungguhnya membuka mata dan hati kita bahwa Yesus bukan saja solider terhadap orang yang mengalami kesusahan, tetapi juga serentak dengan itu menyatakan bahwa Allah adalah Allah kehidupan bukan Allah kematian. Allah kehidupan adalah Allah yang membawa manusia yang percaya mengalami hidup baru. Oleh karena itu kebangkitan Kristus adalah tanda jelas bahwa kematian telah dikalahkan dan belenggu dosa manusia telah dipatahkan. Manusia ditebus kembali dan hidup dalam keadaan baru, sebagaimana Kristus bangkit dari kematian.  Pujian Paskah  (exultet) yang bergema indah dan syahdu di malam Paskah mengangingatkan kita akan kebangkitan dan kehidupan itu.
 
Kebangkitan Lazarus sesungguhnya bukan saja membuka mata iman kita bahwa Kristus adalah kebangkitan dan kehidupan dan kita yang percaya kepadaNya akan hidup selama-lamanya, melainkan juga merupakan tugas pewartaan bagi kita bahwa Allah yang kita imani adalah Allah kehidupan, bukan Allah kematian. Setiap perbuatan yang menghancurkan hidup manusia, setiap perbuatan yang membawa kematian baik dalam hidup kita sendiri maupun dalam hidup orang lain harus kita lawan dan singkirkan. Saat ini kita tahu bahwa budaya kematian terus saja berkembang merangsek di berbagai bidang kehidupan kita. Bayi-bayi mungil yang tidak bersalah dan belum sempat menghirup udara segar pun di habisi demi egoisme diri. Alat-alat pembunuh itu tersedia di mana-mana dalam bentuk permanen atau temporal. Kekerasan fisik bahkan psikologis juga tumbuh dimana-mana bagaikan cendawan di musim hujan bahkan mungkin merasuk ke dalam hidup keluarga atau komunitas kita.
 
Kematian dalam bentuk sublim pun tak mau ketinggalan. Ia bergerak dalam kehidupan orang yang tertekan, orang-orang yang kehilangan semangat, orang-orang retak dan pecah karena merasa tak berharga, orang-orang yang kehilangan masa depan, orang-orang yang sedih, kecewa terhantam oleh berbagai persoalan hidup. Mereka inilah orang yang mengalami “kematian” dan tugas kita adalah membangkitkan mereka dari “kema-tian”, membantu mereka agar mereka tidak tenggelam dalam lingkaran hidup yang telah mem-bawa kematian itu.

 Sabda Tuhan :“Aku adalah kebangkitan dan kehidupan” mengajak kita untuk memberikan hati dan mengulurkan tangan kepada mereka, agar kehidupan diperoleh kembali. Dengan cinta dan pelayanan  kita wujudkan sabda Tuhan itu dalam hidup kita, dalam hidup sesama. Masa prapaskah masa yang tepat bagi kita umat katolik untuk menyatakan hal itu.

0 comments:

Post a Comment