Minggu, 16 Maret 2014
Tahun A / II
Hari Minggu Prapaskah II
Mat. 17: 1 - 9
_____________________________
DERITA KITA
Penderitaan ! inilah sebuah kata yang akrab di telingan kita manusia. Penderitaan ada sejak manusia hidup
di muka bumi ini, tetapi bukan Allah
yang menciptakanNya, melainkan karena polah manusia yang sok jagoan melawan
Allah Sang Pencipta.( Kej.3:1-24 ) Bahkan karena ulah manusia itu, penderitaan
bukan hanya berakhir di bumi ini, melainkan terus berlangsung di alam kekal
yang akan diderita oleh orang yang tidak lolos dari ujian kebaikan, kebenaran,
keadilan, kesucian dan segala kebajikan. Tetapi
berkat kehadiran Yesus Tuhan kita di dunia ini penderitaan itu bahkan
belenggu maut pun dipatahkan melalui sengsara, wafat dan kebangkitanNya serta
kenaikanNya ke surga. Manusia diajak kembali untuk menikmati kebahagiaan
surgawi dan serpihan-serpihannya pun yang melintas di dunia ini boleh dinikmati oleh mereka yang berhati
mulia.
Kisah Yesus dimuliakan di atas
gunung ( transfigurasi) yang hari menjadi renungan kita (Mat.17: 1-9 ),
bukan hendak membuktikan bahwa kebahagiaan surgawi itu ada, sebagaimana sesaat
dirasakan dan dialami oleh Petrus, Yohanes dan Yakobus, ketika mereka
menyaksikan kemuliaan Yesus bersama Musa dan Elia, melainkan ingin mengajak
para murid khususnya Petrus, Yohanes dan Yakobus untuk mempersiapkan diri
menyongsong perjalanan hidup Yesus dalam rangka menegakkan kerajaan Allah.
Musa dan Elia telah lebih dahulu berjuang menegakkan Kerajaan Allah dan karena
itu mereka boleh mengalamani kemuliaan bersama Allah. Dalam perjalanan itu
Yesus ingin mengajak para muridNya untuk siap menghadapi penderitaan bahkan
kematian sekalipun bilamana itu datang menghampiri mereka. Oleh sebab itu
ketika Petrus, Yohanes dan Yakobus terpukau memandang kemuliaan, maka datanglah
awan yang menaungi mereka dan sekonyong-konyong mereka tidak melihat seorang
pun selain Yesus seorang diri (Mrk.9:7-8). Peristiwa ini seolah ingin
mengatakan “jangan terpukau dan bengong saja, mari bangun dan bekerja, berjuang
keras menegakkan Kerajaan Allah”.
Sebagai orang katolik tugas dan panggilan kita ialah menegakkan kerajaan
Allah itu. Kabar gembira yang dibawa Kristus harus terus kita wartakan kepada
siapapun sekalipun penderitaan bahkan kematian menghadang kita. Zaman memang
sudah berubah, maka pola pewartaan juga harus berubah: melakukan kebaikan dan
mengasihi sesama seperti digambarkan St. Matius “ yang buta melihat, yang lumpuh berjalan, yang sakit menjadi tahir,
yang tuli mendengar, yang mati dibangkitkan, yang miskin diberi kabar baik”
(Mat.11:5) merupakan nilai-nilai kebaikan yang harus terus kita lanjutkan,
perluas dan tingkatkan.
Kalau dalam rangka menegakkan Kerajaan Allah seperti itu kita menghadapi penderitaan oleh dan
karenanya, maka kita tidak perlu mundur, ciut, kecil hati, gentar dan takut
apalagi mengeluh dan protes, sebab dengan cara itu kita sebenarnya telah ikut
ambil bagian dalam perjalanan hidup Yesus dan penderitaanNya. Kelak kita akan
memperoleh kemuliaan. Lain halnya kalau kita menderita karena mabuk minuman
oplosan, korupsi, ganja, narkoba, selingkuh, mencuri, menipu dan semua jenis
kejahatan, mari kita bertobat, karena penderitaan semacam itu adalah
penderitaan sia-sia.
Masa prapaskah adalah masa bukan saja untuk
bertobat, melainkan juga untuk
merasakan arti derita, sekalipun dalam wujud pantang dan puasa. Marilah retret
agung ini kita jadikan kesempatan sebaik-baiknya untuk mencoba merasakan
derita Kristus bagi hidup kita dan
sesama.
0 comments:
Post a Comment