Wednesday, 16 April 2014

Renungan Minggu Prapaskah II

Minggu, 16 Maret 2014
Tahun A / II
Hari Minggu Prapaskah II
Mat. 17: 1 - 9

_____________________________

 DERITA KRISTUS
DERITA KITA

Penderitaan ! inilah sebuah kata yang akrab di telingan kita  manusia. Penderitaan ada sejak manusia hidup di muka bumi ini,  tetapi bukan Allah yang menciptakanNya, melainkan karena polah manusia yang sok jagoan melawan Allah Sang Pencipta.( Kej.3:1-24 ) Bahkan karena ulah manusia itu, penderitaan bukan hanya berakhir di bumi ini, melainkan terus berlangsung di alam kekal yang akan diderita oleh orang yang tidak lolos dari ujian kebaikan, kebenaran, keadilan, kesucian dan segala kebajikan. Tetapi  berkat kehadiran Yesus Tuhan kita di dunia ini penderitaan itu bahkan belenggu maut pun dipatahkan melalui sengsara, wafat dan kebangkitanNya serta kenaikanNya ke surga. Manusia diajak kembali untuk menikmati kebahagiaan surgawi dan serpihan-serpihannya pun yang melintas di dunia ini  boleh dinikmati oleh mereka yang berhati mulia.
Kisah Yesus dimuliakan di atas  gunung ( transfigurasi) yang hari menjadi renungan kita (Mat.17: 1-9 ), bukan hendak membuktikan bahwa kebahagiaan surgawi itu ada, sebagaimana sesaat dirasakan dan dialami oleh Petrus, Yohanes dan Yakobus, ketika mereka menyaksikan kemuliaan Yesus bersama Musa dan Elia, melainkan ingin mengajak para murid khususnya Petrus, Yohanes dan Yakobus untuk mempersiapkan diri menyongsong perjalanan hidup Yesus dalam rangka menegakkan kerajaan Allah. Musa dan Elia telah lebih dahulu berjuang menegakkan Kerajaan Allah dan karena itu mereka boleh mengalamani kemuliaan bersama Allah. Dalam perjalanan itu Yesus ingin mengajak para muridNya untuk siap menghadapi penderitaan bahkan kematian sekalipun bilamana itu datang menghampiri mereka. Oleh sebab itu ketika Petrus, Yohanes dan Yakobus terpukau memandang kemuliaan, maka datanglah awan yang menaungi mereka dan sekonyong-konyong mereka tidak melihat seorang pun selain Yesus seorang diri (Mrk.9:7-8). Peristiwa ini seolah ingin mengatakan “jangan terpukau dan bengong saja, mari bangun dan bekerja, berjuang keras menegakkan Kerajaan Allah”.
Sebagai orang katolik tugas dan panggilan kita ialah menegakkan kerajaan Allah itu. Kabar gembira yang dibawa Kristus harus terus kita wartakan kepada siapapun sekalipun penderitaan bahkan kematian menghadang kita. Zaman memang sudah berubah, maka pola pewartaan juga harus berubah: melakukan kebaikan dan mengasihi sesama seperti digambarkan St. Matius “ yang buta melihat, yang lumpuh berjalan, yang sakit menjadi tahir, yang tuli mendengar, yang mati dibangkitkan, yang miskin diberi kabar baik” (Mat.11:5) merupakan nilai-nilai kebaikan yang harus terus kita lanjutkan, perluas dan tingkatkan.
Kalau dalam rangka menegakkan Kerajaan Allah seperti itu  kita menghadapi penderitaan oleh dan karenanya, maka kita tidak perlu mundur, ciut, kecil hati, gentar dan takut apalagi mengeluh dan protes, sebab dengan cara itu kita sebenarnya telah ikut ambil bagian dalam perjalanan hidup Yesus dan penderitaanNya. Kelak kita akan memperoleh kemuliaan. Lain halnya kalau kita menderita karena mabuk minuman oplosan, korupsi, ganja, narkoba, selingkuh, mencuri, menipu dan semua jenis kejahatan, mari kita bertobat, karena penderitaan semacam itu adalah penderitaan sia-sia.
Masa prapaskah adalah masa bukan saja untuk  bertobat, melainkan  juga untuk merasakan arti derita, sekalipun dalam wujud pantang dan puasa. Marilah retret agung ini kita jadikan kesempatan sebaik-baiknya untuk mencoba merasakan derita  Kristus bagi hidup kita dan sesama.

0 comments:

Post a Comment