Tuesday, 6 May 2014

MARI KITA BELAJAR TENTANG LITURGI ( II)

MARI KITA BELAJAR TENTANG LITURGI
 

            Dalam tulisan terdahulu kita sudah membicarakan posisi liturgi dalam kehidupan Gereja sebagai puncak dan sumber dari semua kegiatan Gereja. Ini berarti betapa pentingnya peranan liturgi dalam hidup kita kaum  beriman. Maka selayaknyalah kita terus berusaha memperdalam liturgi, bukan saja pengetahuan, tetapi juga penghayatan. Sekarang mari kita lihat apa yang dimaksud dengan liturgi.

Istilah Liturgi
              Kita mulai dengan istilah liturgi. Litugi berasal dari kata Yunani Leitourgia. Menurut asal-usulnya kata ini terbentuk dari gabungan 2 kata yaitu laos yang artinya "rakyat/ masyarakat" dan ergon yang artinya karya/kerja. Secara etimologis, liturgi atau leitourgia lalu berarti suatu karya atau pekerjaan untuk kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan diri sendiri. Jadi istilah itu  pada mulanya mempunyai arti profan-politis. Profan karena belum digunakan secara khusus untuk kepentingan peribadatan, tapi untuk berbagai karya pelayanan.  Politis karena ditujukan untuk kepentingan umum atau orang banyak.
              Istilah itu kemudian dalam Perjanjian Lama mempunyai arti kultis yaitu arti yang menunjuk pada peribadatan apakah itu peribadatan yang dilakukan oleh kaum kafir atau peribadatan yang dilakukan oleh para imam atau kaum Lewi. Bagaimana arti profan-politis leitourgia itu kemudian berubah menjadi arti kultis seperti yang digunakan dalam Perjanjian Lama (PL)? Kiranya hampir dipastikan bahwa istilah itu masuk ke dalam PL bersamaan dengan ketika para penterjemaan Kitab Suci, Septuagint ( kelompok tujuh puluh ) yang dikenal dengan "LXX"  mengadakan alih bahasa dari bahasa Ibrani ke bahasa Yunani pada abad ke-2 sebelum Masehi.
              Kendati demikian dalam Perjanjian Baru arti kultis yang dipakai dalam Perjanjian Lama (Septuagianta) tidak seluruhnya diikuti oleh para panulis Perjanjian Baru (PB), selain istilah yang diterapkan pada pelayanan atau jabatan kultus Israel, seperti Musa ( Ibr.9:21), Zakharia (Lk. 1: 8,23) Para penulis PB menggunakan istilah lebih luas terutama bila itu berkaitan dengan umat Kristen, misalnya leitourgia bisa dimaknai sebagai bentuk pewartaan ( Rom.15:16) sebagai bentuk peribadahan ( (Kis.13:2a) sebagai bentuk kasih persaudaraan ( Rom.15: 27, 2 Kor. 9:12), sebagai bentuk pelayanan biasa (Filp. 2: 25-30). Meskipun penggunaan istilah itu berbeda-beda atau biarpun istilah itu dipakai sehubungan dengan Israel, namun istilah itu sesungguhnya sudah menunjuk pada tindakan pribadi Kristus.
Arti Liturgi
              Lalu apa sesungguhnya yang dimaksud dengan liturgi itu  bagi kita? Liturgi adalah suatu bentuk peribadatan, tetapi tidak sama dengan peribadatan PL. Sebab sejak Kristus datang, peribadatan  Perjanjian Lama tidak lagi berlaku, tetapi hanya sebagai latar belakang. Oleh karena itu Bapa Suci Pius XII menyebut liturgi sebagai bentuk ibadat publik atau perayaan bersama (bdk.Konstitusi Liturgi (KL)  Sacrosanctum Concilium  No.27 Kehadiran Kristus lalu memberi makna baru. Kalau dahulu ibadat dilakukan oleh para imam atau kaum Lewi, kini ibadat atau perayaan bersama itu dilakukan oleh Penebus kita yang adalah Kepala Gereja yaitu Yesus Kristus, satu-satunya Imam Agung yang tak pernah tergantikan. Maka liturgi juga bisa disebut sebagai bentuk pelaksanaan tugas Imamat Kristus. Tugas imamat bukan untuk mempersembahkan korban bakaran sebagaimana dalam PL, melainkan mempersembahkan korban pengudusan yang adalah diriNya sendiri, agar kita menjadi kudus. Dalam perayaan liturgi pengudusan manusia atau pengudusan kita itu dilambangkan dengan tanda-tanda lahiriah serta dilaksanakan secara khas bagi masing perayaan liturgi. Karena liturgi sebagai tugas pelaksanaan imamat Kristus, maka liturgi dipandang sebagai kegiatan suci yang istimewa yang tidak ada tindakan Gereja lain yang menyamainya. (KL No. 7)
              Kalau liturgi sebagai bentuk ibadat bersama, lalu  bersama dengan siapa dan ditujukan kepada siapa? Kristus adalah Kepala Gereja, maka ibadat bersama tentu dilakukan bersama dengan anggota-anggota-Nya yaitu orang yang percaya kepadaNya dan ibadat itu ditujukan kepada Allah Bapa di sorga yang telah mengutusNya. Akan tetapi karena Kristus adalah Kepala dan sekaligus adalah Pendiri Gereja, maka ibadat itu juga dilakukan oleh komunitas orang beriman kepada Kristus dan melalui Dia dan dalam Dia ibadat itu disampaikan kepada Allah Bapa. Kalau kita membaca Surat Paulus kepada umat di Efesus 1: 3 - 6, maka kita bisa memastikan bahwa ibadat yang dilakukan oleh Tubuh Mistik Yesus Kristus ditujukan kepada Allah Bapa. Sebab di dalam Kristus Allah Bapa telah menganugerahkan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Melalui Kristus dan dalam Kristus kita memperoleh berkat rohani di sorga yang diberikan Allah Bapa kepada kita. Allah Bapa bukanlah hanya merupakan tujuan dari ibadat kita tetapi sekaligus sumber berkat rohani bagi kita.
              Sekarang apa yang dirayakan dalam liturgi? Dalam KL 1: 5 kita mengerti benar bahwa yang dirayakan dalam ibadat atau liturgi adalah karya keselamatan Allah yang dilaksanakan oleh Kristus.  " Allah menghendaki supaya semua manusia selamat....ketika genap waktunya Ia mengutus PuteraNya, sabda yang menjadi daging dan diurapi Roh Kudus untuk mewartakan Kabar Gembira kepada kaum miskin untuk menyembuhkan mereka yang remuk redam hatinya.." "..karya penebusan umat manusia dan permuliaan Allah yang sempurna telah diawali dengan karya agung Allah di tengah umat Perjanjian Lama. Karya itu diselesaikan oleh Kristus Tuhan terutama dalam misteri Paskah: sengsaraNya yang suci, kebangkitanNya dari alam maut dan kenaikanNya dalam kemuliaan." Karya keselamatan ini kemudian dilestarikan oleh Gereja dalam liturgi. Konstitusi Liturgi Suci. 1: 6 menyatakan bahwa  seperti Kristus diutus oleh Bapa, begitu pula Ia mengutus para rasul yang dipenuh Roh Kudus bukan hanya untuk mewartakan Injil dan karya penebusan Kristus, tetapi juga mewujudkan karya keselamatan melalui kurban dan sakramen-sakramen sebagai pusat seluruh hidup liturgis. Di dalam liturgi sejarah keselamatan atau penebusan umat manusia yang terjadi dalam dan melalui Kristus (sengsara, wafat dan kebangkitanNya) dihadirkan kembali atau diaktualisasikan sehingga membawa berkat rohani bagi kita. Jadi liturgi bukan sekedar perayaan mengenangkan atau mengingat karya keselamatan Kristus, tapi dalam dan melalui liturgi karya keselamatan Allah yang dahulu itu sungguh hadir di tengah-tengah kita. Maka ketika orang menyadari dan mengimani hal itu dengan sungguh dan mendalam, setelah merayakan liturgi terutama Ekaristi, orang bisa merasakan berkat rohani: ada yang merasa damai, ada yang lega hatinya, ada yang bersemangat, ada tidak kecil hati menghadapi hidup berat, ada yang bertobat dan lain sebagainya.
             Kita berhenti di sini dulu sebelum kita lebih lanjut  memahami apa yang dimaksud dengan liturgi. Sebelum anda meninggalkan BLOG ini, mari sekali lagi  kita renungkan apa yang kita rasakan saat dan sesudah kita mengikuti perayaan liturgi khususnya Ekaristi. Adakah berkat rohani dari Allah Bapa di sorga yang anda rasakan? Atau malah pulang marah-marah karena rumah masih berantakan? Kalau itu yang terjadi, maka anda tidak mendapatk berkat rohani dari surga, melainkan mendapat berkat rohani dari neraka! (bersambung)

0 comments:

Post a Comment