Minggu, 27
April 2014
Tahun A / II
Minggu Paskah II
Yoh. 20: 19-31
_____________________________
SUKA CITA PASKAH
Kematian Yesus meninggalkan kesedihan mendalam
pada para murid-Nya dan rasa takut terhadap orang-orang Yahudi. Sekalipun
kabar tentang kebangkitan Yesus telah menyeruak masuk ke dalam komunitas para murid,
namun tidak serta merta kabar itu membawa suka cita dan menghilangkan rasa
takut. Sebab tidak seluruhnya para murid itu percaya. Thomas adalah salah satu
murid yang tidak percaya meskipun kemudian ia percaya bahwa Yesus sungguh telah
bangkit dari kematian. Sabda Tuhan hari ini (Yoh. 20: 19-31) memastikan bahwa
Yesus sungguh telah bangkit dari kematian dengan penampakan-Nya kepada para
murid. Kebangkitan-Nya membawa suka cita bagi mereka yang percaya (Yoh.20:20).
Kita baru saja merayakan Paskah. Tentu
ada suka cita di hati kita. Sebab kita
semua percaya bahwa Yesus sungguh bangkit dari kematian. Wafat-Nya telah menghancurkan kematian dan dosa kita, dan
oleh kebangkitan-Nya hidup kita diperbaharui. Perayaan Paskah merupakan ungkapan
suka cita dari semua itu. Tapi mari kita bertanya sejenak dalam hati: sungguhkah kita mengalami suka cita setelah
kita merayakan Paskah?
Kita ingat suka cita paskah bukanlah
perasaan senang semata karena
liturgi paskah yang meriah, karena koor yang bagus, karena hias altar yang
indah. Suka cita Paskah adalah suka cita yang menggelora di hati kita
karena kita percaya bahwa karya
keselamatan Allah yang dilaksanakan
Kristus dan di dalam Kristus dihadirkan kembali oleh Gereja dalam
liturgi suci. Dan bersamaan dengan itu
kita boleh menerima berkat rohani di
dalam sorga yang dikaruniakan kepada kita (Ef 1:3-6).
Melalui perayaan Paskah khususnya melalui
Sabda dan kehadiran-Nya, kita mestinya merasa terpanggil untuk mengusahakan
damai sejahtera sebagaimana Yesus sampaikan dalam salam pembukaan-Nya ketika Ia
menampakkan diri kepada para murid. Kita juga mesti merasa terdorong untuk
segera memaafkan orang yang menyakiti hati kita, melukai hati kita, serta tidak
menyimpan dendam. Kita harus mengakui bahwa logika atau pemikiran bukanlah
satu-satunya cara untuk mengimani Kristus apalagi untuk menyangkalNya. Kalau
semua ini hidup dan berkembang di dalam hati dan kemudian nyata dalam perbuatan
kita sehari-hari, inilah yang disebut
suka cita Paskah.






0 comments:
Post a Comment