MARI
KITA BELAJAR TENTANG LITURGI
Dalam
tulisan terdahulu kita sudah membicarakan posisi liturgi dalam kehidupan Gereja
sebagai puncak dan sumber dari semua kegiatan Gereja. Ini berarti betapa
pentingnya peranan liturgi dalam hidup kita kaum beriman. Maka selayaknyalah kita terus
berusaha memperdalam liturgi, bukan saja pengetahuan, tetapi juga penghayatan.
Sekarang mari kita lihat apa yang dimaksud dengan liturgi.
Istilah Liturgi
Kita
mulai dengan istilah liturgi. Litugi berasal dari kata Yunani Leitourgia. Menurut asal-usulnya kata
ini terbentuk dari gabungan 2 kata yaitu laos
yang artinya "rakyat/ masyarakat" dan ergon yang artinya karya/kerja. Secara etimologis, liturgi atau
leitourgia lalu berarti suatu karya atau pekerjaan untuk kepentingan orang
banyak, bukan untuk kepentingan diri sendiri. Jadi istilah itu pada mulanya mempunyai arti profan-politis.
Profan karena belum digunakan secara khusus untuk kepentingan peribadatan, tapi
untuk berbagai karya pelayanan. Politis
karena ditujukan untuk kepentingan umum atau orang banyak.
Istilah
itu kemudian dalam Perjanjian Lama mempunyai arti kultis yaitu arti yang
menunjuk pada peribadatan apakah itu peribadatan yang dilakukan oleh kaum kafir
atau peribadatan yang dilakukan oleh para imam atau kaum Lewi. Bagaimana arti
profan-politis leitourgia itu kemudian berubah menjadi arti kultis seperti yang
digunakan dalam Perjanjian Lama (PL)? Kiranya hampir dipastikan bahwa istilah itu
masuk ke dalam PL bersamaan dengan ketika para penterjemaan Kitab Suci, Septuagint ( kelompok tujuh puluh ) yang
dikenal dengan "LXX" mengadakan
alih bahasa dari bahasa Ibrani ke bahasa Yunani pada abad ke-2 sebelum Masehi.
Kendati
demikian dalam Perjanjian Baru arti kultis yang dipakai dalam Perjanjian Lama (Septuagianta)
tidak seluruhnya diikuti oleh para panulis Perjanjian Baru (PB), selain istilah
yang diterapkan pada pelayanan atau jabatan kultus Israel, seperti Musa (
Ibr.9:21), Zakharia (Lk. 1: 8,23) Para penulis PB menggunakan istilah lebih
luas terutama bila itu berkaitan dengan umat Kristen, misalnya leitourgia bisa
dimaknai sebagai bentuk pewartaan ( Rom.15:16) sebagai bentuk peribadahan (
(Kis.13:2a) sebagai bentuk kasih persaudaraan ( Rom.15: 27, 2 Kor. 9:12),
sebagai bentuk pelayanan biasa (Filp. 2: 25-30). Meskipun penggunaan istilah
itu berbeda-beda atau biarpun istilah itu dipakai sehubungan dengan Israel,
namun istilah itu sesungguhnya sudah menunjuk pada tindakan pribadi Kristus.
Arti Liturgi
Lalu
apa sesungguhnya yang dimaksud dengan liturgi itu bagi kita? Liturgi adalah suatu bentuk
peribadatan, tetapi tidak sama dengan peribadatan PL. Sebab sejak Kristus
datang, peribadatan Perjanjian Lama
tidak lagi berlaku, tetapi hanya sebagai latar belakang. Oleh karena itu Bapa
Suci Pius XII menyebut liturgi sebagai bentuk ibadat publik atau perayaan
bersama (bdk.Konstitusi Liturgi (KL)
Sacrosanctum Concilium No.27 Kehadiran Kristus lalu memberi makna baru.
Kalau dahulu ibadat dilakukan oleh para imam atau kaum Lewi, kini ibadat atau perayaan
bersama itu dilakukan oleh Penebus kita yang adalah Kepala Gereja yaitu Yesus
Kristus, satu-satunya Imam Agung yang tak pernah tergantikan. Maka liturgi juga
bisa disebut sebagai bentuk pelaksanaan tugas Imamat Kristus. Tugas imamat
bukan untuk mempersembahkan korban bakaran sebagaimana dalam PL, melainkan
mempersembahkan korban pengudusan yang adalah diriNya sendiri, agar kita
menjadi kudus. Dalam perayaan liturgi pengudusan manusia atau pengudusan kita itu
dilambangkan dengan tanda-tanda lahiriah serta dilaksanakan secara khas bagi masing
perayaan liturgi. Karena liturgi sebagai tugas pelaksanaan imamat Kristus, maka
liturgi dipandang sebagai kegiatan suci yang istimewa yang tidak ada tindakan
Gereja lain yang menyamainya. (KL No. 7)
Kalau liturgi
sebagai bentuk ibadat bersama, lalu bersama
dengan siapa dan ditujukan kepada siapa? Kristus adalah Kepala Gereja, maka
ibadat bersama tentu dilakukan bersama dengan anggota-anggota-Nya yaitu orang
yang percaya kepadaNya dan ibadat itu ditujukan kepada Allah Bapa di sorga yang
telah mengutusNya. Akan tetapi karena Kristus adalah Kepala dan sekaligus
adalah Pendiri Gereja, maka ibadat itu juga dilakukan oleh komunitas orang beriman
kepada Kristus dan melalui Dia dan dalam Dia ibadat itu disampaikan kepada
Allah Bapa. Kalau kita membaca Surat Paulus kepada umat di Efesus 1: 3 - 6, maka
kita bisa memastikan bahwa ibadat yang dilakukan oleh Tubuh Mistik Yesus
Kristus ditujukan kepada Allah Bapa. Sebab di dalam Kristus Allah Bapa telah
menganugerahkan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Melalui Kristus
dan dalam Kristus kita memperoleh berkat rohani di sorga yang diberikan Allah
Bapa kepada kita. Allah Bapa bukanlah hanya merupakan tujuan dari ibadat kita
tetapi sekaligus sumber berkat rohani bagi kita.
Sekarang
apa yang dirayakan dalam liturgi? Dalam KL 1: 5 kita mengerti benar bahwa yang
dirayakan dalam ibadat atau liturgi adalah karya keselamatan Allah yang dilaksanakan
oleh Kristus. " Allah menghendaki
supaya semua manusia selamat....ketika genap waktunya Ia mengutus PuteraNya,
sabda yang menjadi daging dan diurapi Roh Kudus untuk mewartakan Kabar Gembira
kepada kaum miskin untuk menyembuhkan mereka yang remuk redam hatinya.."
"..karya penebusan umat manusia dan permuliaan Allah yang sempurna telah
diawali dengan karya agung Allah di tengah umat Perjanjian Lama. Karya itu
diselesaikan oleh Kristus Tuhan terutama dalam misteri Paskah: sengsaraNya yang
suci, kebangkitanNya dari alam maut dan kenaikanNya dalam kemuliaan."
Karya keselamatan ini kemudian dilestarikan oleh Gereja dalam liturgi. Konstitusi
Liturgi Suci. 1: 6 menyatakan bahwa seperti Kristus diutus oleh Bapa, begitu pula
Ia mengutus para rasul yang dipenuh Roh Kudus bukan hanya untuk mewartakan
Injil dan karya penebusan Kristus, tetapi juga mewujudkan karya keselamatan
melalui kurban dan sakramen-sakramen sebagai pusat seluruh hidup liturgis. Di
dalam liturgi sejarah keselamatan atau penebusan umat manusia yang terjadi
dalam dan melalui Kristus (sengsara, wafat dan kebangkitanNya) dihadirkan kembali
atau diaktualisasikan sehingga membawa berkat rohani bagi kita. Jadi liturgi
bukan sekedar perayaan mengenangkan atau mengingat karya keselamatan Kristus,
tapi dalam dan melalui liturgi karya keselamatan Allah yang dahulu itu sungguh
hadir di tengah-tengah kita. Maka ketika orang menyadari dan mengimani hal itu
dengan sungguh dan mendalam, setelah merayakan liturgi terutama Ekaristi, orang
bisa merasakan berkat rohani: ada yang merasa damai, ada yang lega hatinya, ada
yang bersemangat, ada tidak kecil hati menghadapi hidup berat, ada yang
bertobat dan lain sebagainya.
Kita berhenti di sini dulu sebelum kita lebih lanjut memahami apa yang dimaksud dengan liturgi.
Sebelum anda meninggalkan BLOG ini, mari sekali lagi kita renungkan apa yang kita rasakan saat dan
sesudah kita mengikuti perayaan liturgi khususnya Ekaristi. Adakah berkat rohani
dari Allah Bapa di sorga yang anda rasakan? Atau malah pulang marah-marah karena
rumah masih berantakan? Kalau itu yang terjadi, maka anda tidak mendapatk berkat
rohani dari surga, melainkan mendapat berkat rohani dari neraka! (bersambung)
0 comments:
Post a Comment