Minggu, 06 April 2014
Tahun A / II
Hari Minggu Prapaskah V
Yohanes 11: 1 – 45
_____________________________
KEBANGKITAN DAN KEHIDUPAN
Berhenti hidup bisa menimpa siapa saja, tidak pandang bulu siapapun
orangnya. Berhenti hidup atau kematian adalah tanda lahiriah bahwa manusia
tidak lagi bisa bernafas, tidak lagi bisa begerak, tidak lagi memiliki daya. Ia
kehilangan dinamismenya yang tak akan pernah kembali seperti semula.
Hari ini Yesus membangkitkan Lazarus dari kematianya ( Yoh.11 :1–45).
Setelah berdoa, dengan suara keras Yesus berseru : “ Lazarus, marilah keluar!” Dengan kaki dan tangan yang masih
terikat dengan kain Lazarus keluar dari kubur yang sudah empat hari ia
disemayamkan di situ. Kini Lazarus hidup kembali seperti sediakala, bergerak
dan bernafas. Ia kembali meneruskan hidup lama yang telah dijalani selama ini.
Kendati Lazarus tidak mengalami hidup baru, namun peristiwa ini menunjukkan
bahwa Yesus benar-benar adalah kebangkitan dan kehidupan seperti dikatakanNya
kepada Marta, saudara Lazarus yang percaya atas perkataanNya.
Kebangkitan Lazarus sesungguhnya membuka mata dan hati kita bahwa Yesus
bukan saja solider terhadap orang yang mengalami kesusahan, tetapi juga serentak
dengan itu menyatakan bahwa Allah adalah Allah kehidupan bukan Allah kematian.
Allah kehidupan adalah Allah yang membawa manusia yang percaya mengalami hidup
baru. Oleh karena itu kebangkitan Kristus adalah tanda jelas bahwa kematian
telah dikalahkan dan belenggu dosa manusia telah dipatahkan. Manusia ditebus
kembali dan hidup dalam keadaan baru, sebagaimana Kristus bangkit dari
kematian. Pujian Paskah (exultet) yang bergema indah dan syahdu di
malam Paskah mengangingatkan kita akan kebangkitan dan kehidupan itu.
Kebangkitan Lazarus sesungguhnya bukan saja membuka mata iman kita bahwa
Kristus adalah kebangkitan dan kehidupan dan kita yang percaya kepadaNya akan
hidup selama-lamanya, melainkan juga merupakan tugas pewartaan bagi kita bahwa
Allah yang kita imani adalah Allah kehidupan, bukan Allah kematian. Setiap
perbuatan yang menghancurkan hidup manusia, setiap perbuatan yang membawa
kematian baik dalam hidup kita sendiri maupun dalam hidup orang lain harus kita
lawan dan singkirkan. Saat ini kita tahu bahwa budaya kematian terus saja
berkembang merangsek di berbagai bidang kehidupan kita. Bayi-bayi mungil yang
tidak bersalah dan belum sempat menghirup udara segar pun di habisi demi
egoisme diri. Alat-alat pembunuh itu tersedia di mana-mana dalam bentuk
permanen atau temporal. Kekerasan fisik bahkan psikologis juga tumbuh
dimana-mana bagaikan cendawan di musim hujan bahkan mungkin merasuk ke dalam
hidup keluarga atau komunitas kita.
Kematian dalam bentuk sublim pun tak mau ketinggalan. Ia bergerak dalam
kehidupan orang yang tertekan, orang-orang yang kehilangan semangat,
orang-orang retak dan pecah karena merasa tak berharga, orang-orang yang
kehilangan masa depan, orang-orang yang sedih, kecewa terhantam oleh berbagai
persoalan hidup. Mereka inilah orang yang mengalami “kematian” dan tugas kita
adalah membangkitkan mereka dari “kema-tian”, membantu mereka agar mereka tidak
tenggelam dalam lingkaran hidup yang telah mem-bawa kematian itu.
Sabda Tuhan :“Aku adalah kebangkitan
dan kehidupan” mengajak kita untuk memberikan hati dan mengulurkan tangan
kepada mereka, agar kehidupan diperoleh kembali. Dengan cinta dan pelayanan kita wujudkan sabda Tuhan itu dalam hidup
kita, dalam hidup sesama. Masa prapaskah masa yang tepat bagi kita umat katolik
untuk menyatakan hal itu.






0 comments:
Post a Comment