Thursday, 24 April 2014

Renungan Minggu Paskah II

Minggu, 27 April 2014
Tahun A / II
Minggu Paskah  II
Yoh. 20: 19-31
_____________________________

SUKA CITA PASKAH

       Kematian Yesus meninggalkan kesedihan mendalam pada para murid-Nya dan rasa takut terhadap orang-orang Yahudi. Sekalipun kabar tentang kebangkitan Yesus telah menyeruak masuk ke dalam komunitas para murid, namun tidak serta merta kabar itu membawa suka cita dan menghilangkan rasa takut. Sebab tidak seluruhnya para murid itu percaya. Thomas adalah salah satu murid yang tidak percaya meskipun kemudian ia percaya bahwa Yesus sungguh telah bangkit dari kematian. Sabda Tuhan hari ini (Yoh. 20: 19-31) memastikan bahwa Yesus sungguh telah bangkit dari kematian dengan penampakan-Nya kepada para murid. Kebangkitan-Nya membawa suka cita bagi mereka yang percaya (Yoh.20:20).
       Kita baru saja merayakan Paskah. Tentu ada suka  cita di hati kita. Sebab kita semua percaya bahwa Yesus sungguh bangkit dari kematian. Wafat-Nya telah  menghancurkan kematian dan dosa kita, dan oleh kebangkitan-Nya hidup kita diperbaharui. Perayaan Paskah merupakan ungkapan suka cita dari semua itu. Tapi mari kita bertanya sejenak dalam hati:  sungguhkah kita mengalami suka cita setelah kita merayakan  Paskah?

       Kita ingat suka cita paskah  bukanlah  perasaan senang semata  karena liturgi paskah yang meriah, karena koor yang bagus, karena hias altar yang indah. Suka cita Paskah adalah suka cita yang menggelora di hati kita karena  kita percaya bahwa karya keselamatan Allah yang dilaksanakan Kristus dan di dalam Kristus dihadirkan kembali oleh Gereja dalam liturgi suci.  Dan bersamaan dengan itu kita boleh menerima berkat rohani  di dalam sorga yang dikaruniakan kepada kita (Ef 1:3-6).

       Melalui perayaan Paskah khususnya melalui Sabda dan kehadiran-Nya, kita mestinya merasa terpanggil untuk mengusahakan damai sejahtera sebagaimana Yesus sampaikan dalam salam pembukaan-Nya ketika Ia menampakkan diri kepada para murid. Kita juga mesti merasa terdorong untuk segera memaafkan orang yang menyakiti hati kita, melukai hati kita, serta tidak menyimpan dendam. Kita harus mengakui bahwa logika atau pemikiran bukanlah satu-satunya cara untuk mengimani Kristus apalagi untuk menyangkalNya. Kalau semua ini hidup dan berkembang di dalam hati dan kemudian nyata dalam perbuatan kita sehari-hari,  inilah yang disebut suka cita Paskah.

0 comments:

Post a Comment